Be a smart readers, and don't be silent readers.
Happy reading!!🌸🌸🌸
Pelajaran keempat tengah berlangsung di kelas Aletta. Guru kimia yang mengajar di kelas Aletta baru saja selesai mengabsen seluruh nama siswa dan siswi di kelas IPA 3 ini.
Kini guru itu berdiri, sebut saja bu Wanda. Tangan kanannya membawa sebuah map yang entah berisi apa. Tapi kalau dilihat isi map itu seperti sebuah kertas dengan tulisan yang cukup banyak.
Bu Wanda melangkahkan kakinya ke depan, dan berhenti di meja Safira.
"Karena minggu depan udah pts, hari ini Ibu bakal kasih kisi-kisi buat kalian. Kalau masih ada waktu, nanti kita bahas bersama," kata bu Wanda, yang dianggukki dengan setuju oleh seluruh penghuni IPA 3.
Bagaimana tidak setuju? IPA 3 kan rata-rata muridnya malas belajar semua. Kalau hanya kisi-kisi, tentu saja mereka tidak akan pusing-pusing belajar. Apalagi banyak dari mereka yang sangat tidak menyukai kimia, kecuali Aletta tentunya.
"Oke, siapa yang biasanya nulis di kelas ini?" Tanya bu Wanda.
Belum di sebut namanya, Aletta sudah was-was duluan. Karena yang biasanya nulis di kelas adalah dia.
"Aletta!" Sahut anak kelas dengan serempak.
Aletta menghembuskan nafasnya pasrah. Sudah biasa diperlakukan sebagai sekretaris dadakan oleh anak-anak kelas. Lagipula kenapa bu Wanda tanyanya yang sering nulis sih? Kenapa bukan langsung menyuruh sekretaris saja? Tugas menulis di papan tulis kan itu milik sekretaris, sedangkan Aletta tidak punya posisi apa-apa di kelas ini selain anggota.
"Sini, Al," kata bu Wanda yang langsung balik lagi ke bangkunya.
Aletta mengikuti guru kimia itu menuju mejanya. Dia hanya bisa menerimanya dengan pasrah.
Kemudian bu Wanda menjelaskan apa saja yang harus dia tulis. Tapi takut Aletta lupa, bu Wanda memberikan tanda menggunakan pensilnya di kertas yang sedari tadi dia pegang tersebut.
Setelah bu Wanda selesai menjelaskan dan Aletta pun mengerti, wanita itu langsung memberikan kertas kisi-kisi tersebut kepada Aletta.
"Spidolnya ada?" Tanya bu Wanda, yang dibalas anggukkan oleh Aletta.
Tadi saat akan menghampiri meja guru, Aletta diselipkan spidol di tangannya oleh sang wakil ketua kelas, alias Safira.
Aletta berjalan ke papan tulis, kemudian menuliskan- lebih tepatnya menyalin beberapa tulisan yang tercetak di kertas yang Aletta genggam.
Oh, Aletta tidak lupa menulis judul dengan besar-besar menggunakan spidol hitamnya.
KISI-KISI PTS KIMIA KELAS 11.
Begitulah yang gadis itu tulis di papan tulis teratas.
Sebenarnya, Aletta itu sangat malas kalau disuruh menulis di papan tulis begini. Bukannya apa-apa, Aletta kesal sendiri soalnya dia nggak jabat apa-apa di kelas tapi seperti punya tugas tersendiri. Sedangkan Mahira, atau Indah yang menjabat sebagai sekretaris malah tak pernah menulis di papan tulis seperti ini. Selain itu, dia jadi harus nulis dua kali untuk di bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Sahabat ✔️
Fiksi Remaja⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Jadi siapa yang salah? Aletta yang terlalu berharap akan sosok Rezvan, Rezvan yang terlalu menaruh perhatian lebih kepada Aletta, atau semesta yang tak berpihak kepada mereka berdua? Sehingga kata 'sebatas sahabat' leb...