Be a smart readers, and don't be silent readers.
Happy reading!!🌸🌸🌸
Sinar matahari pagi menyelinap masuk ke celah jendela kamar seorang gadis yang masih berada di alam mimpinya. Alarm di kamarnya sedari tadi terus berbunyi, tapi gadis itu tak usik sama sekali. Entah mimpi apa yang membuatnya sampai tak menyadari bahwa suara berisik itu sudah memenuhi kamarnya, atau mungkin sudah sampai keluar.
Gadis itu adalah Aletta. Sebenarnya dia sengaja untuk tetap tidur di jam yang sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi ini. Bahkan kemarin malam dia sudah berkata pada sang Bunda akan bangun lebih siang, dan memperingati Bundanya untuk jangan membangunkannya pagi-pagi.
Tentu saja karena ini adalah weekend. Aletta ingin bebas memakai waktu paginya dengan sesuka hati. Tanpa harus repot-repot mandi lalu mempersiapkan perlatan sekolahnya. Kesempatan ini memang tak boleh dia sia-siakan.
Tapi alarm itu sepertinya mengganggu pendengaran neneknya, sampai wanita yang sudah berada di umur 60-an itu memasukki kamarnya lalu mengguncang tubuh Aletta dengan kuat, tak lupa dengan mulutnya yang sudah hampir berbusa mengomeli Aletta.
Guncangan kuat itu mau tak mau membuat Aletta terjaga dari tidur lelapnya, memandangi sang nenek yang masih mengomelinya karena alarm berisik itu.
"Ale Ya Allah, itu alarm kamu berisik banget. Bisa nggak si didiemin dulu baru lanjut tidur lagi? Mana suaranya aneh banget, buruan bangun matiin tuh alarmnya!" Omelan panjang itu yang terakhir kali Aletta dengar, disusul dengan suara pintu yang tertutup lumayan kencang.
Aletta mengucek kedua matanya, kemudian memfokuskan pandangan sebelum akhirnya beranjak untuk mematikan alarm itu. Tangannya terangkat untuk meregangkan otot-otot tubuhnya.
Kakinya kemudian melangkah menuju jendela kamar, membuka gorden selebar mungkin sehingga cahaya matahari masuk sepenuhnya ke kamar Aletta.
Gadis itu mengambil air minum yang tersedia di meja samping ranjangnya, meminumnya hingga tinggal setengah.
Setelah itu, Aletta keluar kamar berniat untuk ke bawah dan menonton televisi. Selain bangun siang, sepertinya Aletta juga akan mandi lebih siang lagi. Hari libur begini, memang biasanya seperti itu kegiatan Aletta. Kalau tidak ada yang mengajak main, maka Aletta tidak akan mandi pagi-pagi.
"Anak perawan bangun siang, jam segini belum mandi lagi. Liat noh tetangga kamu, udah pada keliaran sana-sini," kata neneknya yang entah sedari kapan sudah berada di samping Aletta.
Aletta tak menanggapinya, entah karena nyawanya yang belum kupul atau memang dia malas untuk menanggapi ucapan sang nenek.
"Bunda udah ke toko?" Tanya Aletta karena tak melihat presensi Bundanya.
"Lagi beli sayuran," jawab neneknya Aletta.
Aletta hanya menganggukkan kepalanya.
Kartun yang sedang ditontonnya itu, tiba-tiba saja sudah berganti dengan iklan shampoo yang dibintangi oleh aktris yang cukup ternama di Indonesia, dengan dialog iklannya yang sudah sangat familiar di telinga Aletta.
Aletta beranjak tanpa mematikan televisinya, dia hendak ke kamar lagi. Tenang saja, bukan mau tidur kok. Dia hanya ingin mengecek ponselnya, kali saja ada yang mengajaknya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Sahabat ✔️
Teen Fiction⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Jadi siapa yang salah? Aletta yang terlalu berharap akan sosok Rezvan, Rezvan yang terlalu menaruh perhatian lebih kepada Aletta, atau semesta yang tak berpihak kepada mereka berdua? Sehingga kata 'sebatas sahabat' leb...