trente-deux || Inikah akhirnya?

41 4 0
                                    

Don't be a silent readers, and be a smart readers.
Happy reading!!

🌸🌸🌸

Aletta saat ini sudah berada di rumah, setelah dibujuk berkali-kali oleh teman-teman juga sang Bunda, bahkan Ibu nya Rezvan juga ikut membujuk Aletta agar mau pulang.

Bunda Amira tadi sempat datang ke rumah sakit untuk menjenguk, karena kebetulan yang menelpon ke ponsel Aletta saat diberitahu oleh Ersya tadi adalah sang Bunda. Dia langsung memberitahu Bundanya kalau dia ada di rumah sakit, dan Bunda Amira langsung datang ke rumah sakit saat itu juga.

Aletta sedang berada di kamarnya, baju nya juga sudah diganti dengan pakaian yang lebih nyaman.

Walaupun raganya berada di kamar, tapi pikirannya masih ada di rumah sakit.

Bagaimana bisa dia tidak memikirkan Rezvan saat dia tahu kalau ternyata Rezvan mempunyai penyakit yang sangat beresiko kematian. Aletta tentu saja tidak bisa tenang.

Tubuh gadis itu melemas bak jeli saat diberitahu oleh Ibu nya Rezvan, kalau ternyata selama ini Rezvan memiliki riwayat penyakit leukemia.

Siapa yang tidak tahu penyakit itu? Kanker darah, sebuah penyakit ganas yang tidak bisa disembuhkan jika penderitanya sudah ada di stadium akhir. Dan naasnya Rezvan sudah berada di stadium akhir.

Air mata Aletta bahkan belum kering, mengingat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelah ini. Aletta takut kehilangan Rezvan.

Rasa takut itu tak pernah hilang setelah Aletta mengetahui apa penyakit Rezvan.

Dia bahkan tidak habis pikir, bisa-bisanya Rezvan menyembunyikan penyakitnya dan terlihat baik-baik saja di depan semua orang.

Iya, Rezvan sudah menyembunyikannya selama tiga tahun. Begitu kata Ibu nya Rezvan.

Dan kenapa selama ini Aletta tak menyadarinya? Apa yang selama ini Aletta perhatikan saat dia menatap Rezvan, sampai-sampai dia tak menyadari satu pun hal aneh yang terjadi pada laki-laki itu.

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar.

"Al, makan yuk? Kamu dari siang belum makan loh," suara Bunda Aletta terdengar setelahnya.

Sepulang dari rumah sakit, lalu mandi dan ganti baju, Aletta memang langsung mengunci diri di dalam kamar. Gadis itu bahkan melupakan makan siangnya sampai malam tiba.

Aletta melirik jam yang bertengger di dinding kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.45. Bagaimana keadaan Rezvan saat ini? Terakhir dia lihat Rezvan dipindahkan ke ruang icu, dengan berbagai alat yang dipasangkan di tubuhnya.

"Aletta, buka pintunya dong. Bunda tahu kamu lagi khawatir, tapi jangan kayak gini dong, sayang. Makan yuk? Rezvan juga pasti nggak mau kamu kayak gini," Bunda Amira masih berusaha membujuk Aletta disaat Aletta bahkan tak bergerak sedikit pun dari kepala ranjang nya.

"Bunda janji deh, nanti setelah kamu makan, kita jenguk Rezvan lagi. Keluar yuk, nak?"

Mendengar itu, Aletta beranjak turun dari kasurnya. Bukan karena bujukan itu dia turun, tapi karena Aletra merasa kasihan dengan sang Bunda. Ibu kandungnya itu sudah membujuknya sedari tadi. Dia pasti sudah merepotkan Bundanya.

Sebatas Sahabat ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang