quatre || Dua untuk bertiga

19 6 0
                                    

Be a smart readers and don't be silent readers ya!!
Happy reading♡

🌸🌸🌸

Senin ke tiga di kelas sebelas. Aletta sudah mulai akrab dengan teman-teman kelasnya, walau tidak semua, hanya beberapa. Tapi untuk saling sapa, atau bertanya random Aletta sudah melakukannya. Termasuk kepada laki-laki yang duduk di samping kirinya.

Iya, Rezvan.

Tunggu, di hati Aletta masih ada Fasya kok. Gadis itu tidak melupakan pujaan hatinya tersebut, tak jarang juga dia menanyakan sosok Fasya kepada Ersya yang sekelas dengan pemuda itu.

Hanya saja, entah kenapa Aletta merasa nyaman dengan sosok Rezvan.

Walaupun sudah akrab dengan Rezvan, sampai saat ini Aletta belum mempunyai nomor ponsel pemuda itu. Aletta merasa dia sudah pernah memintanya, hanya saja Aletta lupa, Rezvan sudah memberinya atau belum?

Kebetulan saat ini sedang istirahat, Aletta tidak ke kantin. Sedang tidak mood. Jadi dia bisa memakai kesempatan ini untuk meminta nomor ponsel Rezvan kembali.

Aneh nggak si, cewek yang minta nomor cowok duluan? Tapi Aletta nggak peduli, yang penting Aletta harus dapet nomornya Rezvan. Aletta merasa Rezvan akan se-frekuensi dengannya, akan seru kalau diajak berteman.

Perlahan Aletta berjalan mendekati Rezvan, duduk tepat di depan pemuda tersebut. Di samping Rezvan ada Rafa, sahabat karib pemuda itu.

"Eh, Van. Gue dulu pernah minta nomor hape lo, udah dikasih belum sih sama lo?"

"Udah ge. Kan dulu gue tulis di buku lo."

Aletta diam nampak berpikir, mungkin mengingat momen saat Rezvan memberinya nomor. Tapi dia tidak ingat. Mohon maklum, dia anaknya agak pelupa.

"Masa sih? Buku yang mana deh?"

"Gue nggak tau buku apaan. Tapi yang pasti gue udah nulis di buku itu."

Aletta melihat Rafa, kemudian beralih melirik buku yang ada di bawah tangan Rafa. Gadis itu langsung menariknya, merobek sedikit kertas yang ada di lembar terakhirnya, "Minta ya, Raf. Dikit kok."

Kemudian, Aletta memberikan kertas tersebut kearah Rezvan, tak lupa dengan pulpen yang ia pinjam dari Rafa. Salah, bukan meminjam tapi nyolong karena dia tidak bilang.

Rezvan hanya menggeleng pelan melihat itu, dia menarik secarik kertas juga pulpen yang Aletta beri tadi. Pemuda itu kembali menuliskan nomor ponsel nya disana.

Bingung nggak kenapa nulis di kertas, padahal lebih gampang kalau langsung nulis di ponselnya?

Alasannya cuma satu. Aletta tidak membawa ponsel, Rezvan juga. Jadi mau tak mau ya nulis di kertas seperti itu.

Sebenarnya ada alasan lain juga sih, sekolah tidak mengizinkan mereka membawa ponsel. Tapi kadang ada aja yang masih bawa. Aletta juga kadang suka bawa. Kadang aja kok, nggak sering.

Lagipula, peraturan ada untuk di langgar bukan? Kalau tidak, guru BK nggak ada kerjanya dong?

Duh, jangan di tiru ya.

"Nih," Rezvan memberikan secarik kertas yang sudah dia isi dengan nomor ponselnya kepada Aletta.

"Thank's ya!"

Setelah mengucapkan itu, Aletta kembali ke bangkunya. Dia hanya memasukkan secarik kertas tersebut ke dalam tas nya. Dan kembali lagi ke bangku depan setelah kegiatannya selesai.

"Bilang makasih nya ke Rezvan aja nih, gue nggak? Padahal itu pulpen punya gue loh, kertasnya juga lo minta dari gue," tutur Rafa menyindir Aletta.

"Iya, makasih ya, Rafa!"

Sebatas Sahabat ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang