Setelah pamit dengan Yujin, Wonyoung segera berjalan menuju pintu rumahnya. Ia melirik dulu dua mobil besar yang terparkir di depan rumahnya. Dilihat dari manapun, itu jelas mobil kedua orangtuanya dan para asisten yang beberapa bulan lalu dibawa ke luar negeri. Gak ada angin gak ada kabar, tiba-tiba aja udah pulang.
Wonyoung melangkahkan kaki masuk ke rumah. Ia disambut oleh salah satu pembantunya. "Eh, Neng Wonyoung udah pulang."
"Iya nih. Eh Bi, itu yang di depan mobil Dad and Mom kan? Mereka udah pulang?"
Bibi itu tersenyum mengangguk. "Iya Neng. Tuh, Tuan sama Nyonya udah di ruang keluarga."
"Ooh oke. Makasih Bi." Ia pun pergi ke arah ruang keluarganya untuk mengecek sendiri. Benar saja. Seorang pria berjenggot tipis, berpakaian kemeja putih lengan panjang, sedang membaca koran di atas kursi tengah. Di sofa ada seorang perempuan cantik berumur 30-an namun tetap awet muda yang sedang menonton tv.
"Mom, Dad! Udah pulang?" Sahut Wonyoung girang, memeluk keduanya.
"Harusnya kami yang nanya. Kamu darimana aja sih? Daritadi siang Mom sama Dad pulang, bukannya disambut malah anaknya ngilang." Kata Mom nya, mencium pipi anak semata wayangnya itu.
"Hehe tadi Wonyoung habis main dulu bareng temen-temen."
"Dad denger tadi ada suara motor di depan. Kamu pulang naik motor? Sama siapa?" Sidik Dad nya.
"Diboncengin Yujin."
"Yujin? Dia bisa bawa motor?" Tanya Dad, tak percaya.
"Astaga, udah lama kali Dad. Kayak gak pernah liat aja. Udah lupa atau gimana?"
Dad mencoba mengingat-ngingat dulu, lalu tertawa. "Ah iya, dia udah tumbuh besar ya sekarang. Masih inget betul dulu Yujin mulut kemasukan lalat aja nangis. Gak nyangka bocah yang dulu cemen dan dikit-dikit nangis itu udah banyak berubah."
Wonyoung ikut tertawa mengingatnya. Ya, Yujin memang sepayah itu dulu. Kalah debat sama cewek di kelasnya waktu SD aja dia ngambek dan nangis. Padahal dia yang awalnya iseng jailin.
"Gimana semester dua ini? Ada yang susah?" Giliran Mom yang nanya.
"Enggak. Semua lancar. Malah makin seru."
"Seru? Gimana tuh serunya?"
"Iya, Wonyoung makin banyak temen."
"Siapa aja temennya?"
"A.. emm.. ada banyak lah." Kalau misalnya orangtuanya ini tau kalau dia berteman dengan banyak laki-laki, pasti bisa dimarahi.
"Banyak laki-lakinya?"
"Y-ya.." Wonyoung mengangguk.
"Hati-hati ya Wonyoung. Jangan terlalu sering main sama mereka." Peringat Mom nya.
"Kamu punya pacar?"
Entah darimana, Dad nya tiba-tiba bertanya seperti itu. Padahal pembahasannya belum sampai situ. Masa iya Dad nya pulang-pulang dari Canada langsung punya ilmu dukun.
Tidak ada jawaban yang keluar. Wonyoung tidak mampu berkata sedikitpun. Padahal ia udah sering diajarin bohong sama Yujin.
Dad menyipitkan mata. "Jangan bilang kamu beneran punya, Jang Wonyoung?"
Kalau nama lengkapnya sudah disebutkan, artinya pembicaraan sudah serius.
Atmosfer dengan sekejap berubah menjadi hening, tegang.
Yang awalnya cuma bicara santai seketika berganti. "Pacar? Kamu udah punya pacar?"
Kini Mom benar-benar bertanya padanya. Gimana cara jelasinnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For You [Annyeongz ft. Other IZ*ONE Ship]
Fanfiction"Aku gak ngerti, Jin. Kenapa kamu selalu perhatiin aku, jagain aku, dan protektif ke aku ketika kamu sendiri udah dimiliki orang lain? Lagian, atas dasar apa kamu berhak ngalangin aku? Kita cuma sahabat kan?" ⚠️ Warning: Genben (B×G) ⭕ Cast: 12 memb...