Demo Delapan

33 2 0
                                    

Moe sedang asik mengscrool tiktok dan sesekali badannya bergoyang mengikuti tarian yang dilihatnya, sampai tiba-tiba ada panggilan masuk di handphone nya. Tertulis nama "Anak Mami", siapa lagi kalau bukan Kinara sahabatnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, napa kin?"

"Papa pulang."

Mendengar dua kata yang diucapkan Kinar, badan Moe yang tadinya bersandar di sofa langsung berubah tegap. Dahinya mengkerut menandakan dirinya khawatir.

"Kok bisa pulang? terus lu gimana?"

"Gua gak papa, cuma seperti hari lainnya. Cuma jadi angin."

"Lu mau nginep di rumah gua?"

"Gak usah, makasih. Kalo gua nginep di rumah lu, siapa yang jaga papa."

"Lu menghawatirkan orang yang salah Nar."

"Dia tetep papa gua Moe, ya udah ya. Gua mau tidur."

Sebelum Moe menjawab, Kinar langsung mematikan sambungan teleponnya. Moe menggelengkan kepalanya, "Lo terlalu baik Nar." batin Moe.

.
.
.
.

Di lain tempat, Kinar memandang langit-langit kamarnya, pikirannya terus mengingat kejadian sore itu. Dimana dia baru pulang sekolah.

Flashback

"Saya ga sudi memakan masakan dari seorang pembunuh."

Kinar yang baru saja ingin melangkah meninggalkan ruang keluarga berhenti mendadak, dadanya sakit mendengar kalimat yang dilontarkan papanya. Benar yang dipikirkan Kinar, papanya masih membencinya, karna kejadian 4 tahun lalu. Terhitung sudah 4 tahun papanya membencinya.

Kinar memutar balikkan tubuhnya dan menatap papanya. "Papa masih benci Kinar?"

Papa kinar  menaruh koran yang ia baca dan menatap tajam sang anak. "Seharusnya kamu tidak bertanya bukan? dan jangan panggil saya papa, karna saya tidak punya anak seorang pembunuh." Papa kinar atau biasa dipanggil Karel itu langsung meninggalkan Kinar seorang diri, Karel langsung berjalan ke arah pintu utama.

Kinar yang melihat hanya bisa tersenyum miris, dia dan Moe sama. Sama-sama kehilangan sosok ibu, tapi kehidupan setelahnya yang membuatnya iri kepada Moe. Tapi bukan berarti dia membenci Moe, dia hanya ingin merasakan kembali kehangatan seorang ayah.

Kinar berjalan memasuki kamarnya, setelah menaruh tas dan menduduki diirinya di pinggir kasur. Kinar mengambil foto yang berada di samping nakas. Disitu terlihat Kinar dan mamanya sedang tertawa bersama menikmati angin pantai bersama. Jari Kinar bergerak mengelus wajah sang mama.

"Ma, papa masih benci Kinar. Gimana caranya biar papa bisa sayang Kinar lagi."

sebelum menaruh foto tersebut kembali ke tempat nya, Kinar mencium wajah sang mama yang berada di foto itu dan meletakkan kembali ke tempat semula.

DEMO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang