Demo Lima Belas

16 2 0
                                    

Kinara sekarang tengah memperhatikan lelaki yang terus berbicara dihadapannya. Entah apa yang merasuki lelaki tersebut sampai mengajaknya pergi dari pulang pertandingan tadi sampai sekarang.

Gilang yang merasa diperhatikan langsung berhenti berbicara dan tersenyum. "Kenapa? gua ganteng?"

Kinar memasang wajah jijik dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Najis anjing, lo ngapain ngajak gua jalan-jalan?"

"Ehm, kenapa ya? karena gua mau damai sama lo, capek anj berantem terus."

Kinara memasang wajah bingung. "Hah? Yang suka nyari ribut tuh saha?"

"Ya makanya, udahan aja lah berantemnya, temenan aja kita."

Kinar hanya menanggapi dengan anggukan pelan. "Serah de ah."

Mendengar itu Gilang tak bisa menahan senyum lebarnya, tangannya beranjak ke rambut hitam Kinar dan mengelusnya dengan lembut. Mata Kinar membola ketika mendapat perlakuan seperti itu. Sontak Kinar langsung menjauhkan kepalanya dari tangan Gilang.

"Lo ngapain anjrit?" tanya Kinar.

Gilang cemberut lucu. "Gua kan cuma mau ngelus doang."

"Gak boleh, kepala gua mahal gak sembarang orang boleh pegang." Kinar langsung mengelap bekas sentuhan Gilang.

"Jahat bat pake dibersihin, emang siapa yang boleh nyentuh lo?"

Kinar menghentikan kegiatan merapikan rambutnya. "Ya cowo gua lah."

"Nah, ya udah gua jadi cowo lo aja sekarang." Gilang tersenyum lebar, kepalanya dia taruh di kedua telapak tangannya.

Kinar menatap Gilang dengan tatapan permusuhan. "Mending kita musuhan aja anjing, daripada gua kudu denger kalimat menjijikan dari mulut lo."

"Ya elah, canda anjir. Dah yuk gua anter balik." Gilang menarik tangan Kinar menuju motor ducati miliknya.

Kinar mengangguk dan mengikuti arah jalan Gilang. "Lang, ini tangan bisa lepas gak?"

"Enggak, kalo udah di motor baru lepas, nanti lo ilang gua yang repot."

"Bangsat, dikira gua bocah."

.
.
.
.

Gilang membawa motor dengan kecepatan pelan, pelan banget malah. Bibirnya gak berhenti-henti tersenyum, bahkan sesekali terkekeh entah dengan alasan apa. Kinar yang menyadari menepuk pundak Gilang dengan keras.

"Anjing, sakit Nar." Gilang mengaduh kesakitan karena pukulan Kinar yang sangat keras.

"Lagian lo kaya orang gila senyum-senyum sendiri. Sawan lo?"

Gilang langsung membuat raut wajah kesal. "Heh, senyum itu ibadah. Malah dikatain orang gila."

"Ya lo senyum nya aneh, bisa disangka orang gila nanti."

"Ya udah gua gak senyum. Eh tapi, di rumah lo ada sapa Nar?"

Dahi Kinar mengkerut. "Ngapain lo nanya begitu?"

"Lah ilah timbang nanya doang, negatip mulu lo ama gua."

"Omongan lo gak ada yang baik soalnya."

"Sialan."

Gilang pun menambahkan kecepatan pada motornya. Kinar yang belum siap hampir terjengkang ke belakang, untung tangannya reflek memegang bahu Gilang. "ANJING LO LANG, KALO MAU MEET UP SAMA TUHAN JAN AJAK-AJAK GUA BANGSAT."

DEMO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang