Demo Tujuh Belas

6 1 0
                                    

Andra telah duduk manis di bangkunya dengan sebatang coklat di tangannya. Dia sedang menunggu para sahabatnya datang. Namun naas, bukan Gevan atau lainnya yang datang, tetapi seorang perempuan yang berdiri tepat di depan pintu masuk dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Mampus, malah nenek lampir yang dateng."

"Andra, kamu kok tumben dateng pagi?" Najla langsung menduduki tempat biasa Daniel duduk.

Andra bukannya langsung menjawab, dia malah membuat jarak antara dirinya dan Najla. Najla yang melihat malah makin merapatkan tubuhnya. "Lo, gak usah deket-deket anjing."

Najla tertawa dengan gaya anggunnya. "Kenapa?  Aku kan bukan virus, jadi kamu gak usah takut." Tangan Najla hendak memegang bahu Andra, dengan cekatan Andra langsung menepisnya.

"Gua gak suka ada cewe yeng nyentuh gua." Andra menatap Najla dengan tatapan tajam.

Bukannya takut Najla malah menyipitkan matanya seraya berkata. "Tapi Moe boleh tuh nyentuh kamu."

Ini cewe bego nya kelewatan anjing, Andra hendak berdiri dari duduknya, tetapi tangan Najla malah menahan agar tidak meninggalkan dirinya sendirian.

"Lepas."

Najla menghiraukan perkataan Andra, dirinya malah memegang erat pergelangan tangan Andra, sampai.







"AUUUU."


Tangan Najla terhempas kencang hingga sikunya mengenai meja belakang Andra. Warna yang sebelumnya berwarna putih sekarang berwarna merah memar. Najla memegangi siku nya yang luka, Najla menatap Andra dengan tatapan melas, yang dibalas dengan tatapan tajam.

"Jangan pernah sentuh gua lacur." Andra pun meninggalkan Najla yang masih terus memanggil namanya.

Dilain tempat, yaitu kelas Moela. Sedang heboh karena mendapatkan kabar kalau akan diadakannya ulangan Matematika Wajib dadakan. Udah ulangannya dadakan, yang di uji pelajaran Matematika pula.

Penampilan Kinar sudah tidak bisa dibilang sebagai penampilan seorang pelajar, malahan seperti gembel yang nyasar masuk ke dalam sekolah. Bagaimana tidak? Rambutnya yang semula terikat rapih sekarang sudah seperti sarang burung, dasinya yang sekarang entah dimana keberadaannya, dan baju seragam yang sudah keluar dari tempatnya.

Moe menatap miris sahabat seperjuangan nya. "Lo gak mau benerin penampilan lo dulu?"

Kinar menoleh ke arah Moe, tangan kanannya menutup buku paket matematika dengan kuat. "Moe. Udah gak sempet mikirin penampilan, sekarang pikirin gimana bisa kita menjawab semua pertanyaan nanti pas ulangan."

Moe memutar malas bola matanya. "Eh bloon, yang ada lo gak ikut ulangan kalo begini. Bisa dikira tahanan lepas tau gak?"

"Udah cepetan benerin tuh baju, udah kaya orang abis dianiaya se kecamatan aja lo." Kinara pun dengan malas berjalan ke kamar mandi sambil memasang wajah cemberut.

"KINAR."

Kinar menoleh ke belakang dan menemukan sosok yang begitu malas dia jumpai. "Lo abis kena topan ya?"

"Bacot lo Lang."

Gilang tertawa terpingkal-pingkal melihat penampilan Kinar yang semrawutan. "Ya Allah Nar, gini amat efek ulangan dadakan."

Kinar tak memperdulikan Gilang dan melanjutkan perjalanannya ke tujuan awal. Tetapi baru 5 langkah, kejadian sial menimpa dirinya. Andra yang berlari dari arah yang berlawanan tanpa sengaja menabrak tubuhnya, hingga terjungkal kebelakang.

Tawa Gilang makin pecah di belakang Kinar. "ANDRA ANJING."

Andra yang panik langsung membantu Kinar untuk berdiri. "Demi Allah Kinar, gua gak sengaja."

Kinar bangun sambil memegangi pinggangnya yang begitu sakit. "Ya Allah kapan Kinar bahagia."

"Maap ya, gua lagi ngindarin nenek lapir," ucap Andra dengan penuh penyesalan.

Kinar menatap kedua orang lelaki dihadapannya. "Emang ya, laki-laki tuh sama aja, nyusahin sama nyakitin." Setalah berbicara Kinar langsung melangkahkan kaki menuju kamar mandi dengan penuh emosi.

"Parah lo Lang," ujar Andra ketika Kinar sudah hilanh dari pandangan nya.

"Santai aja, gua tau kok cara luluhinnya."

Andra dan Gilang masuk ke dalam kelas bersama, namun beda tujuan berbeda. Gilang menuju bangkunya sedangkan Andra menuju kekasih tercinta.

"Cin." Panggil Andra ke Moe namun tidak digubris.

"CINNN." Panggilan kedua baru membuat Moe menoleh ke arahnya.

"Cin?" tanya Moe bingung.

Andra langsung menunjukkan Finger Heart nya. "Cintaaa."

Moe memasang wajah jiji melihat tingkah jameti Andra. "Ngapain lo kesini?"

"Di kelas gua ada nenek lampir, ngeri gua." Andra mendudukkan bokong nya di kursi depan Moe.

"Siapa nenek lampir?"

Andra menghela napas sebelum menjawab. "Najla lah, siapa lagi, gua boleh bunuh dia gak si?"

Moe terkekeh mendengar keluhan dari Andra. "Ya jangan lah, kalau lu risih tegasin aja, tapi kalo tetep gak bisa. BANTAIIIII." Teriakan Moe di bagian akhir membuat para murid di kelas memperhatikan mereka berdua.

"Siapa yang mau dibantai?" tanya Kinar yang baru saja datang, penampilannya pun kini sudah nyaman dipandang.

"Nenek lampir." Andra menjawab dengan nada ngegas.

Kinar mengerutkan dahinya. "Siapa?"

"Najla." Jawaban dari Moe membuat Kinar semakin bingung. "Dia, ngapain emang?"

"Makin kesini tingkahnya nambah bikin risih," ujar Andra.

Kinar tersenyum misterius. "Tenang pren, ada Kinar disini, lo santai aja. Biar kalo dia berulah gua yang hadepin. Nanti gua minta bantuan kawan-kawan lo juga."

Andra langsung berterimakasih bahkan hampir menghormati Kinar seperti hormat kepada tiang bendera. Namun Kinar langsung menyelengkat kaki Andra yang membuat Andra jatuh terduduk di lantai.

"Hehehe, itu balasan dari gua atas kejadian tadi."

TBC
_____

HELLOW, DENA DAN MOE KEMBALI HADIR MENEMANI MALAM KALIAN. Couple unyu yang tidak pernah membosankan ini akan terus menghibur kalian.

Bukan hanya Dena dan Moe, tetapi tingkah konyol Kinar, Gevan, Daniel, Abi, dan Naren yang akan membuat kalian nyaman.

Jangan lupa buat Vote dan komen yaaa. Karena hal biasa itu bisa buat aku bahagia. Share juga cerita ku kali aja ada yang nyaman.

Terimakasih, ilopyu😘😘😘

DEMO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang