1. Penolakan

787 106 16
                                    

Don't forget to vote and comment! Kalau bisa rajin-rajinin komen biar aku mood nulis 🙂

Don't forget to watching school rangers mid!!!!!

Happy reading ❤️






——————REOCCUR———————






"Ngapain lo disini?" senyum Chimon yang tadinya mengembang saat menuruni tangga kini musnah begitu saja begitu melihat siapa orang yang sedang duduk dimeja makan.

Ayolah baru saja Chimon merasa senang karna Papi dan Papanya sudah berangkat pagi-pagi sekali. Tapi apa yang dia lihat di depannya ini?

"Gue mau numpang sarapan," ucap orang itu dengan santainya.

"Nanon!" panggil Chimon dengan suara yang ditahan.

"Kenapa sayang?"

"Mending lo pergi dari sini, jangan ngerusak mood gue please," pintanya yang mendapatkan gelengan dari Nanon.

"Gue kesini niat baik cuma mau nganterin lo kerja."

"Gue masih sehat, gue bisa nyetir, dan gue masih punya sepuluh mobil yang bisa gue gunain," tolak Chimon. Ingin sekali rasanya Chimon merebut pisau yang digunakan Nanon untuk mengoleskan selai kemudian menancapkannya di dada Nanon.

"Gue Gak Peduli. Kalok gue bilang gue yang nganter berarti gue yang nganter! Atau lo mau gue ngadu ke Papi sama Papa?" ancamnya kemudian menyeringai.

"Bilang aja gih! Gue gak takut!" tantangnya.

"Oke." Nanon mengeluarkan ponselnya kemudian memainkannya sebentar sebelum bunyi dering telpon menyeruak di indra pendengaran keduanya.

"Hallo. Ada apa Nanon?" tanya seseorang dari seberang sana. Chimon membulatkan matanya. Itu Papi-nya!

"Pihh kata Chimon dia gak mau dianter sama Nanon," ucap Nanon, percis sekali seperti seorang anak kecil yang mengadu pada ayahnya karna diganggu oleh teman-teman-nya.

"Eh siapa bilang? Chimon mau kok. Chimon cuma mau sarapan dulu. Udah ya Papi. Tenang aja! Chimon berangkat sama Nanon kok. Bye bye!" ucap Chimon tanpa jeda setelah berhasil merebut ponsel Nanon.

"LO TUH BENER-BENER YA!" teriak Chimon tepat di telinga Nanon membuat Nanon harus menutup telinganya yang berdengung.

"Jangan teriak bisa gak sih?" protesnya.

"GAK BISA!!!! AWAS AJA LO MANUSIA CEPUUU!"

***

"Mon pelan-pelan jalannya! Kunci mobilnya masih di gue kalau lo lupa," ucap Nanon pada Chimon yang kini berjalan terburu-buru didepannya.

"Non lo cepetan jalannya! Ini udah mau jam kalau lo lupa!" balas Chimon kemudian menyeringai tanpa Nanon ketahui.

Merasa geram atas jawaban Chimon, Nanon menarik lengan Chimon menuju mobilnya kemudian mendudukannya di atas kap mobil.

"M-mau apa lo?!" seru Chimon. Matanya bergerak kesana-kemarin mencari penjaga rumahnya yang entah kenapa tiba-tiba menghilang.

"Kalau cara halus gak bisa bikin lo nurut berarti harus pake cara kasar!" sepersekian detik kemudian dengan kurang ajarnya Nanon mencium Chimon membuat pria mungil itu memberontak.

Dengan sekuat tenaga Chimon mendorong bahu Nanon untuk menjauh, tapi entah kenapa leher pria itu seolah-olah sangat panjang sehingga bisa mencapainya.

Tak habis akal saat Nanon kembali mendekat, Chimon mengangkat kakinya sehingga lututnya tepat mengenai kejantanan Nanon membuat pria itu menggerang kesakitan.

Setelahnya Chimon mendorong Nanon sehingga bokong pria itu mendarat dengan mulus diatas paping.

Lalu dengan santainya Chimon menyilangkan kakinya dan lipat tangannya di depan dada.

"LO-" teriak Nanon sembari meringis kesakitan.

"APA HAH?" balas Chimon tak kalah keras.

"Maaf," cicitnya.

"Bagus!" ucap Chimon bak atasan yang bangga terhadap bawahannya yang berani minta maaf.

Chimon turun dari kap mobil dengan dagu yang sedikit terangkat.

"Sekarang cepetan anterin gue! Awas aja sampai telat!" ancamnya mampu membuat Nanon mengangguk menurut.

Bukan apa-apa. Hanya saja, memang begitu sifat Nanon Korapat. Berbuat seenaknya kemudian meminta maaf dengan sendirinya.

TAPI!

Itu hanya berlaku pada Chimon. Jika pada orang lain, Nanon tidak akan pernah sekalipun mengucapkan kata maaf.

***

Mobil BMW putih terparkir indah di parkiran Wachirawit Crop, sudah beberapa menit berlalu tapi belum ada tanda-tanda mobil itu terbuka untuk menampilkan siapa sang pemilik.

"Lo gak ada niat buka ini pintu?" tanya Chimon berusaha untuk tidak emosi lagi.

"...."

"...."

"Nanti siang gue jemput," ucap Nanon tanpa menatap Chimon.

"Kemana?"

"Makan siang diluar"

"Gue gak mau!" tekan Chimon.

"Gue gak butuh jawaban lo," Nanon menatap Chimon dengan tegas walaupun dia tau Chimon tidak akan lagi takut dengannya.

"Tap-mphhhh." Nanon menciumnya lagi.

"Jangan pernah nolak gue! Gue calon suami lo." Kesal. Chimon sangat kesal. Pria mungil itu manarik kerah baju Nanon agar mendekat kearahnya.

"Asal lo tau, dari awal gue gak pernah mau dijodohin sama lo! Dan gue tau perjodohan itu cuma bisnis, makanya gue gak ngelakuin hal lebih, tapi lo! Lo berbuat seenak jidat dengan cium gue. Lo! BAJINGAN!"

Bruk

Chimon mendorong Nanon hingga pria itu terbentur pintu mobil, bahkan kepala Nanon terbentur kaca mobil.

"Segitu bencinya lo sama gue?" tanya Nanon mengabaikan rasa sakit di kepalanya.

"Not really. Cuma kalau lo terus bersekap seenaknya kayak gini mungkin gue akan benci lo."

"Why?"

"WHY?! YOU ASK WHY? ARE YOU KIDDING ME?"

"Maaf. Lo mau gue ngelakuin apa selain minta maaf?"

"LO PIKIR-" Chimon menghentikan kalimatnya, berusaha meredam emosi yang pancing Nanon. Tidak seharusnya dia kembali membahas masa lalu.

"Maaf. Gue minta maaf." lirih Nanon lagi.

"Buka pintunya sekarang," pinta Chimon.

"Tapi-"

"Buka pintunya sekarang!" sentak Chimon.

Mau tidak mau Nanon membuka kunci pintu mobil untuk Chimon.

"Huh. Nanti makan dikantin aja, kalau mau dateng aja." ucap Chimon sebelum meninggalkan Nanon. Pria manis itu masih punya rasa belas kasihan terhadap orang lain.

"Maaf Mon. Maaf."






————————TBC————————











Reoccur ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang