5. Honeymoon

554 92 19
                                    




—————–—REOCCUR—––————





07.00

"Good morning Pi, Pa," sapa Chimon sambil mengecup pipi kedua orang tuanya.

"Morning sayang. Nanon mana?" tanya Gun.

"Gak tau, masih tidur paling," jawab Chimon santai.

"Chimon tugas kamu sebagai istri itu wajib ngebangunin suaminya, bikinin sarapan, nyiapin jas. Kamu harus ngelakuin itu semua, karna itu rutinitas pengantin," nasihat Gun.

"Ya ya ya," Chimon memutar bola matanya malas. Pengantin, pengantin, dan pengantin, apakah Chimon benar-benar sudah menikah kemarin?

"Sekarang kamu sarapan, trus bangunin Nanon. Setelah itu kalian siapin keperluan kalian untuk berangkat bulan madu."

Uhuk

Chimon tersudak minumnya sendiri.

"Hah? Bulan madu? Papa gak salah?" tanya nya.

"Salahnya sebelah mana?"

"Pa, Chimon sama Nanon itu harus kerja, mana sempet bulan madu," terang Chimon.

"Kenapa enggak? Kan ada Papi sama Ayah Tay," ucap Gun melihat ke arah suaminya yang sendari tadi diam.

"Eh? I-iya kan ada Papi. Jadi kamu tenang aja," ucap Off dengan gugup.

"Chimon capek! Lagi pengen istirahat aja, males keluar negri!"

"Istirahatnya nanti aja di Uzbekistan,"

"Hah? Papa seriusan? Ke Uzbekistan? Chimon gak mimpi kan?" pria manis itu tiba-tiba bangkit dari duduknya dengan wajah yang sumringah.

"Iya Uzbekistan. Negara impian kamu." terang Gun lagi.

"Oh My God. Thank you so much Papa." Chimon berlari ke arah Gun dan menerjangnya dengan pelukan.

"Papa aja nih? Papi enggak?"

"Thank you Papi."

"Iya sama-sama. Sekarang bangunin Nanon gih, kalian berangkat nanti siang," suruh Gun

"Siap komandan." Chimon segera berlari kekamarnya tanpa memakan sedikitpun sarapannya, dia hanya meminum susu satu teguk.

***

"Nanon." Chimon menggoyangkan badan Nanon yang masih terlelap dengan tenangnya.

"Nanon Korapat!"

"Woi Nanon! Bangun dong! Ini bukan rumah lo. Lo tidur di kediaman gue, jadi jangan males dong!" racaunya.

"Iya-iya ini udah bangun." Bayangkan saja jam setengah lima pagi Nanon baru kembali tidur, siapa yang tidak mengantuk?

"Mandi cepetan! Gue mau honeymoon," ucap Chimon santai.

"HAH? SERIUSAN?" Kesadaran Nanon tiba-tiba terkumpul dengan cepat karna mendengar ucapan Chimon.

Chimon dengan polosnya mengangguk.

"Ke Uzbekistan," ucapnya bak anak kecil yang meminta untuk pergi jalan-jalan pada orang tuanya.

"Ahh oke." Nanon kembali lesu, dia tau Uzbekistan adalah negara impian Chimon, maka tidak mungkin mereka melakukan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan.

"Cepetan mandiiii," rengeknya.

"Iya sayang."

"Idih. Siapa yang lo panggil sayang?" teriak Chimon.

Nanon tidak menanggapinya lagi, dia lebih memilih berjalan kekamar mandi dibandingkan berdebat dengan Chimon.

Butuh waktu 15 menit bagi Nanon untuk membersihkan diri. Saat dia keluar kamar mandi, dia disuguhkan pemandangan Chimon yang sedang membereskan kopernya.

"Kita berangkat jam berapa?" tanyanya.

"Nanti siang," jawab Chimon singkat.

"Loh pakaian gue gimana dong?"

"Gak tau. Lo pulang lah beres-beres," sahut Chimon tanpa menoleh kearah Nanon.

"Kasi gue ciuman dulu," pintanya.

"Lo suka banget ya ciuman sama gue?" tanya Chimon heran, ia berbalik menghadap Nanon. Tapi kemudian dia terpaku di tempatnya melihat Nanon hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.

Chimon menelan ludahnya susah payah. Biar bagaimanapun Chimon itu lelaki normal, yang biasa didominasi karna Nanon.

"Iya suka. Tapi kalau lo gak mau gak papa. Gue gak bakal ikut ke Uzbek," ucap Nanon.

Bohong! Nanon bohong! Sebenarnya barang-barangnya sedang diantar ke kediaman Chimon, dan acara bulan madu ini rencana Nanon sendiri.

"Loh kok gitu sih?"

"Ya makanya cium dulu." Nanon mendekat kearah Chimon kemudian menariknya agar mendekat.

Chimon menghela nafasnya sejenak sebelum kemudian mendekatkan bibirnya pada pipi Nanon, tapi dengan segera Nanon menjauhkan wajahnya.

"Katanya mau cium! Cepetan! Gue belum selesai beres-beres," ucap Chimon dengan geram.

"Cium di bibir, bukan kecupan! Pakai lumatan gak boleh kurang dari 5 menit dan harus lo yang mendominasi!" pinta Nanon dengan tidak tau malunya.

"Wah ngelunjak nih bocah satu!"

"Kalau gak mau yaudah."

Nanon bersiap berbalik ingin menjauhi Chimon tapi tiba-tiba lengannya ditarik kembali keposisi semua.

"Oke tapi–"

"Tapi?"

"Jangan macem-macem!"

"Iya engga bakal."

Dengan perlahan Nanon melingkarkan lengannya di pinggang Chimon, begitupun Chimon dia memegang tengkuk Nanon menariknya untuk mendekat.

Chimon menempelkan bibirnya pada bibir Nanon, ia menatap mata kelam Nanon memastikan bahwa Nanon tidak akan berbuat macem-macem. Dan saat Chimon sudah yakin, dia memejamkan matanya berusaha menikmati apa yang dia lakukan sekarang.

Sekitar 30 detik hanya menempel, Chimon menggerakan bibirnya dengan hati-hati. Dia ingin mendominasi tapi dia tidak tau bagaimana caranya.

"Pakai lidah." Nanon melepaskan ciumannya sebentar untuk kembali menuntun Chimon.

"Gak bisa," rengeknya dengan nafas yang terengah-engah.

"Ikutin gue ya."

Ciuman itu kembali terjadi dengan lidah Nanon yang mencari lidah Chimon mengajaknya untuk melilit satu sama lain.

Nanon menuntun Chimon agar berjalan menuju kasur dan merebahkannya dengan perlahan –takut ciumannya terlepas–.

"Au," teriak mereka berdua. Chimon tidak sengaja mengigit lidah mereka yang sedang melilit, itu membuat lidah mereka terutama lidah Nanon berdarah.

"Eh sorry, Non 🥺"

Dengan gemas Nanon mengecupi bibir Chimon berkali-kali.

"Gak papa," ujarnya.

"Sekarang lanjutin gih beres-beres barang gue udah dimobil," lanjutannya sembari bangkit dari atas tubuh Chimon.

Chimon terdiam beberapa detik kemudian mengumpulkan nafasnya untuk berteriak, "NANON KEPARAT! LO NGIBULIN GUE?"





———––—––—TBC———–—–——









Reoccur ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang