2. Dadakan

615 97 11
                                    

Mau bilang kalau masa lalunya NaMon gak sehancur itu kok. Cuma ya namanya sakit hati ya kan.
Dan di book ini konfliknya dikit pake banget, bahkan kalau bisa aku bikin g isi konfliknya.
Tapi kalau kalian pengen konfliknya besar, aku bisa bikin yang kaya di book Hiraeth.
Jadi kalian mau yang gimana nih?

Okey itu aja jangan lupa vote and happy reading!!!




———————REOCCUR———————




Ceklek

Pintu ruangan Chimon terbuka menampilkan Nanon dengan bibir yang melengkung kebawah dan mata yang berkaca-kaca seperti anak kecil yang mainannya direbut.

"Udah jam. Ayo istirahat," cicitnya.

"Sopan santunnya, Nanon!" tegur Chimon. Bibir Nanon semakin menukik ke bawah tapi dia tetap menarik pintu agar tertutup kemudian mengetoknya tiga kali.

Hal itu membuat Chimon terkekeh, melupakan sejenak apa yang pria itu lakukan tadi pagi.

"Kok gak disuru masuk?" teriak Nanon dari luar.

"Hahaha iya iya...masuk," suruhnya.

Nanon menghampiri Chimon dengan wajah sedihnya.

"Gue udah nunggu dikantin tapi lo gak dateng-dateng." Chimon melirik jam dinding yang berada diatas sofa. Dia menghela nafas pelan, pekerjaan nya lebih menyenangkan daripada jam istirahat nya.

"Gue lupa," sesalnya.

"Kalau lo sakit gimana?"

"Iya-iya. Lo mau makan di kantin atau disini aja?" tanya Chimon.

"Up to you."

***

Mereka kini duduk lesehan di sebelah meja, dengan posisi menyender pada sofa.

Mereka makan dengan tenang sampai ponsel milik Chimon berbunyi.

Secara tiba-tiba Nanon merebut ponsel Chimon kemudian memberi tatapan tajam pada Chimon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Secara tiba-tiba Nanon merebut ponsel Chimon kemudian memberi tatapan tajam pada Chimon. Dia tidak suka ada yang dekat dengan miliknya.

"Lo apa-apaan sih?" sewot Chimon.

"Lo yang apa-apaan. Udah mau nikah masih aja chatan sama cewek lain," protesnya balik. Bahkan secara tidak sadar suaranya meninggi.

"Kita belum nikah! Jadi lo belum berhak ngelarang gue ngelakuin ini itu," balas Chimon tak mau kalah.

"Oke! Besok kita nikah!" Nanon bangkit dari duduknya dan hendak pergi sembari membawa ponsel Chimon.

"Nanon!" panggil Chimon pelan membuat Nanon berhenti diambang pintu.

"Bisa gak sih lo gak mentingin diri sendiri doang?"

"Lo bilang lo mau nikah sama gue. Lo pikir pernikahan kita bakal lancar kalau lo maih egois kayak gini?"

"Sadar gak sih lo kalau sikap lo ke gue itu masih plinplan?"

"Kadang lo kasar sama gue, kadang lo soft ke gue, kadang lo manja ke gue."

"Sikap lo yang kayak gitu bikin gue tambah ragu buat nerima lo lagi."

Chimon menelan ludahnya, merasa bahwa tenggorokannya kering karna berbicara panjang lebar.

"You want to marry me tomorrow, right? Oke we will get married tomorrow," putusnya.

***

Setelah Nanon pergi dari ruangannya, Chimon memilih pulang kerumahnya untuk melakukan apa yang Nanon minta.

Dirumah Chimon tidak terlalu ramai hanya ada Papanya dan beberapa maid yang bekerja.

"Chimon? Tumben udah pulang?"

"Pa, i want to marry Nanon!" ucap Chimon tanpa membalas pertanyaan sang Papa.

"Oh really? Secepatnya Papa bakal siapin," seru Gun dangan semangat bahkan dia tersenyum dengan lebar saking senangnya.

"But it has to be tomorrow!"

"What??" teriak Gun.

"Gimana bisa Chimon? Kolega Papi, Papa, Ayah Tay, Papa Newwie itu banyak, gak mungkin bisa ngundang semuanya," lanjutnya.

"Ya terserah Papa. Chimon mau nikah asal besok! Udah itu aja. Besok Chimon terima jadi, kalau gak jadi ya berarti Chimon gak bakal nikah sama Nanon." Setelah berucap begitu, Chimon bergegas kekamarnya.

Dia butuh menenangkan diri dalam bathup. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi saat dia menikah nanti.

Akankah mereka akan bahagia dengan anak-anak mereka nanti? Atau justru mereka akan berpisah seperti saat mereka remaja dulu?

Chimon harap, apapun nanti kejadiannya, dia tidak akan terpuruk lagi seperti dirinya dimasa lalu.

Tapi sepertinya dia tidak akan menikah karna acaranya tidak mungkin selesai.

***

Chimon terbangun dari tidurnya karna mendengar suara bising dari lantai bawah.

Saat melihat jam diatas nakas Chimon menghela nafasnya lelah. Apa yang Papi dan Papanya lakukan di jam 1 dini hari? Dengan terpaksa Chimon memutuskan untuk turun kelantai bawah namun langkahnya terhenti di pertengahan tangga.

Dilihatnya para pelayan sedang berjalan kesana kemari dengan kegiatannya masing-masing. Sedangkan Papi dan Papanya sibuk dengan ponselnya masing-masing. Ah disana juga ada Papa Newwie dan....Ayah Tay -suami dari Papa Newwie sekaligus Ayah dari Nanon Korapat-. Sekarang Chimon mengerti kenapa rumahnya sangat ramai.

"Pa?" panggil Chimon pada Papanya. Dia melanjutkan acara berjalannya menuruni tangga.

"Papa beneran mau nyiapin pernikahan Chimon sama Nanon besok?" tanyanya, matanya menelisik dari ujung ke ujung tempat dia berdiri sekarang.

"Iya dong sayang. Acaranya disini aja ya? Kita gak akan sempet buat nyewa ballroom hotel. Kamu tenang aja Papa udah siapin semuanya termasuk pakaian kamu untuk besok. Sekarang tugas kamu cuma istirahat dan besok kamu harus bangun pagi. Oke?" ucap nya panjang lebar, menangkup pipi anak kesayangannya dan mengecupnya sekilas kemudian melanjutkan acara menelfonnya.

Chimon memutar bola matanya malas. Dia fikir Papa nya tidak akan menanggapi permintaannya dengan serius tapi apa yang dia lihat sekarang? Bahkan Papinya pun sepertinya kini sedang sibuk menelfon kolega-koleganya begitupun Newwie dan Tay.

Baiklah! Saatnya untuk mempersiapkan diri!.







––––––––––––––––TBC––––––––––––––––












Maaf lupa up hehe, see u saturday!! 💗

Reoccur ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang