15. Something is coming

452 65 5
                                    

Dah lanjut ni yaa, jangan pada protes lagiii.
Jangan lupa vote and komen okey? <3
Happy reading!




———————REOCCUR——————







Malam hari seperti biasa mereka habiskan dengan cuddle-cuddle manja sembari menunggu jam.

Dan malam ini mereka kembali melakukannya tapi dengan sedikit lebih istimewa.

"Kamu seneng gak?" tanya Chimon.

"Seneng banget. Aku gak pernah ngebayangin kalau kamu bakal hamil secepat itu karna kita yang baru sekali making love," jawab Nanon terang-terangan.

"Sperma kamu hebat." Mereka tertawa karna tiga kata itu.

"Dulu waktu SMA kita belajar gimana anak itu bisa lahir kembar. Sperma aku kan hebat–"

"Trus?"

Nanon naik keatas Chimon kemudian mengusap pipi lelakinya.

"Kalau aku masukin lagi. Nanti anaknya jadi kembar kan?" tanyanya sambil berkedip sok polos.

"Gak gitu konsepnya Nanon!"

"Yahh. Tapi aku mau," ucapnya.

"Mau apa?" Chimon mengernyit saat usapan Nanon turun ke rahang dan menuju tulang selangka, dan seperti yang kalian tau itu adalah area sensitif bagi Chimon.

"Mau bikin dede bayi lagi."

"Kan udah ada di dalem," goda Chimon.

Nanon mengerucutkan bibirnya merajuk.

Cup

"Jangan ngambek-ngambek ih. Nanti aku yang jadi dominan gimana?" Nanon menyeringai atas ucapan itu.

"Mana mungkin bisa. Dikecup disini aja udah desah-desah," ucap Nanon masih terus mengusap tulang selangka Chimon.

Chimon melototkan matanya, ucapan Nanon itu terlalu frontal, ya walaupun itu benar adanya tapi Chimon tetap tidak terima.

"Gak ada ya!"

"Really?"

Nanon menurunkan wajahnya berusaha menyusul jemarinya, tapi belum sempat melakukan kecupan basah disana Chimon sudah menjambak rambutnya agar menjauh.

"Iya-iya aku kalah."

"Jadi..." Nanon kembali menganbalikan topik utamanya.

"Jadi...?"

"Ayo bikin baby lagi," rengeknya.

Chimon kembali menggelengkan kepalanya tidak mau. "Besok aja, aku capek," ucapnya.

"Bener ya besok?"

"Iya."

"Janji dulu." Nanon menyodorkan jari kelingkingnya pada Chimon.

"Iya janji."

Setelah menautkan jari kelingking mereka Chimon terdiam merasakan sesuatu.

Janji.

Sungguh, Chimon tidak menyukai kata itu. Maka secara tiba-tiba dia melepaskan jari kelingking nya dan bangkit dari tidurnya membuat Nanon secara tidak langsung juga bangkit dari menindih Chimon.

"Kenapa?" tanya Nanon.

"Gue–"

"Ah maaf, gak bakal minta janji-janji lagi. Tapi jangan panggil gue lo lagi," Nanon seolah bisa membaca pikiran Chimon. Padahal mereka hanya melakukan satu janji yang mudah, tapi entah kenapa itu membuat mereka berdua gelisah.

***

Pagi pagi sekali Chimon sudah diganggu oleh suara telfon, yang mengatakan berkas yang harus ia tanda tangani sudah begitu menumpuk.

Chimon bisa saja berangkat saat itu juga ke kantor tapi kondisi Nanon kembali membuatnya berfikir dua kali.

Pasalnya Nanon kembali merasakan morning sickness dan tatapannya pada Chimon sangat lesu membuat Chimon ingin menangis melihatnya.

"Mau sarapan dulu hm?" tanya Chimon.

"Enggak mau. Mau peluk aja," pintanya.

Dengan terpaksa Chimon membiarkan kepala Nanon tenggelam di perutnya.

"Mulai sekarang kamu jangan kerja terlalu keras kasian baby-nya," ucap Nanon sembari menyingkap kemeja Chimon dan mengelus perut yang masih rata itu.

Hampir saja Chimon lupa jika dia sudah hamil, belum lagi Chimon tau Nanon itu posesif bagaimana nanti jika Chimon sudah hamil besar?

"Iya enggak. Tapi sekarang aku harus kerja kamu juga harus kerja, gak mau kan nantinya anak kita punya orang tua yang miskin?"

"Kasih morning kiss dulu biar mual nya ilang," pinta Nanon.

"Gak ada! Kamu bau! Mandi dulu sana." Nanon mengerucutkan bibirnya tapi dia tetap berjalan menuju kamar mandi.

Setelah Nanon masuk ke kamar mandi, Chimon kembali sibuk dengan telfonnya sembari menyiapkan kemeja Nanon.

Sudut matanya tak sengaja menangkap cerimin yang tersambung dengan meja rias. Dengan ragu dia berdiri didepannya kemudian mengelus perutnya sekilas.

"Apa semuanya bakal baik-baik aja?" tanya nya pada dirinya sendiri.

"Sepertinya sesuatu akan datang."

Entah Nanon yang mandi terlalu cepat atau Chimon yang terlalu lama menatap cermin yang jelas kini Nanon kembali memeluknya dari belakang.

Cup

Kecupan dipipinya membuat Chimon tersadar dari lamunannya.

"Aku gak sabar nanti liat anak kita setinggi ini." Nanon meletakan tangannya sejajar dengan pinggangnya, memberi gambaran anak mereka akan setinggi itu nantinya.

"Nanon." Bukannya menjawab, Chimon malah menganggil Nanon.

"Kenapa sayang?"

"Kita belum pernah berantem seserius itu setelah menikah," ucap Chimon.

"Bukannya itu bagus ya?" Nanon mengeratkan pelukannya pada Chimon.

"Enggak itu enggak bagus sama sekali. Dalam rumah tangga pasti akan berdebat pada masanya, dan kita belum pernah kayak gitu. Aku takut, kita akan berdebat setelah anak kita lahir. Kasian dia." Chimon tidak tau bagaimana cara menjelaskannya yang jelas dihanya merasakan takut saat ini.

"Kamu gak perlu tak–"

"Ya ampun Chimon. Kamu mau kerja? Gak boleh! Gak boleh! Kamu harus tetap istirahat dirumah." Belum selesai Nanon menenangkan Chimon, Papa New serta Ayah Tay masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk.

New dengan tidak berdosanya menarik Chimon dari pelukan Nanon dan mendudukannya di kasur.

"Ini rumah Nanon atau tempat umum sih? Kenapa semua orang main masuk aja tanpa permisi?"




————————TBC————————





See u kalo udh ada ide lagi👋🏻

Reoccur ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang