13. Watermelon ice crem

478 77 96
                                    

Komen yang banyak dong "kangen namon" 😔
Happy reading!





———————REOCCUR——————









Dua minggu setelah acara honeymoon itu, kini mereka tinggal di rumah Nanon. Rumah yang Nanon beli dengan uangnya sendiri.

Perubahan sedikit demi sedikit terjadi diantara keduanya, terutama pada Chimon. Tapi mereka belum sempat memadu cinta lagi karna perkerjaan yang mereka jalani.

Beberapa hari belakangan Nanon selalu saja muntah-muntah tidak jelas, bahkan Chimon sampai takut memasak untuk Nanon.

"Huek."

Tubuh Nanon merosot di pinggiran wastafel saking lemasnya. Chimon dengan tergesa-gesa membawa-bawa Nanon teh hangat agar suaminya itu merasa lebih lega.

"Hari ini lo jangan kerja dulu deh," ucap Chimon.

"Gak mau."

"Non! Lo lemes gini gimana bisa kerja." seru Chimon.

"Gak mau. Kalau aku gak kerja kamu juga harus gak kerja," kukuhnya.

"Gak bisa Non. Kerjaan gue banyak. Nanti gue telfon Papa biar jagain lo." Nanon menatap Chimon dengan berkaca-kaca, sekali kedip saja air mata itu akan terjun dengan bebas.

"Kamu milih kerjaan daripada aku?" tanyanya bak anak SMA yang masih mencari perhatian pada pacarnya.

"Bukan gitu-"

"Hiks," runtuh sudah pertahanan Nanon. Selain mual-mual beberapa hari belakangan Nanon menjadi lebih mudah menangis karna hal-hal yang tidak penting dan menjadi sangat manja pada Chimon.

"Hey jangan nangis! Okey okey gue gak pergi kerja. Tapi kita kedokter ya?" bujuk Chimon sembari memeluk Nanon.

"Tapi panggilnya aku-kamu," pintanya. Wajahnya memelas, sangat memelas. Terlihat lucu namun sedikit menyebalkan.

"Iya. Nanti ke dokter sama aku." Chimon tidak bisa untuk tidak menuruti permintaan Nanon dalam keadaan seperti ini.

Huek.

Buru-buru Nanon memuntahkan iri perutnya -yang hanya terisi air- itu ke wastafel.

"Sakit ya muntah-muntah gini?" tanya Chimon. Dia sungguh tidak tega melihat orang-orang disekitarnya sakit, karna dia juga merasakan sakitnya.

"Sakit sedikit."

"Dimana aja?"

"Semuanya. Tapi kalau kamu peluk pasti gak sakit lagi," ucap Nanon.

"Kalau gitu ayo ke kamar," ajak Chimon sembari membopong Nanon.

"Mau ice cream semangka," pinta Nanon saat mereka sudah saling memeluk diatas kasur.

"Tapi ini masih pagi," jawab Chimon.

Lagi-lagi mata Nanon berkaca-kaca. Sebenarnya ada apa dengan Nanon? Kenapa dia jadi seperti ini? Chimon tau Nanon terkadang manja terhadapnya tapi tidak sampai separah ini.

Chimon bangkit dari duduknya berniat pergi mencari keinginan Nanon tapi pinggangnya ditahan oleh suaminya itu.

"Jangan pergi," pintanya.

"Katanya tadi mau ice cream?"

"Iya tapi jangan pergi."

"Trus gimana caranya beli dong?" Secara tidak sadar Chimon meninggikan suaranya yang entah kenapa membuat Nanon ketakutan hingga mundur menjauhi Chimon.

"Nanon maaf," sesal Chimon.

"Sini-sini." Chimon merentangkan tangannya agar Nanon kembali memeluknya dan dengan ragu Nanon mendekat kearahnya, takut-takut jika Chimon membentaknya lagi.

"Aku minta Papa yang beli ya?" bujuk Chimon.

"Iya," cicit Nanon.

***

"Chimon! Chimon! Chimon!" suara rusuh dari luar kamar menganggu dua insan yang sedang berpangutan.

Lagi-lagi Nanon hanya bisa berdecak kesal saat Chimon membuka pintu kamar mereka yang menampilkan Papi Chimon dengan satu kantong kresek di tangannya.

"Nih eskrimnya."

"Papi kok main masuk rumah orang aja? Gak sopan banget!" ucap Chimon.

"Ohh baru udah nikah sekarang Papi jadi orang lain gitu?"

"Hehe bercanda Papi."

Chimon berjalan mendekati Nanon sembari membuka kantung yang di bawa Off.

"Kok ada semangka?" tanya Chimon.

"Yang satu ice cream rasa semangka, yang lagi satu ice cream sama semangka," terang Off. Chimon mengernyit tidak mengerti, dia kan hanya menyuruh membeli ice cream semangka kenapa Papi nya juga membeli ice cream dan semangka?

"Kamu mau yang mana?" tanyanya pada Nanon.

"Mau yang ice cream sama semangka," ucap Nanon.

"Tuh kan! Untung Papi beli keduanya," seru Off dengan bangganya.

"Tumben Papi pinter." Off mengangkat bahunya tidak peduli.

Setelah membukakan ice cream vanila dan semangka segar itu, Chimon menyerahkan nya pada Nanon yang diterima dengan senang hati.

"Emang bakal enak?" tanya Chimon.

"Gak tau kan bukan aku yang makan," ucap Nanon.

"Trus siapa?"

"Kamu," jawab Nanon dengan santainya.

"HAH?" sontak saja Ayah dan anak itu berteriak berbarengan.

"Ya ya ya mau ya?" pintanya. Jangan lupakan matanya yang berkaca-kaca, yang membuat Chimon tidak tega hingga dengan terpaksa Chimon menerima suapan yang di berikan Nanon.

"Gimana? Enak gak?" tanya Nanon sambil terus menyuapkan ice cream dan semangka nya pada Chimon dengan mata yang berbinar.

"Masih layak makan," ucap Chimon membuat Off bernafas lega. Setidaknya Off tidak takut anaknya keracunan.

"Kamu kayak orang lagi ngidam, Non," ucap Gun yang ternyata dari tadi sudah berdiri diambang pintu dengan kedua tangan yang terlipat sembari menyaksikan drama tiga orang itu.

"Uhuk."

Chimon tersedak ice cream nya sendiri, "gak mungkin lah!" serunya.

Kan Chimon yang ditusuk. Kan yang masuk sperma Nanon. Kan baru sekali. Gak mungkin lah!

"Chimon coba testpek," ucap Gun.

"Chimon gak punya," ucapnya santai.

"Nih Papa bawa." Chimon menghela nafasnya. "Kan Nanon yang mual."

"Gak usah banyak omong sekarang cepetan kekamar mandi!" suruh Gun. Chimon dengan pasrah bangkit tapi lagi-lagi tangannya ditahan oleh Nanon.

"Habisin dulu ice creamnya."






————————TBC————————






Lagi difase kangen namon tapi gak tau mau ngapain...

Dah la see you next week 👋🏻

Reoccur ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang