6. Uzbekistan

520 87 35
                                    

Happy reading <3






————––—REOCCUR—––————







"Ahhh Uzbekistann i'm heree," seru Chimon dengan lantang saat mereka tiba di Uzbekistan.

Setelah sampai di bandara tadi, mereka di jemput oleh asisten –yang sudah disiapkan oleh Ayah Nanon– menuju hotel.

"Kenapa sih lo pengen banget kesini? Bukannya disini cuma banyakan tentang islam-islamnya? Kita Buddha btw," ucap Nanon saat melihat pendamping hidupnya begitu antusias melihat tempat-tempat yang mereka lewati.

"Sizning vazifangiz sharh berish emas, balki menga hamrohlik qilishdir," ucap Chimon dengan begitu lancar sembari memutar bola matanya malas.

"Indonesian please," seru Nanon. Sang supir tertawa melihat tingkah absurd keduanya, 'pasangan yang serasi' batinnya.

"Artiin sendiri."

***

"Hari ini kita bakal ke–" Chimon menjeda ucapannya sejenak. Jari jemarinya bergerak dengan lincah di atas ipad nya.

"Samarkand," lanjutnya menatap kearah Nanon yang tengah rebahan disebelahnya.

"Gak bisa istirahat dulu apa? Kita baru sampai, gue capek banget," keluh Nanon. Dia tau Chimon hyperaktif tapi kali ini keterlaluan.

"Oh jadi lo mau nyuruh gue jalan-jalan sendiri gitu? Trus guna-nya lo apa?!"

Nanon memejamkan matanya berusaha mengontrol emosinya.

"Bukan gitu sayang. Kita bisa jalan-jalan tapi besok aja oke? Sekarang istirahat dulu," bujuknya.

"Gue maunya sekarang gimana dong? Kita cuma punya waktu seminggu!" sifat Chimon yang seperti ini kembali lagi. Tidak mau mengalah dan keinginannya harus dituruti.

"Kita bisa perpanjang kalau lo mau."

"Gue gak mau!" teriak Chimon.

Dengan geram Nanon bangkit dari tidurnya dan segera menindih Chimon.

"Kalau gitu kasih gue tidur sebentar," tawar Nanon sambil menggeretakan giginya membuat Chimon ketakutan.

"Gue bilang gue gak ma-mpphhh." Nanon menciumnya dengan tergesa-gesa, seolah melampiaskan emosinya yang sendari tadi dipancing oleh Chimon.

Chimon sudah pasti melawan tapi Nanon malah mengusap tulang selangkanya membuat Chimon melenguh tanpa sadar.

Dirasa Chimon sudah mulai terbuai, Nanon melepaskan ciumannya dengan hati-hati.

"Nanti ya?" pintanya.

Kali ini Chimon mengangguk setuju, entah kenapa saat Nanon kembali ketempatnya pipi Chimon bersemu membuatnya harus memalingkan wajah ke arah lain.

"Gue tidur. Lima belas menit aja, nanti gue temenin jalan-jalan. Jangan pergi sendiri."

"I-iya." Chimon meruntuki dirinya sendiri. Kenapa harus gugup?? Tidak! Dia tidak boleh jatuh cinta lagi pada Nanon.

***

Lima belas menit kemudian, Nanon terbangun merasakan seseorang memeluknya dengan hangat.

Ah dia rindu masa-masa ini. Dimana lengannya menjadi bantal untuk Chimon tidur dan Chimon dengan senang hati memeluknya.

Cup

Nanon bangkit perlahan dari tidurnya setelah mengecup kening Chimon. Dia memilih mandi lebih dulu daripada menunggu Chimonnya terbangun. Dapat dipastikan jika dia memilih melanjutkan tidurnya, Chimon pasti mengamuk saat terbangun nanti.

Reoccur ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang