Bab 1: Awal Pertemuan

18 3 0
                                    

Pada suatu hari

Di kota yang sangat indah. Hujan rintik-rintik membasahi seluruh kota. Sejuk sekali rasanya. Bau khas alam yang terguyur air hujan, membuat siapa saja akan betah menikmatinya.
ALMAHESA ABRAHAM, lelaki yang kerab di sapa MAHESA. Tidak bisa di pungkuri bahwa Ia adalah anak tunggal dari keluarga ABRAHAM. Gayanya yang cool, paras yang menawan, serta sifatnya yang hangat mampu membuat semua orang merasa nyaman berada di dekatnya.

Ia sedang berteduh di tepi trotoar dan menikmati indahnya hujan.
Tidak berselang lama, kemudian datanglah seorang wanita dengan penampilan basah kuyup. Yap, wanita itu kehujanan.

Ia bernama GEBBY FIZA dengan nama panggilan GEBBY. Seorang gadis dengan wajahnya yang manis, senyumnya yang candu dan sifatnya yang cuek.

Melihat Gebby yang sibuk dengan bajunya yang basah, Mahesa pun lantas memberikan jaketnya, karena takut Gebby kedinginan. Gebby awalnya menolak, namun ia juga merasa kedinginan.

"Daripada kedinginan, ya udah gua terima aja deh" ujar Gebby dalam hati.

Gebby pun dengan ragu menerimanya, meskipun ia juga merasa canggung, karena telah di bantu oleh orang asing. Tak apalah, kebaikan berpihak kepada Gebby saat ini. Dengan mempertemukannya dengan orang asing dan meminjamkan jaket kepada dirinya.
Setelah menerima jaket yang di ulurkan oleh pria asing di hadapannya ini, tidak lupa Gebby pun mengucapkan terima kasih kepada Mahesa.

Setelah beberapa menit mereka saling diam, akhirnya Mahesa pun mencoba mengajak Gebby mengobrol dan mereka pun saling berkenalan. Suasana yang canggung membuat Mahesa dan Gebby masih saling kikuk.

Satu hal yang Mahesa tau tentang Gebby. Gebby memang cuek dan membuat sikapnya terkesan dingin. Namun sebenarnya, Mahesa tau kalau Ia adalah orang yang ramah. Terlihat dari setiap kata yang Ia lontarkan ketika berbicara dengan lawan bicaranya, terlihat baik dan selalu merendah. "Menarik" kata itu yang ada di fikiran Mahesa.

"Gua duluan ya, jemputan gua udah dateng. Thanks jaketnya" ujar Gebby

"Oiya hati-hati" ujar Mahesa

Sesampainya dirumah, Gebby pun langsung membersihkan dirinya. Bajunya sedikit basah akibat air hujan.

Suasana yang sepi seperti biasanya, kenyamanan bagi seorang Gebby.
Ya, Gebby memang suka dengan keadaan yang sepi dan sunyi. Baginya, keadaan yang seperti itu membuatnya lebih bisa meluapkan segala yang dirinya rasakan. Namun, meskipun Gebby sudah biasa dikelilingi rasa kesunyian, tetap saja dirinya merasakan sedih juga. Terkadang Ia pun ingin seperti apa yang anak lain rasakan, bisa menghabiskan waktu bersama orang tuanya.

Orang tua Gebby sibuk dengan pekerjaannya. Itulah alasan mengapa Gebby selalu ditinggal sendirian dirumah. Dirinya adalah anak tunggal dari sepasang suami istri - Ranti dan Rama (Orang tua Gebby)

Bukan karena tak percaya, hingga membuat Gebby tidak pernah bercerita tentang masalahnya kepada siapapun. Namun, Ia hanya tidak ingin merepotkan orang-orang di sekitarnya.

Pasalnya, pernah suatu ketika. Gebby menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Tentunya, sekarang sudah menjabat sebagai mantan Gebby.
Orang yang Gebby anggap rumah, yang Gebby kira akan mendengar segala keluh kesahnya, menemaninya dan memberikan semangat kepadanya.

Namun ternyata salah, Ia adalah orang yang membuat Gebby trauma hingga saat ini. Trauma akan bercerita tentang apapun mengenai dirinya. Trauma jika harus mengungkapkan keluh kesahnya kepada orang lain. Trauma hingga membuat Gebby merasa tidak pantas dicintai siapapun.
Ya, lelaki itu berhasil membuat dirinya trauma.

Bagaimana bisa, orang yang Gebby percayai. Yang Gebby anggap akan selalu memberikan pelukan hangatnya. Yang Gebby kira akan selalu menerima keadaan Gebby.
Namun Ia malah membuang Gebby. Dengan egoisnya Ia mengatakan, bahwa Gebby memiliki banyak kekurangan dan tidak ada seorang pun yang bersedia mencintai Gebby.
Sakit. Sangat sakit saat mengingatnya. Dimana kejadian itu sudah 1 tahun lamanya, namun masih sangat membekas di ingatan Gebby.

Baginya, Karin-sahabatnya, ada di sampingnya saja sudah cukup. Karin yang membuatnya bisa tertawa. Karin yang membuat harinya berwarna.

Gebby dan Karin bersahabat sejak mereka masih berusia 5 tahun. Dimana Gebby dan Karin berada dalam Sekolah Taman Kanak-kanak yang sama.

Gebby yang memang cuek pun hanya diam dan menyendiri. Namun berubah ketika Karin tiba-tiba datang dengan giginya yang lepas satu, menghampirinya dan mengajaknya berkenalan.
Dimana saat baru saja sehari Gebby dan Karin berkenalan. Namun Karin langsung meng-klaim bahwa Gebby adalah sahabatnya.

Flashback on

"Halo nama aku Kalin. Nama kamu siapa?" ujar Karin kecil dengan nada cadelnya

Merasa ada yang mengajaknya berbicara, Gebby pun menoleh menatap Karin, dengan dahi yang berkerut dan alis yang di naikan satu.

"Iza" ujar Gebby kecil cuek

"Kok kamu sendilian disini, mama kamu mana?" ujar Karin kecil

"Karin sayang! Udah waktunya pulang. Kita pulang yok!" ujar Suci-Mama Karin yang tiba-tiba datang menghampiri mereka

"Bental Mama. Kalin punya sahabat, nih, namanya Iza" ujar Karin kecil sembari menunjuk Gebby

"Eh Karin punya sahabat? Halo cantik! Kok sendirian, Mamanya mana? Belum jemput ya?" ujar Mama Karin sembari menoleh kanan dan kirinya mencari keberadaan Mama Gebby.

"Mama gak akan dateng!" ujar Gebby kecil dengan lantang dan langsung berlari menuju supir pribadinya.

"Mama, Iza kenapa kaya malah gitu?" tanya Karin kecil

Suci-Mama Karin, pun hanya menggeleng dan menatap Gebby yang berlari semakin menjauh, dengan heran. Apa maksud dari ucapan Gebby yang mengatakan bahwa Mama nya tidak akan datang.
Tidak ambil pusing, akhirnya Suci mengajak Karin kecil untuk pulang.

Sesampainya di mobil, Gebby kecil pun menangis.
Melihat anak majikannya menangis, Pak Usman pun tak tega dan langsung menenangkannya.

"Non, kenapa nangis? Ada yang nakal di sekolahnya? Bilang sama Bapak, biar besok Bapak marahin yang nakal ke Non Iza ya" ujar Pak Usman sembari berusaha menenangkan anak majikannya tersebut.

"N-ndak a-da yang na-nakal sama Iza, Pak hiks" ujar Gebby kecil sembari sesenggukan

"Loh, terus Non kenapa nangis? Coba cerita sama Bapak ya" bujuk Pak Usman

"Kenapa Mama sama Papa ndak pelnah nemenin Iza sekolah? Tadi I-za liat, anak-anak yang lain di antel sama Mama Papa nya hiks" ujar Gebby kecil

"Loh, kan Mama sama Papa nya Non Iza kerja. Mereka kerja cari uang buat Non Iza, biar bisa sekolah sama makan enak terus" ujar Pak Usman mencoba memberi pengertian kepada Gebby kecil

"Udah ya Non, jangan nangis lagi. Nanti kalo Non Iza nya nangis terus, matanya bengkak. Gak mau kan kalo matanya sampe bengkak?" ujar Pak Usman

Mendengar itu, Gebby kecil pun mengangguk dan langsung berhenti menangis.

Flashback off

RUANG WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang