Bab 20: Berulah Lagi

2 1 0
                                        

Saat ini, Gladis sedang berada di supermarket di dekat rumah nya. Bunda nya meminta diri nya untuk berbelanja bulanan. Sudah menjadi kebiasaan diri nya setiap bulan jika harus berbelanja seperti ini.

Hari ini adalah hari minggu. Itu mengapa Gladis bisa pergi ke supermarket. Biasanya Ia di temani adik-adik nya, namun saat ini Sheila sedang les renang dan Chila sedang les vokal. Memang, Bunda nya memasukkan adik kembarnya itu ke les bakat mereka. Namun, tidak dengan Gladis. Pernah suatu hari, Ia ingin ikut les musik, namun di larang oleh Bunda nya dengan alasan hanya akan membuang-buang uang. Akhirnya, Gladis pun tetap ikut les, meskipun biayanya Ia tanggung sendiri. Tentu uang dari tabungannya selama ini.

Masalahnya dengan Mahesa, Ia masih mencari cara agar bisa mendapatkan pria itu lagi. Tentang masa lalunya, memang Gladis akui diri nya salah karena berselingkuh dengan Axel. Tapi itu juga bukan 100% kesalahannya. Saat itu, tiba-tiba saja Mahesa hilang kabar selama seminggu lebih, dan tiba-tiba Gladis mendapat kabar jika Mahesa pindah sekolah dan tempat tinggalnya ke Aceh, tempat Nenek Mahesa.
Mahesa pergi tanpa pamit, tanpa kabar dan tanpa alasan yang jelas. Pastinya itu membuat Gladis kacau. Belum lagi saat itu diri nya sedang ada masalah dengan Bunda nya. Namun, satu-satunya orang yang Ia butuhkan malah pergi tanpa alasan yang jelas.

Saat itu, hanya Axel yang ada di sampingnya, menemaninya dan membuanya tertawa. Awalnya memang Gladis menganggap Axel sebagai temannya, lagi pula memang Axel yang notabenya adalah sahabat Mahesa. Namun, semakin lama perasaan itu tumbuh tanpa di minta. perasaan yang perlahan mulai besar kepada Axel.

Beberapa bulan kemudian, Mahesa kembali lagi. Namun, saat itu tidak sengaja bertemu dengannya di cafe, saat Gladis sedang datang bersama Axel. Itu lah awal mula di mana Mahesa benar-benar kembali menghilang dan tidak pernah ada kontak dengan nya. Hingga tiba-tiba Gladis mendapat kabar jika Mahesa pindah ke Bandung dan menetap di sana. Ia yang memang sudah tidak berhubungan lagi dengan Axel pun mencari cara agar bisa ikut pindah ke Bandung dan berniat menemui Mahesa. Tepat saat itu juga, Ayah nya berencana membangun perusahaan di Bandung dan akan pindah ke sana.

"huufftt... Kalo di inget-inget sakit juga," ujar Gladis menepis memorinya yang mengingat masa lalunya

Ia pun mulai berjalan menuju meja kasir untuk membayar semua belanjaan yang sudah Ia ambil. Saat sedang berjalan menuju kasir, Ia melihat sosok yang Ia kenal. Gladis yakin itu adalah Gebby. Gladis pun segera menghampiri Gebby.

"eh, ada si cupu." sindir Gladis saat sudah berada tepat di hadapan Gebby

Gebby tau jika itu Gladis. Namun, Ia hanya diam saja tidak menanggapi nya.

"heh! Punya mulut kan. Di pake! Dasar bisu!" ujar Gladis sembari mendorong pundak Gebby kasar

Gebby pun terhuyung ke belakang dan hampir saja terjatuh, jika Ia gagal menyeimbangkan badan nya. Ia pun hanya merotasikan kedua mata nya karena malas meladeni Gladis.

"lo bisa diem gak? Ini di tempat umum," ujar Gebby masih dengan nada santainya

"halah! Lo tuh takut kan. Karena di sini gak ada Mahesa dan geng lo itu!" ujar Gladis

"geng? Karin dan Wisnu, maksud lo? Kita gak geng-gengan," ujar Gladis

"ya itu lah. Intinya lo itu pengecut! Berani nya kalo ada pelindung lo aja, cih." ujar Gladis

Merasa jika Gladis sudah kelewatan dan takut jika Gebby terbawa emosi, akhirnya Ia pun berniat meninggalkan Gladis. Jangan sampai Ia terpancing, terlebih lagi saat ini mereka sedang berada di tempat umum.

"minggir. Gua mau lewat," ujar Gebby

"lo tuli? Gua dari tadi ngajak lo ngomong ya. Berani-berani nya lo gak nanggepin! Dasar pengecut!" ujar Gladis sembari bersiap akan menampar Gebby

Namun, belum sampai tangan nya itu ke pipi mulus Gebby. Tiba-tiba Gebby sudah menahan tangannya dan sedikit mengeratkan genggaman nya membuat Gladis merintih kesakitan.

"ssttt le-lepas..." ujar Gladis sembari merintih kesakitan

"gua udah sabar untuk gak ngeladenin lo ya, Dis. Tapi kaya nya lo emang susah buat di maklumin. Gua selalu diem, bukan berati gua gak bisa marah." ujar Gebby dengan penuh penekanan

"gua bisa aja patahin tangan mulus lo ini. Tapi gua masih punya rasa kasihan sama lo, gua kasih lo kesempatan buat nikmatin tangan lo ini. Tapi, gunain dengan baik sebelum gua bener-bener patahin tangan lo." ujar Gebby memberikan Gladis peringatan

Ini lah Gebby. Ia memang cuek, tidak banyak bicara dan selalu masa bodo dalam hal apapun. Namun, Ia juga memiliki sisi buruk jika diri nya merasa terganggu.

Setelah mengucapkan itu kepada Gladis, Gebby pun melepaskan tangan Gladis dan langsung pergi meninggalkan Gladis sendirian dengan masih merintih kesakitan.

"ssttt sial. Sakit juga ternyata, awas lo Gebby. Gua gak akan tinggal diam." ujar Gladis dengan smirk di bibir nya

Gladis pun mengambil ponselnya di dalam tas nya dan menelpon seseorang yang Ia kenal.

"cari tau latar belakang Gebby, Karin dan Wisnu. Satu lagi, pantau terus gadis yang bernama Gebby. Saya butuh data itu secepatnya!" ujar Gladis dan setelah nya mematikan sambungan sepihak

"lo salah karena macem-macem sama gua, Gebby. Gua gak suka di ancam. Lo sama aja nantang gua." ujar Gladis yang masih dengan smirk nya

Ia pun berjalan menuju meja kasir dan membayar semua belanjaan yang Ia ambil. Setelah membayar belanjaan, Gladis pun langsung pulang menuju rumah nya. Ia telah memesan taksi online untuk pulang, karena supir nya mengantar adik-adiknya pergi les.

Sesampainya di rumah, Gladis pun langsung menata semua barang-barang yang Ia beli di supermarket tadi, di bantu dengan Bibi pembantu di rumah nya.

"ini udah semua Non belanjaannya?" tanya Bi Erna-pembantu di rumah Gladis

"udah, Bi. Tinggal di tata aja," ujar Gladis
Saat sedang menata belanjaan bersama Bi Erna. Tiba-tiba Bunda nya memanggil diri nya dan Gladis pun segera mengampiri Bunda nya.

"Adis!"

"Non, Nyonya manggil itu. Non Adis buruan ke Nyonya, ini biar Bi Erna yang beresin," ujar Bi Erna

"iya, Bi. Adis ke atas dulu," ujar Gladis dan setelahnya pergi meninggalkan Bi Erna di dapur

"iya, Bun," ujar Gladis saat sampai di kamar Bundanya

"lelet banget sih. Nih, gosokin baju Bunda,"

"iya, Bun," ujar Gladis

Gladis pun segera menerima dan menggosok baju Bunda nya.

RUANG WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang