Bab 18: Nekat

1 1 0
                                        

Pagi ini di sekolah sudah ramai para murid yang mulai berdatangan. Mahesa, Gebby, Karin dan Wisnu sedang berada di kantin untuk sarapan. Tentang Gladis, mereka sudah tidak tau lagi harus menanggapinya bagaimana. Memang akhir-akhir ini gadis itu sangat mengesalkan dan selalu mencari gara-gara kepada mereka. Terlebih lagi, kepada Gebby. Pernah suatu ketika, mereka sedang istirahat dan makan di meja kantin. Tiba-tiba Gladis lewat dan dengan sengaja menumpahkan kuah bakso yang berada di tangannya ke kaki Gebby hingga menimbulkan kemerahan akibat panasnya kuah bakso itu. Mahesa pun tak tinggal diam dan langsung memarahi Gladis, namun segera di hentikan oleh Gebby. Setelahnya, Mahesa pun mengantarkan Gebby ke UKS.
Entah apa lagi yang akan Gladis lakukan sekarang. Semakin hari Ia semakin menjadi. Seolah membuktikan bahwa ucapannya kala itu tak pernah main-main.

Brak!

Saat sedang enaknya sarapan, tiba-tiba saja Gladis datang dan langsung menggebrak meja yang Gebby dan teman-temannya tempati.

"yaelah, nenek lampir berulah lagi dah," sindir Karin sembari merotasikan kedua bola matanya

"awas. Gua mau duduk di samping Mahesa." ujar Gladis mengusir Gebby

"Lo apa-apaan sih, Dis. Jelas-jelas ini tempat Gebby, ngapain lo usir dia. Cari tempat yang lain sono," usir Mahesa kepada Gladis

"Sa, apaan sih. Gak mau! Aku mau duduk di samping kamu!" ujar Gladis keras kepala

"tapi gua gak mau," ujar Mahesa

"aku gak terima penolakan!" ujar Gladis penuh penekanan

"gua gak suka di atur!" ujar Mahes tak kalah tegas

"lo gak cape apa, Nek? Ngintilin Mahesa mulu perasaan. Gua aja ngeliatnya gerah," ujar Karin kepada Gladis

"Nek? Maksud lo apa?" tanya Gladis bingung

"ya Nenek. Lo kan Nenek lampir," ujar Karin meledek

"jaga mulut lo, ya!" ujar Gladis

"uuuu takuttt. Tolongin aku, Nuuu." ujar Karin sembari memperagakan gaya takutnya dan bersembunyi di samping Wisnu

"Lo gak malu, Dis? Masa kalah sama cabe. Lo terlalu murah," ujar Wisnu ketus

Wisnu ini jarang bicara dan jarang mau ikut campur urusan orang lain. Tapi jika menurutnya sudah memuakkan, Ia akan berbicara dengan bahasa yang sangat menusuk

"anjr*t lo!" ujar Gladis sembari melemparkan sendok ke arah Wisnu

Wisnu pun hanya terkekeh sinis.

"berisik!"

"Lo bisa pergi? Hama kaya lo tu ganggu banget." ujar Gebby lagi dengan sangat menusuk

Gladis yang tak terima pun tak tinggal diam. Ia mengambil gelas yang berisi jus jeruk, lalu menyiramkannya kepada Gebby. Namun, belum sampai mengenai Gebby, tiba-tiba saja Mahesa langsung berdiri dan memasang badan. Yang membuat es tersebut mengenai dirinya.

Gebby dan yang lainnya pun kaget, terutama Gladis. Sekarang mereka sudah menjadi tontonan semua murid yang sedang berada di kantin. Dengan tatapan mata yang tajam menghunus Gladis, Mahesa pun berkata kepadanya.

"belum puas lo sama semuanya? Kali ini gua gak kecolongan lagi, Gladis. Gua gak akan biarin lo sentuh cewek gua. Lo sadar diri sedikit kayanya susah banget ya, Dis. Inget, kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Bener kata Wisnu, dengan lo ngejar-ngejar gua kaya gini, itu gak akan ngebuat gua suka lagi sama lo. Tapi malah ngebuat lo terlihat murahan. Gua muak sama lo, Glad-"

Belum sempat Mahesa menyelesaikan ucapannya. Gebby menggenggam tangannya dan memotong ucapannya.

"udah, Sa. Jangan keterlaluan. Kasian dia," ujar Gebby

"lo itu munafik, Gebby! Lo seneng kan ngeliat gua di permaluin di depan semua anak-anak sekolah kaya gini? Puas lo? Gak usah sok baik deh, gua tau hati busuk lo," pekik Gladis

Gebby yang mendengar itu pun kembali terdiam. Niatnya bukan itu, Ia hanya tidak ingin Gladis merasa lebih malu karena ucapan Mahesa. Tapi mengapa Gladis malah berfikiran demikian.

"lo tuh bener-bener ya, Dis. Di baikin malah gak tau diri," ujar Karin

"temen lo itu yang cari gara-gara! Gua cuma minta dia buat minggir. Gua kan mau duduk di samping Mahesa, tapi dia malah gak mau," ujar Gladis sembari menunjuk Gebby

"childs banget." ujar Wisnu sembari menarik tangan Karin dan meninggalkan kantin

Malas meladeni Gladis, akhirnya Mahesa pun memutuskan untuk ikut pergi dari kantin sembari menggandeng tangan Gebby.

"mau ke mana kalian?! Berani-beraninya pergi. Inget Mahesa, aku bakal dapetin kamu lagi dengan cara apapun. Tunggu aja," teriak Gladis

Merasa bahwa dirinya menjadi bahan tontonan, Gladis pun segera pergi.

"ngapain liat-liat! Pergi." ujar Gladis kepada semua murid yang menontonnya

"huuuu,"

Di sisi lain.
Mahesa dan yang lainnya memutuskan untuk pergi ke kelas, kebetulan memang sebentar lagi bel masuk segera terdengar.

"gila ya tuh Nenek lampir, gemes banget gua ya ampunn. Di kasih makan apa sih tu anak sama orang tua nya, ngeselin banget." ujar Karin dengan menggebu-gebu

Wisnu yang melihat pacarnya marah-marah seperti itu pun hanya mengelus-elus tangannya guna menenangkan.

"cape," ujar Gebby singkat

"kamu cape? Ke UKS aja yok, istirahat. Kan kamu cape," ujar Mahesa

"bukan. Aku cape sama kelakuan Gladis, gak ada habisnya," ujar Gebby

"untung gak sekelas. Kalo sekelas, bisa-bisa perang terus gua sama dia," ujar Karin

"maaf ya. gara-gara aku, kamu jadi punya masalah gini," ujar Mahesa menyesal

"kamu ngomong apa sih. Gak usah salahin diri kamu sendiri, emang udah gini jalannya," ujar Gebby

"gak main-main," ujar Wisnu singkat berhasil membuat yang lainnya kebingungan

"maksud kamu apa, yang?" tanya Karin mewakili rasa penasaran Mahesa dan Gebby

"Dia nekat. Harus lebih hati-hati, dia gak pernah main-main sama ucapannya. Apalagi kalo menyangkut Mahesa dan orang yang sekarang sama lo, Sa." ujar Wisnu kepada Mahesa

"bener banget, Nu. Dari dulu dia selalu mentingin ego nya sendiri dan nyakitin orang-orang yang menurutnya ganggu dia," ujar Mahesa

"huuffttt,"
Gebby pun hanya menghela nafas memikirkan semuanya. Kenapa harus jadi serumit ini.

"kamu tenang aja, aku gak bakal biarin dia macem-macem sama kamu," ujar Mahesa

"lo gak perlu takut, By. Lo juga temen gua. Gua gak akan biarin lo kenapa-kenapa. Gladis memang nekat, tapi kita juga harus bisa lebih nekat dari dia," ujar Wisnu

"maksudnya, Yang?" tanya Karin

"gini, dia nekat ngelakuin apa aja buat nyelakain Gebby. Karena dia ngerasa kalo adanya Gebby itu ngebuat dia jadi susah dapetin Mahesa lagi. Kita juga harus nekat untuk jaga Gebby, kalo bisa kirim bodyguard buat jaga dia," ujar Wisnu

RUANG WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang