Jika kalian bertanya di mana Gladis? Mengapa tidak pernah muncul? Mengapa saat perpisahan sekolah pun Ia tidak ada?
Ya memang benar, setelah kesalahan yang sudah Ia perbuat waktu itu. Ia langsung di marahi habis-habisan oleh Bunda nya. Ayah nya yang melihat putri nya di pukuli itu pun tak tinggal diam.
Setelahnya, Gladis di tanya lebih lanjut tentang masalah yang Ia buat saat itu. Dapat di simpulkan bahwa Gladis bukan cinta kepada Mahesa, namun terobsesi. Ayah Gladis pun mencoba menenangkan Gladis dan berbicara dengan hati-hati. Ia berniat mengajak Gladis untuk pergi ke Psikolog untuk memeriksakan keadaannya.
"Adis, Ayah sayang sama Adis. Adis juga sayang kan sama ayah?" tanya Ayah Gladis
Gladis pun hanya mengangguk. Setelah di marahi Bunda nya habis-habisan, Ia semakin parah untuk memberontak. Yang Ia lakukan pun hanya mengurung diri di dalam kamar, menangis dan teriak histeris dan merusak barang-barang yang ada di sekitarnya.
"Ayah minta Adis buat pergi ke Psikolog ya. Ayah temenin besok," ujar Ayah Gladis
"GAK! AKU GAK MAU! AKU MAU MAHESA! AKU GAK GILA, KENAPA HARUS KE PSIKOLOG! AKU CINTA SAMA MAHESA!" teriak Gladis
Plak!
Bunyi tamparan di pipi Gladis dari Bunda nya. Gladis pun langsung terdiam takut sembari menatap Bunda nya tajam.
"DIAM KAMU! BISA NYA CUMA MALU-MALUIN AJA!" bentak Bunda Gladis
"Erika! Jangan kasar sama Adis. Kamu sudah kelewatan!" ujar Papa Gladis
"Biarin Mas! Aku malu punya dia. Harus nya kamu ikut Ibu kamu yang udah mati itu, biar gak bikin malu terus!" bentak Bunda Gladis
Plak!
Suara tamparan itu pun terdengar lagi. Namun, kali ini bukan tamparan untuk Gladis dari Bunda nya. Tapi tamparan untuk Bunda nya dari Ayah Gladis. Saat mendengar ucapan Bunda nya, Gladis pun langsung tertegun. Apa maksud Bunda nya? Ikut Ibu yang sudah tidak ada? Ibu siapa yang di maksud oleh Bunda nya?
"M-mas... Kamu tampar aku? Cuma gara-gara anak ini kamu tampar aku?" ujar Bunda Gladis sembari memegangi pipinya yang panas akibat tamparan dari suami nya
"kamu keterlaluan Erika! Aku fikir kamu bisa menerima anakku dengan baik tanpa membedakannya dengan Sheila dan Chila. Selama ini aku diam, bukan berarti gak tau kelakuan jahat kamu Erika!" bentak Ayah Gladis
"kamu apa-apaan sih Mas! Jelas dia yang salah, selalu buat ulah setiap hari nya!" bentak Bunda Gladis
"pernah gak kamu mikir kenapa dia bisa seliar itu? Dia cuma butuh kasih sayang Erika! Harus nya kamu jangan membanding-bandingkan Gladis dengan Sheila dan Chila. Mana janji kamu?" ujar Ayah Gladis
"Yah... Bun..." panggil Gladis dengan nada lirihnya
"saya bukan Ibu kamu!" ujar Erika tegas
"ERIKA!" bentak Ayah Gladis
"Ayah... Apa maksud Bunda? Kenapa Bunda bilang kalau Bunda bukan Ibu aku?" tanya Gladis dengan tangisnya
"Adis... Dengerin Ayah ya, Sayang. Maafin Ayah karena gak pernah jujur ke kamu dan maafin Ayah karena ngebiarin kamu hidup dengan penyiksaan kaya gini," ujar Ayah Gladis
"Adis butuh penjelasan Yah, tolong jelasin," ujar Gladis
Erika-Bunda Gladis pun hanya menyaksikan Gladis dan Ayah nya malas. Beliau pun merotasikan kedua bola matanya.
"maaf ya, memang benar apa yang Bunda bilang. Kamu bukan anak kandung Bunda, Mama kamu meninggal karena kecelakaan saat kamu masih berusia 6 bulan. Ayah gak tega ngeliat kamu, akhirnya Ayah menikah lagi dengan Bunda kamu," ujar Ayah Gladis
"t-tapi kenapa Ayah gak pernah terus terang sama Adis? Sakit Yah... Jadi itu alasannya kenapa Bunda selama ini seakan benci sama Adis?" tanya Gladis
Mendengar itu, Ayah Gladis pun menjadi kelu saat ingin membalasnya. Kasihan putri nya ini, di tinggal Ibu nya saat masih bayi. Dan Ia menikah lagi guna putri nya akan mendapat kasih sayang yang tulus, namun Ia salah. Justru Gladis malah tidak merasakan kasih sayang yang tulus sama sekali.
"puas kamu? Liat anakku Erika. Tega kamu selama ini nyakitin dia," ujar Ayah Gladis
"aku gak akan marah sama dia, kalau aja dia nurut. Kamu liat sendiri segimana liarnya anak kamu, susah buat di atur." ujar Bunda Gladis
"bahkan gak ada rasa bersalah sedikit pun setelah kamu nyakitin dia? Kamu juga punya anak kandung Erika. Coba bayangin, gimana perasaan kamu saat Sheila dan Chila ngalamin hal yang sama kaya yang di alamin Gladis!" bentak Ayah Gladis
"udah deh, Mas. Aku cape! Jangan banding-bandingin anak aku sama anak kamu itu. Jelas Sheila dan Chila gak akan ada di posisi itu," ujar Bunda Gladis
"Ayah udah..." ujar Gladis lirih
"Bunda... Ayah..." panggil Sheila dan Chila saat melihat Ayah dan Bunda nya bertengkar. Ternyata Sheila dan Chila mendengar pembicaraan mereka, namun tidak dari awal yang membuat sheila dan Chila salah faham dan menyalahkan Gladis. mereka bersembunyi di balik pintu supaya tidak ketahuan.
"Sheila, Chila... Sini Sayang," panggil Erika lalu menangis sembari memeluk kedua putri kembarnya
"Kak Adis udah buat Bunda nangis. Chila benci Kak Adis!" ujar Chila
"Chila..." ujar Sheila memperingati adik nya. Pemikiran Sheila memang lebih dewasa dari Chila, meskipun mereka kembar. Namun, tetap saja banyak perbedaan.
"ayok Sayang, kita pergi dari sini." ujar Erika sembari menggandeng Chila
"mau ke mana kamu, Erika?" tanya Ayah Gladis
"bukan urusan kamu. Urus aja anak kesayangan kamu itu," ujar Erika lalu pergi dari hadapan Ayah Gladis, Gladis dan Sheila
"Shei..." panggil Gladis
Sebenarnya, ingin sekali Sheila memeluk sang kakak. Namun, ada rasa kecewa juga yang Ia rasakan. Tidak mendengar semuanya dari awal, membuat diri nya dan Chila menjadi salah paham.
Sheila pun menggelengkan kepalanya menatap Gladis. Lalu menoleh he arah Ayah nya.
"Ayah, Shei bingung harus apa. Maaf, Shei ikut Bunda," ujar Sheila lalu memeluk sang Ayah, kemudia pergi meninggalkan Gladis dan Ayah nya.
Setelah kepergian Bunda dan Adik-adik nya, ayah nya kembali lagi membujuk diri nya untuk pergi ke Psikolog. Namun, kali ini Gladis tak lagi memberontak. Ia hanya diam dan mengangguk sembari menatap lurus ke depan dengan tatapan kososng.
Perasaan kaget, kecewa, kehilangan, sakit dan hancur menjadi satu. Gladis merasakannya, sampai Ia bingung cara mendeskripsikannya.
Tibalah hari di mana, Gladis dan Ayah nya pergi ke Psikolog. Sesampainya di sana, Gladis pun langsung di ajak masuk ke dalam suatu ruangan, Ia pun di tanya-tanyai banyak hal. Dari masalah dengan Bunda nya sampai masalah dengan Mahesa.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG WAKTU
Teen Fiction"Sikap dinginmu yang kian menghangat Bagai sang surya yang siap menampilkan sinarnya" ................................................................................. kisah tentang 2 remaja Dimana seorang lelaki yang baru saja pindah dan bertemu de...