10

5.9K 270 17
                                    

"Laurecee?" panggil Zero sekali lagi dengan menggoyangkan tubuh Laurecee yang berada di dekapannya. Laurecee langsung tersadar dan mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa di panggil nggak nyaut-nyaut?" Laurecee kelabakan lalu berdehem pelan dan menggelengkan kepalanya.

Zero tersenyum tengil, akhh dia akan menggoda Laurecee sekarang.

"Aku tau aku ganteng, tapi nggak segitunya juga kali ngeliatinnya" ucap Zero dengan menaik turunkan alisnya menggoda Laurecee.

"Pede" ketus Laurecee lalu mengalihkan pandangannya kearah lain. Zero terkekeh pelan mendengarnya.

"Ngehadap sini dong" pinta Zero dengan menarik dagu Laurecee. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa detik, Laurecee berdehem lalu mengalihkan pandangannya kearah ponsel. Zero yang melihat mengerucutkan bibirnya.

"Ihh baby" rengek Zero, lalu merebahkan tubuhnya dengan paha Laurecee sebagai bantalannya. Zero menatap Laurecee dari bawah, sedangkan yang ditatap nampak acuh.

"Lau" tak ada sahutan dari sang empu membuat Zero kesal. Sekali lagi dia memanggil Laurecee yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Lau"

"Hm" kali ini Laurecee hanya menjawab dengan deheman, tanpa menoleh kearah Zero. Pandangannya masih fokus pada ponsel yang berada di genggamannya.

Merasa geram, Zero bangkit lalu merebut ponsel milik Laurecee dan membantingnya di lantai ruang keluarga. Hingga ponsel itu benar-benar hancur menjadi kepingan-kepingan kecil.

Laurecee langsung menatap Zero dengan tatapan tajamnya. Sedangkan yang di tatap malah menundukkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Laurecee dengan nada dingin.

Kini dia menatap nanar ponselnya yang sudah tidak berbentuk. Ingin rasanya dia berteriak sekencang-kencangnya, tapi dia berusaha menahannya.

Dia tidak mempermasalahkan harga ponsel yang sudah hancur itu, tetapi yang di permasalahkan adalah, di dalam ponsel itu terdapat data-data penting.

Bukannya menjawab Zero malah menangis. Hal itu membuat Laurecee menghela nafas pelan.

Gadis itu lalu mendekat kearah Zero dan mendekap tubuh pria itu yang bergetar.

"Sttt udah jangan nangis lagi" ucap Laurecee lembut dengan sesekali tangannya menyugar rambut tebal Zero.

Tangisan Zero mulai mereda, kini hanya tinggal isakan-isakan kecil yang terdengar.

Keduanya sama-sama diam, hingga selang beberapa menit Zero membuka suara.

"Maafin Zero karena udah buat ponsel Laurecee hancur" ucap Zero dengan menengadahkan kepalanya dan menatap Laurecee yang berdiri di depannya.

"Maafin Laurecee juga" balas Laurecee dengan wajah datar, tetapi berbeda dengan nada suaranya yang terdengar lembut.

"Hm sayang Laurecee banyak-banyak" gumam Zero pelan dengan memeluk Laurecee erat.

......

Ponsel milik Zero yang berada di saku celananya bergetar menandakan ada panggilan masuk.

Zero menatap ponsel yang sudah berada di genggamannya dengan datar, saat sudah mengetahui siapa peneleponnya dia berdecak malas.

"Ck! ganggu" decak Zero yang membuat Laurecee menatapnya dan menaikan sebelah alisnya.

"Siapa?" tanya Laurecee.

"Ersa, sahabat aku" jawab Zero memberi tau.

"Angkat siapa tau penting"

Dengan malas Zero mengangkat panggilan dari sahabatnya itu.

"Hm" dehem Zero mengawali.

"Lo dimana anjir?" tanya Ersa di seberang sana dengan nada tidak santai.

"To the point"

"Aelah nggak bisa basa-basi banget sih lo"

"Cepat atau gue matiin"

"Ck iya-iya. Jadi nanti kita mau ke club, lo mau ikut nggak?" tanya Ersa.

"Nggak" jawab Zero singkat. Setelah itu dia mematikan panggilannya sepihak.

Tut

"Kenapa?" tanya Laurecee setelah melihat Zero selesai menelepon.

"Ersa ngajakin ke club" jawab Zero tenang.

"Terus?"

"Aku nolak lah" sewot Zero, setelah sadar nada bicaranya tak enak didengar dia langsung menoleh kearah Laurecee. Sedangkan Laurecee hanya mengangkat bahu acuh.

⚔️LAZERO⚔️

Don't forget to vote and comment.

LAZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang