16

3.5K 173 23
                                    

Zero menatap bingung bangunan tua di depannya.

"Serius kita kesini?"

Laurecee mengangguk dan mengajak Zero turun dari mobil, kemudian masuk setelah meng scan kartu tanda pengenal miliknya.

Setelah memasuki area bangunan dan melihat banyaknya laki-laki yang berjaga, Zero kembali menatap Laurecee bingung.

"Kita mau ngapain sih di sini?"

Laurecee tak menjawab, dia terus berjalan dengan Zero yang senantiasa membuntuti Laurecee.

Di sepanjang jalan banyak yang menyapa Laurecee dan menatap Zero penasaran.

Baru saja Laurecee hendak duduk, tiba-tiba dia di terjang dengan pelukan dari arah belakang.

"Akhirnya ketemu lagi" lirih seseorang yang memeluknya.

Laurecee berbalik lalu membalas pelukannya. Zero yang melihat miliknya di sentuh oleh orang lain segera menarik kerah belakang orang itu hingga pelukannya terlepas.

Zero hendak melayangkan pukulan untuk Zach, namun urung karena tangannya lebih dulu di genggam oleh Laurecee.

Zach menatap Zero kesal, "Apa-apaan sih om?!"

Tatapan tajam Zero layangkan, lalu duduk di sofa dengan mengangkat satu kakinya dan menarik lengan Laurecee hingga gadis itu duduk di sebelahnya.

"Dia siapa sih Lau?" tunjuk Zach kepada Zero yang masih menatapnya tajam.

Laurecee mengangkat bahunya, kemudian menatap Zach dengan serius, "Ada masalah?"

"Kita bicarain nanti aja deh" ucapnya dengan melirik Zero sinis.

"Sekarang!"

Zach berdehem pelan, "Jadi gini, gue kemarin dapet kabar dari Uncle Dave katanya rencana kemarin bakal di ubah dan bukan gue yang jalanin misinya tapi lo"

"Karena setelah di pertimbangkan lagi, kekuatan gue nggak sepadan sama lo. Jadi Uncle milih lo sebagai gantinya dan gue akan ngawasin lo dari jauh"

Laurecee mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa dia nggak ngomong langsung aja sama gue?"

Zach menoyor kening Laurecee pelan, "Uncle udah hubungin lo berkali-kali tapi katanya handphone lo nggak aktif"

Laurecee terdiam sejenak, "Handphone gue lowbat"

Helaan nafas Zach terdengar. Sedangkan Zero dia sedari tadi hanya menyimak pembicaraan kedua orang tersebut.

Atensi Laurecee beralih pada Zero, "Gue percaya sama lo, jangan bilang ke siapapun tentang ini. Karena bukan sembarang orang yang boleh tau" peringatnya.

"Makasih atas kepercayaannya"

"Gue balik dulu"

Laurecee berdiri di ikuti Zero yang langsung merengkuh pinggang Laurecee dengan erat.

Raut wajah Zach mendadak berubah menjadi lesu, "Cepet banget"

"Mau ikut?" tawar Laurecee yang langsung mendapatkan tatapan protes dari Zero.

"Baby!" rengek Zero dengan mencengkram pinggang Laurecee kuat. Laurecee menatap Zero dengan alis terangkat, dia menggeleng dengan bibir yang sedikit mengerucut. Zach yang menyaksikan melongo tak percaya.

"Nggak deh, kapan-kapan aja"

Laurecee mengangguk lalu berjalan keluar dengan Zero yang masih setia merengkuh pinggangnya dan menatap siapa saja yang di lewatinya dengan tajam.

Setelah dari markas, Zero mengajak Laurecee ke mansion orang tuanya. Awalnya Laurecee menolak tapi karena Zero yang terus merengek akhirnya ia pun mengalah.

Setibanya di mansion Zero, keduanya langsung berjalan kearah pintu. Lalu menekan bel, hingga beberapa saat pintu di buka dari dalam. Menampakan wanita paruh baya yang terlihat masih cantik walaupun sudah berumur 42 tahun.

"Tumben pulang?" cibir ibu Zero, Chatrine Elsandra Seth.

Zero tak menanggapi, dia menarik Laurecee yang berdiri di belakangnya.

Chatrine menatap gadis di depannya dengan bingung, "Loh siapa ini?"

Laurecee yang tadinya menundukkan, kini mendongakkan kepalanya dengan perlahan.

Chatrine membelakan matanya tak percaya saat dia merasa mengenali gadis tersebut. Spontan dia berteriak, "LAURECEE?!"

Laurecee menanggapi dengan senyum tipis. Dengan segera Chatrine membawa Laurecee kedekapannya.

Sedangkan Zero menatap interaksi kedua orang didepannya dengan bingung, "Kalian saling kenal?" tanya Zero dengan raut wajah kebingungan.

Cathrine melepas pelukan dengan perlahan, lalu menatap Zero antusias.

"Jelas dong!"

Menggandeng Laurecee dan memasuki mansion dengan meninggalkan Zero yang masih setia dengan raut kebingungannya.

Duduk di sofa dengan memperhatikan sang ibu yang antusias mengobrol dengan Laurecee.

Berdehem sedikit keras hingga mengalihkan perhatian kedua orang di depannya.

"Kok Mama bisa kenal Laurecee?" tanya nya menginterogasi.

Cathrine menatap mata Zero dalam, "Kamu bener-bener nggak inget Laurecee sama sekali?"

Zero mengangkat sebelah alisnya menatap Laurecee dan Cathrine bergantian, "Emang sebelumnya kita pernah kenal?"

Cathrine menghela nafas pelan, "Loice, masih inget sama nama itu?"

Berpikir sebentar, sebelum akhirnya mengangguk dengan cepat. Bagaimana mungkin dia melupakan nama orang yang selalu bersamanya saat masih kecil, pikrinya.

Cathrine tersenyum dengan lebar, kemudian menunjuk Laurecee yang menatap Zero datar.

"Dia Loice, masa kamu nggak inget sih?"

Menoleh kearah Laurecee dengan bola mata yang membesar, menatap Laurecee tak percaya, "Seriously, you are Loice?"

Tanpa ragu Laurecee mengangguk. Lalu menunjukan sebuah foto berisi dua anak berbeda jenis.

Anak laki-laki yang merangkul pinggang anak perempuan dengan tampang datar, namun terlihat sangat tampan. Sedangkan sang anak perempuan menatap kamera dengan senyum tipis.

Zero menatap foto itu lamat-lamat, kemudian beranjak ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Tak lama kemudian Zero kembali dengan membawa satu bingkai foto yang sama persis dengan foto yang di tunjukan Laurecee tadi.

Tanpa berkata-kata lagi, Zero langsung memeluk Laurecee erat tanpa memedulikan adanya Cathrine.

"I finally found you baby"

Laurecee hanya diam, masih tak membuka suara. Namun tangannya tak berhenti mengelus punggung tegap Zero.

Masih dengan posisi yang sama Zero bertanya, "Kenapa nggak pernah bilang kalau kamu itu Loice?"

Melepas pelukannya dengan pelan, lalu membingkai wajah Zero. Membuat Zero melayangkan tatapan bertanya.

"Karena kamu nggak pernah nanya"

Cathrine di buat terkekeh karena jawaban Laurecee. Sedangkan Zero langsung menjauh dari Laurecee dengan kaki yang di hentak-hentakan di lantai.

"Baru kali ini, Mami ngeliat Zero bertingkah kaya gitu" gumam Cathrine yang masih di dengar Laurecee. Wanita itu menolehkan kepalanya kearah Laurecee, "Dan itu berkat kamu" lanjutnya dengan mengelus punggung Laurecee lembut.

Laurecee hanya menanggapi dengan senyum tipis.

"Zero nya di susul gih, kamarnya yang pintunya warna hitam"

Laurecee mengangguk dan menyusul Zero yang sudah berada di kamar pria itu.

⚔️LAZERO⚔️

Don't forget to vote and comment.

LAZEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang