Mari kita ke masa lalu ya..
Sebentar saja.
"Noona, buat apa kita ke rumah sakit?" tanya Taehyung bingung.Mata hazelnya melirik bergantian ke arah bangunan rumah sakit Seoul lalu ke wanita di kursi kemudi.
Shinye melirik sekilas dengan dengusan samar mendengar pertanyaan Taehyung, "Tentu saja memeriksa kesehatanmu. Apa kau tidak membacanya dengan teliti Tae? Ah, kurasa kau lebih tertarik pada jumlah nominal uangnya dibanding isi penting dari perjanjian itu." balasnya ketus dengan kekehan renyah di akhir ucapannya.
Taehyung menunduk takut.
Ia meremat kuat jari telunjukanya pertanda ia gugup bercampur cemas.Jawaban barusan telak membuatnya bungkam.
Harusnya Taehyung tidak usah banyak bertanya dan turuti saja permintaan wanita itu ingin membawanya kemana.Taehyung tersenyum pedih.
Shinye menoleh dan memperhatikan lekat sikap Taehyung. Ada rasa bersalah di hati kecil wanita itu tapi ia harus melakukannya demi sang suami.
Shinye menghela nafas kasar, rahang yang tadi sempat mengeras karena emosi mengundur kembali seperti sedia kala.
"Maaf soal ucapanku tadi dan tidak usah terlalu dipikirkan. Mulai saat ini, kau adalah tanggung jawabku. Aku akan memberi tahumu detailnya nanti setelah kau sudah memeriksa kesehatan tubuhmu terutama pada rahimmu, paham?" pintanya pelan.
Taehyung mengangguk kaku. Walau ucapan Shinye tidak sekejam beberapa saat lalu, ia malah segan untuk berbicara.
Setelah melakukan beberapa tes kesehatan beberapa jam lalu kini Taehyung tengah duduk di bangku taman rumah sakit sendirian dalam keadaan melamun dengan tatapan kosong ke depan.
Taehyung tidak mengerti keputusan yang ia ambil secara terburu-buru akan benar atau salah nantinya. Di satu sisi hal ini menguntungkan karena ia bisa mendapatkan uang secara cepat dan melunasi semua hutang kepada para debt collector itu namun di satu sisi ia merasa sangat bersalah entah tertuju pada siapa.
Keasikan merenung, Taehyung belum menyadari seorang wanita yang ia panggil 'noona' sudah duduk di sampingnya sambil membawa map berwarna coklat.
"Ada satu hal yang tidak bisa aku berikan kepada suamiku yaitu seorang anak." ucap pelan wanita itu tiba-tiba.
Memecah keheningan yang sempat menyelimuti di antara keduanya.
Taehyung tersentak dari lamunannya, melirik cepat dengan tatapan linglung. Lidahnya kelu sekedar untuk membalas.
Shinye menjeda sesaat ucapannya lalu melirik ke Taehyung dengan sudut bibir tertarik ke atas. Kemudian mengalihkan pandangannya ke depan dengan helaan nafas berat seolah ia menopang banyak beban disana.
"Aku tahu betul dia sangat menginginkan seorang anak setelah tiga bulan kami menikah. Suamiku tidak tahu menahu kalau aku mandul. Aku sangat takut mengatakan kejujuran tentang masalah ini, aku tidak tega melihatnya terpuruk. Aku stres, merasa tertekan batin apalagi ketika ibu mertuaku menanyakan soal kapan kami akan memiliki momongan... Kau tahu Tae aku tidak bisa menjawabnya malah menangis hebat di depan ibu mertuaku saat itu. Mereka sampai kaget dan suaminya kalang kabut cemas saat mendengar tangisanku. Miris sekali, bukan?"
Jeda, Shinye terkekeh palsu. Kenangan pahit yang harusnya sudah ia kubur dalam-dalam terpaksa ia tarik kembali ke dunia nyata.
Udara terasa lebih menyesakkan padahal angin di area taman rumah sakit itu terasa sejuk tapi tidak bagi keduanya.
Shinye pandai mengendalikan ekspresi datarnya dan tidak menangis saat bercerita kenangan menyakitkan itu. Dia tidak ingin orang lain melihat sisi lemahnya sekalipun suaminya sendiri.
Taehyung meneteskan air matanya tanpa sadar, dadanya ikut sesak sesaat mendengar cerita itu. Tidak berada di posisi wanita itu tapi entah kenapa membuat hati Taehyung terasa tercubit.
Pandangan Taehyung terpusat penuh ke arah wanita itu. Ia meringsut mendekat, perlahan ia menggengam jari jemari Shinye.
Shinye adalah penyelamat hidup Taehyung. Jika tidak ada insiden sewaktu itu mungkin Taehyung akan bertemu dengan wanita sebaik Shinye walau ada persyaratan yang harus Taehyung turuti, siap tidak siap Taehyung tetap akan melakukannya sekalipun itu akan menjungkir balikan kehidupannya nanti.
Mereka saling diam. Tak ada yang ingin membuka pembicaraan saat ini karena pikiran keduanya melayang ke kejadian lain.
Shinye masih menundukkan kepalanya dan membiarkan tangan lentik Taehyung di taruh di punggung tangannya. Ada rasa hangat menyelimuti di dada Shinye, ia merasakan kehadiran seorang teman setelah sekian lama ia kehilangan teman-temannya.
'Semoga pilihanku tepat.'
Pemanasan untuk chapter berikutnya, walau pendek tapi bermanfaat 😃
See u soon ~~
Bonus fanart, masih fresh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Babysitter
FanfictionTaehyung mendapat pekerjaan sebagai babysitter mengasuh seorang anak perempuan berusia 7 tahun yang sedang dalam masa mode aktifnya. "Aku mau Jim, menjadi babysitter." Start: 11/05/2021 Fin: - ⚠️ : Semua karakter tokoh dalam cerita ini hanya fikti...