24

2.1K 223 8
                                    

Hai?

Mereka saling menyimpan rahasia tanpa menyadari hati mereka akan terluka suatu saat nanti...










"Eumji demam."

Hanya dua kata dari Jungkook namun membuat senyuman Taehyung luntur dari wajah sumringahnya terganti dengan raut wajah cemas.

Pelukan pinggang terlepas karena Taehyung menjauh. Tanpa mengatakan apapun, Taehyung bergegas ke lantai atas menulikan pendengarannya saat Jungkook memanggil namanya.

Taehyung cemas? Tentu saja.
Taehyung merasa bersalah? Jelas.

Seharusnya ia tidak meninggalkan anaknya, seharusnya ia tidak egois. Semua sudah terjadi sekarang, di sesalipun rasanya percuma.

Masih dalam keadaan tubuh setengah basah, Taehyung masuk ke kamar Eumji yang sudah temaram hanya lampu tidur di samping ranjang sebagai penerang di tengah kegelapan kamar itu.

Taehyung merasa kehangatan di tubuhnya karena pengahangat ruangan dinyalakan namun hatinya merasa gundah.

Rasa bersalah Taehyung menyeruak, Eumji sakit karena menunggunya pulang walau Jungkook tak mengatakan secara gamblang tentang penyebab Eumji sakit namun Taehyung tahu.

Ikatan batin antara seorang ibu dan anak itu kuat.

Taehyung berjalan pelan tanpa menimbulkan suara keras lalu duduk di kursi kosong samping ranjang. Ia membungkukkan sedikit badannya  supaya bisa melihat lebih jelas wajah anaknya yang tengah tertidur.

Matanya menelurusi setiap inci wajah Eumji dan ia baru menyadari hidung, pipi serta bibir Eumji ternyata mirip dengannya.

Tangannya sempat terangkat ingin mengelus pipi tembab itu namun urung karena telapak tangannya masih dingin, takut jika ia akan membangunkan si kecil.

Taehyung menyunggikan senyum keibuannya, "Cepat sembuh anakku, mama menyayangimu. Jangan sakit lagi karena menunggu mama ya..." gumam Taehyung sambil mengecup sekilas kening anaknya yang terhalang kompersan penurun panas.

Kemudian ia berdiri lagi dan melangkah keluar dari kamar anaknya lalu menutup rapat pintu kamar Eumji dengan pelan. Ternyata di luar,  sudah ada Jungkook yang berdiri tegap dengan alis mengerut dan sorotan mata yang tak bisa Taehyung mengerti.

Jungkook menghampiri Taehyung lalu mengenggam salah satu tangan dingin miliknya.

"Bersihkan dirimu dulu, nanti temui aku di ruang makan. Aku sudah membuat sup serta teh mint untukmu." pinta Jungkook.

Taehyung tersenyum, ia merasa senang Jungkook peduli padanya.

Ia mengangguk paham. Sebelum melenggah pergi, ia juga menyuruh Jungkook berganti pakain supaya tidak masuk angin.

Mereka saling melempar senyuman sebelum pergi ke kamar masing-masing.




Beberapa hari sebelumnya,
Jungkook side.

"Aku tidak percaya Jim! Tidak mungkin Shinye masih hidup! Jelas-jelas dia meninggal di depan mataku! Kau gila!" teriak Jungkook marah pada Jimin yang terduduk di ranjang rumah sakit.

Bisa-bisanya Jimin berkata seperti itu dan menuduh Shinye melakukan hal di luar nalar 7 tahun silam, pikirnya.

Jimin menghela nafas kasar, ia mengacak rambutnya frustasi sembari mengerang samar. Keadannya memang membaik setelah tujuh hari koma di rumah sakit akibat ulah anak buah Shinye yang menghambisinya sewaktu itu.

Jimin hampir bertemu dengan ajalnya namun tidak jadi karena seseorang menyelamatkannya. Ia sangat berterima kasih kepada wanita tomboy itu.

Jungkook menekuk kedua alisnya hingga menyatu, wajahnya mengeras dan sorot matanya datar, nafasnya memburu mirip hulk.

Pikirannya mulai berkelana ke masa lalu saat Shinye hidup.

Jungkook tidak pernah mencitai Shinye, ia hanya menyanyangi wanita itu sebatas adik. Mereka memang sudah mengenal lama sejak bangku sekolah menengah pertama, sewaktu Jungkook kelas 3 SMP dan Shinye masih kelas 1 SMP yang berarti murid baru, keduanya saling mengenal karena Shinye yang membenarikan diri untuk berkenalan duluan.

Terlibat perjodohan bisnis Jungkook dan Shinye akhirnya menikah. Jungkook tahu Shinye mencitainya sebagai seorang lelaki bukan seorang kakak namun Jungkook tidak bisa membalas perasaan wanita itu.

Rasa sayang Jungkook untuk Shinye hanya sebatas adik. Titik.

Soal hubungan seks? Ya, memang mereka  melakukannya atas permintaan paksaan Shinye, namun Jungkook menggunakan pengaman. Entah kenapa Jungkook tidak yakin meninggalkan benihnya di dalam rahim Shinye.

"Tak apa jika kau tidak mempercayaiku omonganku Kook. Aku tidak memaksamu untuk percaya tapi aku meminta satu hal padamu, tolong jaga Taehyung dan Eumji. Aku merasakan firasat tidak enak pada ibu dan anak itu.." lanjut Jimin dalam hati.

Jimin tidak mungkin mengatakan firasat konyolnya ke Jungkook. Berdoa saja semoga firasatnya tidak menjadi kenyataan.

Jungkook melunakkan raut wajahnya sembari menghela nafas kasar. Mata bambinya bersitatap dengan mata sipit Jimin, Jungkook merasakan Jimin menyembunyikan sesuatu dari  perkataannya barusan.

Jungkook membiarkannya, tak ingin menekan Jimin.

"Tanpa perlu kau menyuruhku, aku pasti menjaga keduanya. A-aku sulit mempercayai bahwa Shinye masih hidup tapi aku percaya kalau Eumji anak kandungku bersama Taehyung." balas Jungkook yakin.

Tak meyangkal, sudut hati kecilnya merasa senang walau semua penyebabnya hasil dari perbuatan gila Shinye.

Jimin mengalihkan pandangannya sejenak,
"Baguslah kalau kau percaya Eumji anak kandungmu. Aku pegang janjimu untuk menjaga keduanya, Kook. Tolong jaga beri tahu Taehyung soal ini."

"Kenapa?"

Jimin membuang nafasnya sebelum membalas pertanyaan Jungkook,
"Aku hanya tak ingin Taehyung terluka. Taehyung hanya tahu anaknya sudah meninggal saat kecelakan itu, aku tak ingin ia mengigat masa lalunya." jawabnya lesu.

"Tapi Taehyung harus tahu Jim bahwa anaknya masih hidup."

Sayangnya balasannya tertahan di tenggorokan Jungkook. Mulutnya total membisu.



Ngueng ~~
Maaf kalau setiap chapter kurang dapat feelnya ya ehehe 😃

My Cute Babysitter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang