Play song : Kamu & Kenangan - Maudy AyundaKu meminta rindu, menyesali waktu,
Mengapa dahulu tak kuucapkan,
Aku mencintaimu sejuta kali sehari.
***
ICHA meninggal dunia.
Belum sampai dilarikan ke rumah sakit, perempuan itu sudah dinyatakan menghembuskan napas terakhirnya di jalan, hampir menuju rumah sakit Medistra. Lorong ini terut menjadi saksi bisu, kala Reno menggiring brankar Icha menuju ICU, ia senantiasa menyemangati perempuan yang kondisi fisik, terutama bagian wajahnya memiliki luka cukup serius. Reno tidak pernah mengira wanita yang amat dicintainya sudah pergi untuk selama-lamanya.
Boleh ia mengatakan waktu begitu curang? Ya. Waktu tak pernah mau mundur atau memperlambat proses geraknya. Ia disini belum sempat mengatakan apapun, tentang perasaannya kepada Icha. Perempuan itu juga tidak bisa berbicara banyak. Memar bagian wajah membuat Icha pasrah melawan takdir antara hidup atau mati.Reno menyendiri dibangku depan ruang ICU. Pandangan kosong itu menatap lurus menembus ruangan tepat didepan kamar Icha. Langkah kaki mulai dari perawat, pengunjung, pasien yang lalu lalang tak ia hiraukan sedikit pun. Suasana hatinya kacau, sepi tak berpenghuni. Penghuninya pergi menyisakan puing-puing kenangan.
Tidak lama kemudian ruangan Icha dipenuhi keluarga dan kerabatnya. Semua menangis, berat menerima kenyataan. Sebentar lagi Icha akan dipindahkan ke ruang jenazah.
Wanita yang ia kenal itu berjalan mendekati lelaki berjarak beberapa meter darinya sedang berdiam diri menggigit kuku-kuku jari tangannya.
"Pembunuh!!" Echa mendorong bahu Arif. Membuatnya terpelanting menubruk kursi-kursi milik ruangan lain. Mata Reno nyaris terpejam, tak berniat menolong Arif.
"Kembalikan nyawa kakak aku!" teriak Echa marah besar.
Zian—suami Echa—berusaha menenangkan kondisi hati Istrinya. Ia mendekap tubuh Echa dari belakang sambil mengucapkan kalimat yang dapat mendinginkan hati istrinya.
Arif tertunduk lemas. Sudah kesekian kali ia merutuki dirinya sendiri. Nyawa Icha melayang ditangannya. Heran, kenapa ia bisa jadi seperti ini.
Sementara Reno terdiam dengan hati berkecamuk. Kematian Icha begitu tragis sekali. Dari hasil visum menunjukkan bahwa ada bekas luka yang sengaja dilakukan seseorang kepada Icha. Mengingat Icha tarakhir kali bersama Arif, nama lelaki itu terus saja menguasai pikiran Reno.
Benar dia pelakunya?
Setega itu!
Masih menjadi misteri, sulit untuk dipecahkan. Reno berpikir keras, menelisik motif apa yang membuat Arif berani membunuh Icha. Reno merasakan kepalanya mendadak pusing, karena memikirkan hal yang diluar kapasitasnya.Lain dengan Echa, perempuan yang berstatus sebagai adik Icha itu yakin seratus persen, bahwa pelaku pembunuhan terletak pada Arif. Mantan suami kakaknya.
Tak berselang lama, dugaan Echa tepat sasaran alias benar, Arif telah menghabisi nyawa kakaknya. Setelah hasil visum itu keluar, Polisi sigap mengamankan Arif. Lelaki itu dibawa ke Polsek untuk dimintai keterangan terkait kasus kekerasannya pada Icha.
Tanpa menolak, apalagi berontak. Arif menyerahkan dirinya pada polisi sekaligus dihadapan keluarga Icha yang masih memadati ruangan.
"Dasar, pembunuh!!" ucap Echa memekik. Ia hendak mencabik wajah datar Arif, namun belum sempat terjadi. Zian lebih cepat menangkap tubuh istrinya, dan segera menjauh dari keramaian. Bagaimana tidak, semua pasien sekitaran itu merasa terganggu dengan suara bising dari luar. Beberapa pengunjung juga turut menyaksikan keributan yang mereka sendiri tidak tahu apa penyebabnya.
Jenazah Icha di bawa keluar, sontak membuat orang-orang yang memiliki hubungan dengan Icha histeris menangis.Mulut bungkam, lidah terasa kelu, hanya air mata yang dapat tercurahkan. Echa mengguncang tubuh kakaknya sambil mengucapkan, "Ini bohong, kan, kak?"
"Jangan tinggalin Echa, kita semua sayang sama kakak." isak Echa pilu. Zian mengusap punggung Echa, ia tahu ini bukan hal yang mudah bagi istrinya.
Ditinggal pergi oleh orang yang disayang.
"Jangan ditangisi terus, ay, kita harus ikhlas melepaskan." kata Zidan menarik perlahan bahu istrinya yang sedang merengkuh dan menangkupkan wajahnya di dada Icha.
Echa menatap sendu suaminya. Ia mengangguk, walau hatinya belum benar-benar ikhlas atas kepergian kakaknya.
"Om sama tante turut berbelasungkawa ya."
"Makasih.. Om Julian, Tante Risma." Echa mengangkat sebelah tangannya, lalu menghapus air matanya. Sebisa mungkin ia paksa bibirnya untuk tersenyum.
***
Reno menatap lekat pusara Icha, setelah khusyu' merapalkan doa untuk wanita itu. Dengan segala kesaksian selama mengenal Icha, Reno yakin, dia orang baik.
Melepaskan serta mengikhlaskan. Itulah cara terbaik Reno pada Icha saat ini. Biarkan kenangan antara keduanya abadi meskipun raga sudah terpisah.
"InsyaAllah, Husnul khatimah." ucap Reno kemudian bangkit dari cangkungnya.
"Selamat jalan Risha Elvira."
"Aku yang mencintaimu dalam doa"–Reno
END
————————————————
Kependekan kayaknya.
Masih mau extra part nya nggak?
Komen dibawah ya!
Jangan lupa mampir ke cerita terbaru aku❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Tersakiti [Revisi]
Diversos[SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI] Apabila tidak sanggup mempertahankannya, maka lepaskanlah. Meskipun sulit. Namun itu lah yang terbaik untukmu. Tuhan memiliki cara tersendiri menyatukan serta memisahkan dua insan yang saling mencintai...