27 : Insiden🍁

2K 126 22
                                    

Istri itu ibarat sebuah kota yang cuacanya berubah-rubah, sedangkan suami penduduk yang harus tahan dengan segala cuaca

🕊🕊🕊

Selembar kertas tergeletak diatas meja, dengan sigap Arif meraihnya. Surat itu berisi curhatan hati Icha yang memilih pergi dari tempat tinggalnya.

Biarkan aku pergi
Aku capek dengan semuanya..
Mulai dari berusaha mempercayaimu, mengerti akan sikapmu, tapi pernahkah kamu mengerti posisiku yang saat ini? Tidak! Aku sudah tau itu.

Kamu yang bangun kepercayaanku, kamu pula yang merobohkannya.

Aku tau saat ini kamu tak lagi mencintaiku, kamu hanya berpura-pura agar aku bahagia.

Pergilah jika tak betah dengan rumah lamamu, cari kebahagiaan yang kau mau tanpa memperdulikanku.

Sampai sekarang pembuktianmu hanyalah debu yang terbawa angin

Arif membuang surat itu kesembarang tempat, Otak beserta hatinya tidak menolak kepergian Istrinya.

Ia melepas cintanya, ia juga lelah menghadapi sifat kekanak-kanakan Icha.

Pernikahan yang dibangunnya dalam waktu cukup lama telah rusak, kini hanya meninggalkan pondasi yang suatu saat akan hancur pula.

Menikah tak seindah dan tak semudah yang dibayangkan. Harus ada kesiapan lahir batin. Menikah adalah bentuk ibadah paling lama, jadi harus disiapkan terlebih dahulu. Agar tidak kaget.

Ketika pasangan suami istri sudah mengarungi bahtera rumah tangga pasti menghadapi berbagai permasalahan. Permasalahan tentang kebiasaan yang sebelumnya tak diketahui, keuangan, mengasuh anak dan sebagainya. Makanya sering sekali mendengar ada keributan di sebuah rumah karena permasalahan yang ada.

Setelah itu rukun lagi, ribut lagi dan seterusnya. Itu semua harus benar-benar dihadapi dengan baik. Komitmen harus benar-benar dijaga agar rumah tangga bisa sakinah mawaddah warahmah.


-------

Icha memeluk wanita yang telah melahirkannya ketika sampai dirumah orang tuanya.

Cahya tertegun atas kehadiran anak sulungnya, dalam keterbingungan ia melepaskan pelukan itu.

Dilihatnya air mata Icha sudah bercucuran membasahi pipi, Cahya memberi isyarat agar Icha diam dalam tangisnya, Ia takut suaminya murka melihat keadaan putrinya.

Cahya menggiring Anaknya kedalam kamar yang pernah Icha tiduri sebelum berstatuskan menjadi istri.

Icha mulai bercerita apa yang ia alami sekarang, ia berharap Umminya bisa memberikan masukan dan juga jalan keluar baginya. Sungguh ia tak ingin terus-terusan terkurung dalam suatu masalah yang tak ada ujungnya.

Cahya menggenggam tangan putrinya, berusaha menyemangati. Segala sesuatu ujian pasti ada hikmahnya, mau seberat apapun. Sebagai wanita yang kuat harus terima dengan ikhlas.

Knop pintu berputar. Kedua ibu dan anak itu melepaskan pelukannya, Belum sempat menghapus air matanya, pelan-pelan pintu terbuka lebar.

Kini diambang pintu sudah berdiri laki-laki jangkung yang tak lain dari Suryo, alisnya bertautan heran kala melihat keberadaan Icha.

"Sendiran, Mana suamimu?" Suryo menjatuhkan pantatnya disebelah Icha

"Mmm.. I itu" Jawab Icha gagu

"Apa? Dia buat masalah lagi" terka Abinya dengan tepat, seolah-olah mengetahui

Cahya melirik putrinya yang memberi kode minta jawaban.

"Si Arif ada urusan bi"

"Urusan apa, berselingkuh?" kata terakhirnya penuh tekanan

"Abi habis darimana" ujar Icha mengalihkan

"Gak penting kamu tanya abi kemana, abi cuma mau tau kamu lagi ada masalah kah?"

Icha menggeleng cepat

"Jangan bohong"

Sepertinya Suryo sudah curiga mengenai kedatangan Icha, Mata Icha terpejam mencoba berfikir apa ia harus menceritakannya sekarang?

------------

Ciiittttt...

Decitan ban dan aspal telah bersatu menghantam sesuatu diluar sana, sebuah mobil BMW M2 telah menabrak pedagang mie yang sedang mendorong gerobaknya, ia lepas kendali sehingga tidak bisa terelakkan. Akibatnya gerobak itu terhempas, alat-alat didalamnya tergelinding keluar, menyisakan pecahan kaca. Pedagang itupun ikut terpental kesamping.

Si pengemudi hanya terdiam atas kejadian yang baru saja ia alami, tidak ada tindakan darinya, entah sekedar membantu bapak tersebut, mengganti rugi kerusakan yang ada atau hanya meminta maaf.

Dari semak-semak bapak itu meringis kesakitan, beberapa organ tubuhnya  lecet akibat bergesekan dengan aspal. Suaranya bergetar meminta tolong. Tidak ada orang lain disekitarnya, hanya ada mobil yang menabraknya berhenti didepan dengan menyorotkan lampu tangan.

Agak bersusah payah bapak tersebut bangkit, mencoba berpegangan dipohon yang ada. Sementara pengendara mobil tersebut melengos pergi seolah-olah tidak ada rasa empati sedikit pun untuk membantu.

-------

Ia menendang mobilnya, baru saja ia menabrak seseorang. Dalam ketertakutan ia mengatur napasnya, Metta menyadari bahwa ia melakukan kesalahan, dengan gusar ia menyibakkan rambut yang tergerai dimatanya.

"Gak.. Aku gak mau dipenjara" tuturnya dibarengi gelengan kepala

"Ini bukan salahku, aku tidak salah" lanjutnya berbicara

Ia membayangkan bagaimana jika orang yang ditabraknya melapor kekantor polisi, ia harap itu tidak akan pernah terjadi. Ia sedikit lega pasalnya orang tersebut tidak mengetahui wajahnya. Semoga saja dia tak hapal plat mobil ini. Bantinnya melirih.

TO BE CONTINUE

Segini dulu yaa, jangan lupa vomment.


Hati Yang Tersakiti [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang