Ternyata Afeksi Itu Tidak Seperti Drama Korea Pada Umumnya, Yang Berawal Benci Menjadi Cinta.
🕊🕊🕊
Pilihan sulit sedang dihadapi Icha, menentukan opsi antara cerai atau bertahan? Jika bersikeras berada di lingkup yang tak lagi sehat, itu sama saja dia bego. Demi cinta, rela mempertahankan sesuatu yang tidak patut diproteksi.
"Aku harap ini adalah pilihan yang tepat." ketus Icha. Tekadnya sudah bulat memutuskan untuk berpisah. Sebagai wanita ia juga berhak merasakan kebahagiaan, bukan hanya menikmati pahit yang tak berujung.
Aku terlalu letih memikul beban ini. Kini sudah saatnya aku meraih kembali kebahagiaan yang sempat singgah dihatiku.Ternyata sulit mengidap satu persatu penderitaan yang menggerogoti kalbu.
Bukan lemah! Namun ia terlalu usang menetap di relung hati. Sehingga benteng yang semula kokoh mulai ambruk menipis akibat menahan pedihnya terombang-ambing.Nyatanya status tidak menjamin seseorang mencintai tulus pasangannya. Lalu untuk apa cinta dihadirkan? Cuma demi mengubah status semata? Enggak! Pemikiran kuno itu harus dimusnahkan. Karena sejatinya cinta tidak akan terpengaruh pada statement seperti itu.
Angkutan umum tersebut melesat jauh membawa Icha menuju tempat yang ingin ia kunjungi. Tidak menunggu waktu lama. Icha melabuhkan kakinya di pekarangan rumah minimalis. Sekarang ia sudah berada tepat di rumah kenangannya.
Ia menghirup dalam-dalam udara segar disekitarnya, kebetulan cuaca saat ini mendung sehingga membuat siapa saja merasa nyaman. Icha berharap setelah ia mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya, ia tidak menyesal dikemudian harinya.
Perlahan Icha mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu rumahnya. Jika di pikir-pikir buat apa Icha seolah menjadi tamu dirumahnya sendiri. Bukankah lebih baik ia masuk saja?.
Dua kali ketukan, pintu terbuka separuh menampilkan sosok laki-laki tak lain dari Arif. Ia menatap instens ke seluruh tubuh Icha, kemudian ia mengernyitkan dahinya. Ia teringat perempuan dihadapannya ini merupakan pasien rumah sakit yang sempat mengaku menjadi istrinya. Hingga terciptalah kegaduhan.
"Aku minta cerai" ucap Icha tanpa melihat lawan bicaranya
Arif melongo "Sejak kapan kita menikah?" lalu ia tertawa membuat hati Icha makin terasa sakit.
"Lima tahun lalu kau menikahiku, dan sekarang aku mau kau menceraikanku" ketus Icha berusaha tegar. Walau, hatinya begitu remuk setelah memaparkan kalimat tersebut.
"Cerai? Bagaimana bisa aku menceraikanmu. Sementara kau bukan istriku" Arif kembali tertawa, baginya dongeng yang dilantunkan Icha saat ini sangat menghibur ketimbang dongeng anak-anak sebelumnya.
"Lantas siapa yang kau anggap sebagai Istri mu?" Icha menaikkan alisnya. Biarlah untuk sekarang ia tegas didepan Arif. Asal, tidak menangis dihadapannya..
Arif berdehem "Istri saya baru saja keluar" jawabnya sambil tersenyum.
Icha tercengang. Wanita mana yang Arif maksud? Karena dibalut rasa penasaran Icha langsung bertanya "Siapa?"
Arif memutar bola matanya seakan mulai jengah menghadapi tipe wanita seperti Icha.
"Yang jelas bukan dirimu!"
"Kau hanya wanita halu. Meskipun aku merasa tak pernah menikahimu. Its okay! Aku menuruti permintaanmu. Kita bercerai." ucapan beruntun Arif bagaikan tombak yang mengguncang hati Icha. Pintu itu tertutup bersamaan dengan air mata Icha yang mengalir.
Sedangkan Arif menyandarkan badannya ke pintu. Seraya memejamkan matanya. Hatinya turut pedih setelah melontarkan kalimat menyayat itu.
Icha pulang membawa luka teramat perih. Tangisnya pecah seketika. Ia menengadah—kan wajahnya ke langit kelabu. Hiruk pikuk di kawasan tersebut pun memantul dari alat pendengarannya. Ia melintasi jalanan, dengan tatapan kosong. Batinnya terguncang. Bukan karena kata cerai dari Arif. Melainkan ujaran Arif yang mengatakan dirinya halu itu sangat menusuk. Tidak lama kemudian rintik hujan turun ke bumi, membasahi aspal, bau debu pun mulai menyeruak di aroma penciuman siapa saja.
Sebuah mobil avanza terparkir sempurna di halaman minimarket. Hujan yang cukup deras terpaksa membuatnya harus menepi dan berhenti menyetir. Sambil menunggu hujan reda, ia mengedarkan pandangannya disekitar jalanan. Sepi, namun ia menangkap tubuh mungil wanita tengah diderai air hujan. Semula ia tidak terlalu memperdulikan. Akan tetapi saat wanita tersebut menoleh, ia terlonjak kaget.
"Icha" desisnya
Tanpa aba-aba ia pun berlalu menerobos hujan. Membiarkan pakaiannya basah tersapu air hujan.
"Kamu ngapain?" tukas Reno cukup kuat.
Icha mendelik menampakkan mata memerahnya "Hmm... Itu, gak. Cuma kepingin mandi hujan aja" Icha terkekeh.
"Ntar kamu sakit. Ayo ikut kakak" Reno menggiring Icha menuju tempat parkiran mobinya.
Mungkin, kau bisa menyembunyikan lukamu kepada orang-orang disekitarmu. Tapi, tidak denganku. Tanpa dijelaskan pun aku sudah mengetahuinya.
—————————
Metta merengkuh jasad kakaknya untuk terakhir kalinya. Setelah mengucapkan kalimat perpisahan, ia tersenyum.
"Selamat jalan kak. Semoga kau tenang disana" ia menutup kembali kain putih ke wajah Shella.
Sebentar lagi mayat Shella akan dimandikan, selepas itu segera di shalati. Apalgi melihat jasad Shella kian memucat, tidak baik jika menunda waktu penguburan.
Lubang tempat terakhir Shella sudah tergali sempurna, siap menyambut jasad manusia untuk perjalanan baru di alam yang berbeda. Lubang membentuk persegi itu adalah tempat peristirahatan bagi setiap makhluk bernyawa. Istirahat dalam artian bukan bebas, tenang. Disana akan diminta pertanggung jawaban atas perbuatan selama di dunia. Melewati setiap proses perjalanan mulai dari alam kubur, kehancuran alam semesta, hari kembangkitan hingga menuju sirat, antara berada di surga atau neraka.
Jasad Shella telah di turunkan menghadap kiblat. Tanah merah itu mulai dicangkul menutupi tempat Shella akan abadi disana.
Satu persatu para pelayat pergi meninggalkan jejak. Sementara Metta enggan beranjak dari sana. Tangannya senantiasa mengusap tanah yang masih membasah tersebut.TBC
Peluk hangat untuk readers❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Tersakiti [Revisi]
Acak[SEBELUM MEMBACA, JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI] Apabila tidak sanggup mempertahankannya, maka lepaskanlah. Meskipun sulit. Namun itu lah yang terbaik untukmu. Tuhan memiliki cara tersendiri menyatukan serta memisahkan dua insan yang saling mencintai...