Tiga bulan berlalu, dan menginjak bulan keempat terjadi hal yang mengejutkan. Juan yang saat itu sedang membaca buku dengan jemari berada di atas tangan Dara, merasakan pergerakan. Awalnya hanya satu gerakan lemah, sampai akhirnya ia menyadari kalau Dara benar-benar sudah tersadar. Ia memanggil dokter Lou dan laki-laki tua berkacamata itu bergegas membawa peralatan medis beserta seorang perawat wanita untuk membantunya.
"Gerakannya lemah, Dok. Tapi aku yakin dia menggenggam telunjukku."
Dokter memeriksa mata Dara dan mengangguk. "Kamu tunggu di luar, Juan. Biar aku yang memeriksa."
Tanpa bantahan Juan keluar dari ruangan. Tidak tahan menunggu, ia menyibukkan diri dengan membuat kopi dan roti lapis isi tuna. Berpikir barangkali dokter Lou dan suster ingin makan cemilan saat pekerjaan mereka sudah selesai. Setelah menunggu satu jam lamanya, pintu kamar rawat terbuka dan dokter Lou memanggilnya.
"Kemari, ada yang harus kamu lihat."
Juan menanggalkan apronnya, mencuci tangan dan bergegas ke pintu. Ia masuk tanpa permisi dan berdiri kaku di samping ranjang menatap mata Dara yang terbuka.
"Dara siuman."
Kelegaan membanjirinya seketika, Juan mengedip dan menyapa lembut. "Hallo, Dara."
**
Dani menatap wanita setengah telanjang di depannya. Hanya memakai pakaian dalam dengan jubah menerawang. Tubuhnya yang molek dengan dada yang membusung, membuatnya meneguk ludah.
"Kemari, Sayang. Kamu jangan menggodaku."
Wanita itu memutar tubuhnya, menari mengikuti irama musik lembut yang mengalun dari stereo. Ia menyukai reakasi Dani yang terpesona padanya. Ia mendekat, duduk di pangkuan Dani dan membiarkan laki-laki itu melumat bibir.
"Bibirmu ranum."
"Kamu suka?"
"Sangat."
"Apa lagi yang kamu suka?"
"Ini." Dani membuka pengait bra dan membebaskan dada itu dari kukungan kain hitam berenda. Tangannya meremas lembut, membuat putting menjadi tegang dan mulutnya meraup dengan panas. "Aku suka juga dadamu."
Wanita itu mendesah, membiar Dani bermain-main dengan dadanya. Ia meremas rambut Dani dan membenamkan mulut laki-laki itu lebih dalam untuk mengisap dan menjilati dadanya. Musik berganti, dalam satu kali sentakan, wanita itu melepaskan diri dari Dani dan kembali menari. Kali ini, tanpa bra dan hanya memakai celana dalam yang minim.
Dani melepas kaos dan celana pendeknya, kejantanannya menegang di balik celana dalam. Ia mengikuti gerakan wanita itu dengan mata sayu karena hasrat.
"Ayolah, Sayang. Berhenti bermain-main, aku sudah tidak tahan."
Wanita itu mendekat, membiarkan Dani membelai area intimnya. "Dasar mesum! Istrimu belum setengah tahun mati, dan kamu sudah tidak bisa menahan diri."
Dani melepas celana dalam wanita di depannya dengan tidak sabar. "Seandainya istriku masih ada sekalipun, kita akan tetap melakukan ini." Ia membelai lembut area intim si wanita dan tersenyum saat merasakan area itu basah. "Siapa yang bisa bercinta dengan wanita kaku yang hidup tak ubahnya boneka. Sama sekali tidak menarik."
"Benarkah?" Wanita itu mendesah saat gerakan tangan Dani makin cepat.
"Dara, tak ubahnya manekin. Kaku, dingin, dan patuh. Dia melakukan semua yang aku minta, asalkan tetap membiarkannya sendiri. Hal paling mesra yang pernah kami lakukan adalah berciuman."
"Kalian tidak bernah bersetubuh?" Kali ini, jari Dani meremas pinggulnya.
Dani tersenyum, menatap si wanita. "Kamu ingin tahu? Tidak takut gairah kita mendingin karena menceritakan soal Dara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dara
RomanceKisah Dara yang berusaha mencari tahu siapa yang mencelakainya. Dibantu Juan, si laki-laki misterius, Dara membalas satu per satu orang orang yangenyakitinya. Dari mulai suami, keluarga, hingga orang terdekatnya.