Selama dua Minggu berikutnya, mereka sibuk mencari apartemen untuk tempat tinggal dan juga ruang kantor. Bermodalkan uang hasil menjual perhiasan, keduanya memulai rencana. Sebelumnya, mereka sudah mengumpulkan banyak informasi tentang pergerakan dari orang-orang di kantor Lotus. Dara tidak tahu dari mana Juan mendapatkannya, yang pasti banyak informasi penting yang sampai ke tangan mereka, dari mulai jenis proyek, jadwal tender kerja sama dan banyak lagi. Dara berpikir, jangan-jangan ada orang dalam yang bekerja sama dengan Juan. Ia hanya bisa menduga, tanpa tahu siapa yang sesungguhnya bekerja untuk mereka. Sama seperti asal usul Juan yang misterius, orang ini pun sama.
Mereka menyewa apartemen yang cukup mewah dengan furniture lengkap. Jadi, tidak usah repot memberi perabot apa pun. Ruangan dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi serta balkon menghadap ke jalan raya, cocok untuk keduanya. Yang mereka butuhkan hanya tempat untuk tidur dan juga membangun image tentang kekayaan. Untuk ruang kantor sengaja menyewa yang tidak terlalu jauh dari kantor Lotus Group. Juan meninggalkan motornya di kontrakan dan menyewa mobil untuk mereka pakai.
"Bu Atifah tanya sama aku. Kenapa kita harus repot-repot menyamar, kalau bisa menyerang langsung dan membuka jati diri." Dara berucap saat mereka sedang memindahkan pakaian dari koper ke lemari.
Juan menoleh. "Kamu menjawab apa?"
Dara menepuk debu dari permukaan gaun sebelum menggantungnya ke dalam lemari. "Aku bilang, siapa yang menjamin nyawaku tidak akan melayang untuk kedua kalinya, kalau aku membuka jati diriku secara langsung?"
"Dia pasti mengerti."
"Sangat. Bu Atifah juga heran kenapa kamu malah membantuku tapi orang-orang yang mengaku sebagai keluargaku justru sangat ingin menyingkirkanku."
Kali ini Juan tidak menanggapi pernyataan Dara. Ia meraih kotak dan membukanya. Isinya berbagai tas yang akan dipakai Dara nanti. Ia tetap terdiam, sampai Dara melanjutkan perkataannya.
"Kalau dipikir, benar juga kata Bu Atifah. Selama ini kamu menolong dan banyak membantuku, tapi aku sama sekali tidak tahu siapa kamu. Dari mana kamu berasal, dan hal-hal lain."
Dara terkesiap, nyaris jatuh saat Juan mendadak bangkit dan berdiri tepat di hadapannya. Untunglah laki-laki itu menangkap pinggangnya. Juan mendekatkan wajah ke arah Dara dan tersenyum kecil.
"Kita sudah tinggal bersama selama lebih dari satu tahun, dan kamu merasa tidak mengenalku? Itu mengecewakan Dara."
Dara mundur hingga bagian belakang lututnya mengenai ujung ranjang. Ia meneguk ludah, mearsa gugup.
"Eh, ma-maksudku bukan itu."
"Lalu apa?" Juan makin mendekat. "Aku merawatmu, menjagamu, menemanimu selama ini dan kamu masih tidak mengenalku? Bukankah itu mengecewakan, Dara."
Diungkapkan dengan sangat lembut disertai dengan pandangan mata yang lembut, Dara merasa jantungnya menggelepar. Tangan Juann yang menyentuh bagian belakang pinggangnya terasa panas. Ia ingin berkelit tapi gerakannya terbatas.
"Juan, maksudku adalah asal usulmu. Dari mana kamu berada? Kenapa membuntutiku. Itu yang aku maksud."
Juan mengedip lalu tersenyum kecil. Tidak memindahkan tangannya dari pinggang Dara. "Apakah itu penting, Dara?"
"Penting tentu saja!"
"Kenapa?"
"Yah, karena—"
Mereka bertatapan dengan jarak paling dekat yang pernah ada. Dara merinding saat embusan napas hangat Juan menerpa wajahnya. Laki-laki ini sepertinya sedang menggodanya dan ia tidak tahu cara menghindar dengan tangan laki-laki itu menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dara
RomanceKisah Dara yang berusaha mencari tahu siapa yang mencelakainya. Dibantu Juan, si laki-laki misterius, Dara membalas satu per satu orang orang yangenyakitinya. Dari mulai suami, keluarga, hingga orang terdekatnya.