Setelah pesta malam itu, Dara dan Juan disibukkan dengan mencari para pegawai bayaran untuk kantor mereka. Dibantu oleh seorang teman Juan, mereka mendapatkan orang-orang dari sebuah teater kecil yang membutuhkan uang untuk melakukan pertunjukan. Dara menyetujui mereka untuk menjadi donatur dengan catatan, mereka akan datang saat dibutuhkan.
Juan mengatakan, Dani sering meneleponnya hanya untuk menanyakan masalah kerja sama dan secara langsung mengundang untuk bertemu. Demi menghindari masalah, Juan tidak pernah memberikan nomor Dara tapi untuk berjaga-jaga, mereka sudah mempersiapkan nomor baru.
Dara mengatakan kalau enggan bertemu Dani, terlebih saat di pesta suaminya itu menunjukkan rasa tertarik yang terang-terangan padanya dan itu membuatnya muak.
"Saat aku masih menjadi Dara yang manis dan penurut, dia nggak suka sama aku. Menolak dan nggak pernah anggap aku ada. Sekarang, jadi Roxie yang sexy, matanya jelalatan."
Juan mendengarkan keluh kesah wanita itu dalam diam. Ia tahu bagaimana perasaan Dara yang sesungguhnya dan tidak menganggap wanita itu berlebihan.
"Saat kamu ke toilet, dia bahkan secara halus mencoba menyentuhku. Benar-benar lucu. Apakah semua laki-laki sama? Menyukai wanita sexy milik orang lain dari pada istrinya? Dia juga bilang Dara berselingkuh dan kabur dengan laki-laki lain, bukan mati!"
Juan mendekati Dara, menarik tangan dan menggenggamnya. Tidak ada penolakan dari Dara, seolah mereka melakukannya secara alami. Saling menyentuh dan menguatkan adalah hal biasa.
"Harus kamu ingat, Dara. Dia suamimu."
Dara mengangguk. "Memang, tapi rasa kesalku mengalahkan segalanya. Saat beberapa Minggu lalu aku melihatnya bersama wanita lain, aku sempat kesal. Aku pikir karena masih menganggapnya sebagai suami, ternyata bukan itu."
"Jadi?"
Menatap mata Juan, Dara berucap sedih. "Dia ingin menyingkirkanku demi wanita itu. Di pesta bahkan mengatakan aku berselingkuh."
"Dia mengatakan itu?"
"Iya, katanya membaca pesan cinta dari seorang laki-laki yang dikirim untuk Dara. Mana ada begitu?"
Juan mengernyit, memikirkan perkataan Dara. Bagaimana mungkin Dani berpikir tentang istrinya berselingkuh, padahal jelas-jelas kecelakaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pembunuh sebenarnya? Ia yakin kalau salah satu di antara kerabat Dara adalah orang yang mencelakakan Dara.
Mengesampingkan rasa penasaran, mereka melanjutkan diskusi tentang langkah selanjutnya. Atifah datang sore hari dan membawa banyak makanan untuk mereka. Wanita itu berucap dengan wajah semringah, merasa gembira bisa memasak lagi untuk Dara.
"Apa Dani nggak pernah makan di rumah?" tanya Dara sambil mengunyah rendangnya.
Atifah menggeleng. "Pak Dani hanya menganggap kalau rumah itu tak lebih dari tempat beristirahat. Tidak pernah minum atau makan apa pun dari sana, seakan takut akan keracunan kalau mencobanya. Sikapnya membuat para koki dan pelayan takut akan kehilangan pekerjaan karena tidak ada lagi orang yang akan mereka layani."
"Dia hanya tidur di rumah?"
"Iya, Nona. Pergi pagi-pagi pulang malam, kalau akhir Minggu bahkan nggak pulang sama sekali."
"Bagaimana dengan keluarga pamanku?"
"Pak Lewis juga nggak pernah datang udah lama sekali. Terakhir beberapa bulan lalu dan sempat terlibat adu mulut dengan Dani."
"Karena apa?"
"Sekilas yang saya dengar-saya nggak mau dibilang menguping tapi suara mereka keras dan kebetulan saya menghidangkan kopi-kalau Pak Lewis tidak senang karena Pak Dani tidak mau menempati rumah itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dara
RomanceKisah Dara yang berusaha mencari tahu siapa yang mencelakainya. Dibantu Juan, si laki-laki misterius, Dara membalas satu per satu orang orang yangenyakitinya. Dari mulai suami, keluarga, hingga orang terdekatnya.