Mereka berdiri dengan sikap tubuh kaku dan wajah menunjukkan permusuhan. Meski bibir tersenyum tapi kebencian terlihat jelas di antara keduanya. Orang-orang yang berdiri mengeliling mereka, saling pandang dengan tegang.
"Akhirnya, bonekamu menang." Sandi berucap sinis, menatap Lewis dengan dagu terangkat. "Selamat untuk kecurangan kalian."
Dengan dua tangan di dalam saku, Lewis menatap Sandi dengan sikap meremehkan yang jelas terlihat. "Tidak ada yang menjadi bonek di sini, Sandi. Kita bersaing secara sehat."
"Hah, kamu pikir aku tidak tahu apa yang kalian rencanakan?" Sandi mengalihkan pandangan pada Dani yang sedari tadi terdiam. "Sengaja mengangkat bocah yang tidak becus kerja, demi memuluskan niatmu. Aku akui, strategi bagus, Lewis."
Disebut beberapa kali sebagai boneka, membuat wajah Dani menggelap. Baru saja ia keluar dari ruang rapat dengan bangga karena terpilih sebagai direktur dan Sandi merusak mood. Terlebih saat melihat pandangan orang-orang yang tertuju padanya, seolah-olah mereka semua setuju kalau ia hanya boneka.
"Tidak ada adu strategi di sini. Kita semua satu kawan seperjuangan."
Mendengkus kasar, Sandi berbalik dan keluar ruangan diikuti oleh beberapa orang, meninggalkan Lewis dan Dani yang berdiri pongah.
Kemenangan Dani hari ini sebenarnya sudah diprediksi oleh banyak orang. Di antara semua kandidat, kedudukannya sebagai pengganti Dara paling kuat karena status sebagai suami. Meski begitu, tidak semua mendukungnya, terutama kubu Sandi atau orang-orang yang tahu bagaimana cara kerja Dani yang pemalas.
"Abaikan dia, hari ini aku yang traktir. Terserah kalian mau memilih restoran atau club mana untuk disinggahi." Dani berucap keras pada para pegawai tinggi dan disambut gegap gempita. Beberapa orang mengikutinya, kecuali Lewis dan Andreas yang berdiri berdampingan dengan muka masam.
"Baru terpilih sudah foya-foya. Lihat sendiri'kan, Pa?"
Lewis menghela napas panjang, membenarkan ucapan anaknya. Ia sendiri merasa kesal dengan sikap Dani tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ini baru hari pertama dan ia tidak akan banyak menuntut. Tapi, mulai besok semua akan berubah terutama Dani.
"Untuk hari ini, kita biarkan dia. Tunggu saja besok."
Andreas berdecak tidak puas, meski begitu ia menutup mulut dan tidak mengatakan apa-apa. Ia tahu, apa yang terjadi hari ini adalah bagian dari rencana sang papa. Ia yakin, papanya punya pemikiran yang jauh lebih luas dari dugaan banyak orang. Tidak masalah kalau tidakj menjabat menjadi direktur, asalkan bisa mengendalikan semuanya. Andreas merasa sudah seharusnya kalau ia banyak belajar dari Lewis.
Sementara lewis dan anaknya makan siang dengan memesan makanan dari luar, Dani membaya anak buahnya berpesta di club. Dimulai dari jam dua siang dan berakhir hingga dini hari.
Keesokan harinya, Dani terlambat ke kantor dan menerima caci maki dari Lewis. Banyak dokumen yang menunggu untuk di tanda tangani dan juga jadwal kerja yang harus diikuti. Semua berantakan karena Dani.
"Aku susah payah menjadikanmu direktur dan kamu membuatku kecewa. Bisa-bisanya kamu ke klub saat jam kerja? Kamu sudah gilaaa!"
Dani membiarkan Lewis berteriak. Bagaimana pun dalam hal ini ia yang salah. Memijat pelipis, ia merasakan kepalanya berdentum menyakitkan. Efek alkohol belum sepenuhnya hilang.
"Paman, kepalaku pusing. Bisa nggak marahnya nanti saja."
Lewis yang geregetan, memukul meja Dani. "Jangan main-main denganku, Dani. Ingat, ini peringatan pertama dan terakhir, kalau sampai kamu membuat masalah lain, aku akan mencincangmu!"
Dani mendongak, menatap Lewis yang sedang marah. Wajah laki-laki tua itu memerah dengan mata melotot ke arahnya. Merasa heran, iamenyingkirkan telunjuk Lewis dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dara
RomanceKisah Dara yang berusaha mencari tahu siapa yang mencelakainya. Dibantu Juan, si laki-laki misterius, Dara membalas satu per satu orang orang yangenyakitinya. Dari mulai suami, keluarga, hingga orang terdekatnya.