2: Waktu Berlalu

78 19 18
                                    

Belle benar-benar kehilangan rasa sakitnya. Semuanya telah berakhir malam ini. Permohonannya pada alam beberapa waktu yang lalu ... telah dikabulkan. Kini, dia pun harus kehilangan nyawanya setelah mendengar suara tangisan pertama bayinya itu.

***

Robert, si Raja Negeri Es sendiri tidak mengerti kenapa badai salju turun begitu lebatnya semalam. Kemarin pula, tangisan bayi kecilnya benar-benar memprihatinkan seakan pangeran kecil itu sedang kesakitan. Padahal, saat tabib memeriksanya, kondisi pangeran Asher rupanya baik-baik saja.

Pagi ini, pangeran Asher telah tertidur lelap. Tidak seperti kemarin dimana ia menangis seperti sedang kesakitan.

Di saat termenung menatap ke luar istana, Raja Robert mendapatkan surat dari seorang pengawal. Tanda di jubah pengawal itu membuat Robert tahu, bahwa pengawal itu berasal dari Kerajaan Negeri Air.

"Mohon maaf, Yang Mulia. Saya adalah utusan ingin memberitahu kabar dari Raja Negeri Air bahwa putri kerajaan telah lahir." ucap pengawal itu sembari memberi surat bukti dari Istana Kerajaan Negeri Air.

"Putri? Anak Yuan bukan laki-laki?" Robert agak sedikit terkejut saat itu.

Sementara si pengawal mendapatkan izin untuk kembali ke kerajaannya setelah memberitahu kabar tersebut.

Robert menggelengkan kepalanya. Dia menggulung surat itu kembali setelah membacanya. "Bagaimana seorang putri dapat memimpin negeri?"

"Apa Yuan sungguh menerima putri itu?"

***

Sementara itu, Kenneth, suami dari Belle tersebut kini sedang berduka. Dia menggendong putri kecilnya yang lahir kemarin malam dari perjuangan Belle. Sambil menangis, ia menatap makam istrinya itu.

"Jujur, Belle. Aku dulu sama sekali tak menaruh perasaan apa-apa padamu. Aku hanya merasa kasihan padamu saat melihat banyak hal menyedihkan menghampirimu. Saat melihatmu menangis, sejak saat itu aku ingin bertekad melindungimu. Namun, dulu itu bukan berarti aku mencintaimu. Semua yang Robert lakukan padamu ... aku akan membalas semua rasa sakitmu karenanya."

"Kau tahu, kau melahirkan putri yang manis. Belle, dia mirip sepertimu. Aku benar-benar beruntung karena tahu bahwa kenyatannya cinta tidak pernah hilang. Kau ingin tahu nama bayi kecil kita? Namanya adalah Lucy."

***

Empat tahun berlalu, kerajaan Negeri Api dan Es kembali mendapatkan kabar gembira di mana masing-masing permaisuri mereka melahirkan seorang anak.

Negeri Es mendapatkan seorang pangeran lagi, dan Negeri Api mendapatkan seorang putri yang sangat cantik.

Robert menamai putra keduanya dengan nama Ryan. Sementara Drake menamai putri kecilnya itu dengan nama Aurora. Kedua kerajaan tersebut mengadakan pesta besar secara bersamaan.

Sementara dibalik kebahagiaan kedua kerajaan tersebut, Raja Yuan pemimpin Negeri Air merasa sedih karena setiap sang istri hamil selalu saja keguguran. Lynn yang sebenarnya juga sangat sedih berusaha menghibur sang suami. Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk tidak memiliki anak lagi dan akan merawat putri mereka satu-satunya, Clara.

***

Di tengah pesta yang ramai dan penuh kegembiraan. Asher tak turut ikut berpesta dan lebih memilih untuk diam di kamarnya.
Dia sudah berusia empat tahun, tetapi ia sudah menunjukkan sikap dingin seperti es, dan terkadang sifat es itu hilang. Ia terkadang berubah menjadi orang yang penuh emosional.

Sudah dua hari berlalu setelah sang adik kecilnya lahir ke dunia dan ia belum juga menemui dan melihat bagaimana rupa sang adik.

Asher mendengar bisikan dari luar kamarnya yang membicarakan tentang adiknya. Bisikan itu terdengar seperti memuja rupa adiknya itu.

"Kata tabib, saat melahirkan pangeran kedua prosesnya sangat lancar. Tidak seperti pangeran pertama. Tabib juga berkata kalau pangeran kedua kita akan tumbuh rupawan dan baik hati. Itu karena tabib itu melihat cahaya dari wajah pangeran kedua kita."

"Heh, jangan menyebutnya pangeran kedua. Pangeran kedua sudah diberi nama oleh raja, namanya Pangeran Ryan."

"Ah, iya. Aku lupa! Ngomong-ngomong pestanya besar sekali, ya."

***

Begitulah yang terdengar dari luar kamar Asher. Ia jinjit untuk meraih ganggang pintu, lalu membuka pintu untuk melihat siapa yang berbisik-bisik di luar. Namun, sepertinya kedua orang yang berbisik tadi sudah pergi, mengingat di luar kamar Asher tak ada siapa-siapa.

Asher melangkah menuju kamar bunda dan ayahnya. Seorang pelayan yang kebetulan melihatnya langsung menyapa dan menemaninya ke kamar Ratu.

Asher berjalan kecil mendekati bundanya, sementara sang bunda masih berbaring sambil menggendong sang adik.

"Bunda ..."

"Asher? Eh, apa kau ingin melihat adikmu?"

"Dia adikku?" tanya Asher semakin mendekat.

Sang bunda tersenyum. "Iya. Dia adalah adikmu. Dia tampan sepertimu, kan?"

Asher naik ke atas ranjang dan menatap wajah adiknya itu. "Dia lebih tampan ..."

"Apa maksudmu, sayang?" tanya Arella pada Asher, anaknya.

"Tidak." jawab Asher singkat. Ia mengelus pipi kecil adiknya dengan jari. Arella tersenyum dan memeluk Asher.

"Nanti, kalau sudah besar jangan suka bertengkar dengan adik kecil, ya?" pesan sang bunda pada Asher.

Asher mengangguk. "Kami tidak akan bertengkar. Asher janji pada bunda."

Asher tersenyum tipis lalu menatap wajah kemerahan adiknya itu. "Bunda bisa mengandalkanku untuk menjaganya."

***

5 tahun berlalu, pangeran dan putri dari ketiga kerajaan itu tumbuh besar. Terlebih-lebih Abner, pangeran dari Kerajaan Api dan adiknya, Aurora. Mereka tumbuh semakin tampan dan cantik jelita.

Apalagi mereka juga mulai menguasai elemen Api. Kekuatan mereka bertambah besar seiring waktu berjalan.

Sebagai dua orang saudara, Abner dan Aurora tentu saja menghabiskan masa kecilnya untuk bermain dan bersenang-senang. Namun, tak di sangka rupanya mereka berdua memiliki saudara lain, yakni kakak mereka yang tak dianggap oleh kerajaan.

Kakak tertua mereka itu bernama Kegan. Kegan lahir sebagai anak raja, tetapi ibunya hanyalah selir raja. Itu membuat Kegan tak dianggap dan juga tak disegani oleh penghuni istana tersebut.

T. B. C.

Element [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang