"Ryan, kau membentak ibu? Kau serius? Ada apa denganmu?" Arella kini mulai marah.
"Kabar kematian Kak Asher, tentang kejadian di kandang kuda itu, dan surat palsu itu, ibu yang membuatnya, kan?" Ryan bertanya dengan serius. Arella terkejut.
"Apa? Apa maksudmu? Ibu tidak mengerti!" Arella menjawab dengan emosi.
"Jangan berbohong! Ibu telah berani melakukan tindakan yang bodoh. Para pemberontak tadi siang, mereka tidak bersalah! Ibu yang melakukan ini semua!"
Arella kemudian berjalan pergi. "Ibu rasa, kau sekarang sedang mengada-ngada,"
Ryan segera mencegat ibunya. Ia menarik tangan ibunya itu. "Para pemberontak itu bersumpah bahwa mereka bukan pelakunya! Aku memperhatikan semuanya. Mereka adalah orang-orang yang ahli dalam bersenjata."
"Tetapi aku melihat kepala kuda itu terpenggal dengan sangat tidak baik. Kelihatannya orang yang melakukan itu tidak terlalu bisa dalam bersenjata. Dan orang itu adalah ibu!" Ryan melanjutkan.
Arella terkejut kembali, dan menertawai Ryan. "Kenapa kau berpikir seperti itu? Kau menuduh ibu? Apa kau bersungguh-sungguh?"
"Bukan hanya itu. Tulisan di kertas itu hampir mirip dengan tulisan ibu. Aku mengingat betul tulisan tangan ibu, karena ibu sering menulis puisi ketika sedang tidak sibuk." Ryan kembali memojokkan ibunya itu.
"Terakhir, aku melihat gelang ibu di kamar. Gelang yang ibu pakai kemarin, di situ sedikit menempel darah. Aku tahu, itu bukan darah manusia. Itu darah hewan, atau lebih jelasnya adalah darah kuda putih itu!"
"Kau, kau benar-benar sudah kehilangan akal? Ibu tak mungkin melakukan itu, Ryan. Ibu tak mungkin,"
Ryan segera menyela. "Itu bohong! Ibu adalah pelakunya. Sekarang, tolong katakan padaku, katakan! Ibu pelakunya, kan?"
Arella terlihat kesal terhadap sikap anaknya itu. Dia terdiam sesaat sambil menahan emosinya. "Baiklah, kalau ibu mengatakan kalau ibu yang melakukannya, apa yang kau perbuat?"
Ryan tertegun. "Ibu, ibu pelakunya? Aku, aku sudah menduga itu."
"Apa kau sudah puas sekarang? Ibu pelakunya!"
"Lalu kenapa ibu melakukan semua ini?" Ryan bertanya dengan emosional. Namun, Arella tak menjawab.
"Kenapa? Kenapa ibu melakukan ini? Ibu telah membuat kebohongan besar! Kenapa?"
"Ibu melakukan semua ini karenamu! Ini semua untukmu, Ryan! Semua untukmu!" Arella tiba-tiba menjawab.
"Apa, apa maksudnya? Kenapa? Ada apa denganku? Aku tak butuhkan apapun! Ibu tak sadar, ini adalah tentang Kak Asher! Kenapa ibu tega membuat hal seperti ini! Aku tak butuh semua ini. Kenapa ibu melakukan ini?" Ryan menggeleng tak percaya dengan apa yang diucapkan ibunya.
"Aku ingin kau mendapatkan hakmu, anakku! Ayahmu sudah bertindak tidak adil selama ini padamu! Dia hanya memedulikan Asher, dan kau harus menanggung rasa sakit ini selama ini! Lihatlah, kau sekarang akan menjadi putra mahkota! Kau, kau lihat, kan?" Arella tersenyum dan memegang bahu anaknya.
"Dengar, ini adalah kesempatan untukmu. Jangan pedulikan apapun! Jangan!"
"Ini semua bodoh! Aku tak butuh tahta atau apapun! Aku hanya butuh ibu dalam hidupku. Itu sudah sangat cukup, apa ibu tahu itu!" Ryan menjawab, lalu kembali berkata, "apa jangan-jangan ibu yang telah menyuruh orang melenyapkan Kak Asher?"
Arella segera menimpali. "Ryan, dengarkan ibu! Ibu memang pelaku yang dibalik berita bohong ini. Ibu memang pelakunya! Namun, aku juga seorang ibu! Asher adalah anakku, dan aku tak mungkin melakukan hal sejahat itu. Ibu tak mungkin melakukannya. Ibu bersalah, tetapi ibu tak membunuh siapapun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Element [On Going]
FantasyAir, Api, dan Es. *** Start: 25 Oktober 2021 End: - Tidak ada izin copyright baik untuk kepentingan umum maupun pribadi!