4: Pertemuan Bangsawan

48 16 1
                                    

Keesokkan harinya, Raja Yuan dan keluarganya berangkat menuju kerajaan Es. Begitu pula dengan Drake King beserta keluarganya. Sementara itu, Raja Robert telah menunggu dan sudah mempersiapkan jamuan kerajaan bagi para tamu pentingnya yang akan tiba saat sekitar jam 12 siang.

***

Jam 12 siang, ketiga keluarga bangsawan makan siang di ruang makan istana kerajaan es. Hidangannya cukup banyak, dan itu cukup untuk mereka semua.

Selesai makan siang, mereka menuju ruang tengah, dimana segala sesuatu akan diperbincangkan secara terbuka di sana. Sementara itu, Ryan mengajak anak-anak dari kerajaan lain untuk keliling istana.

"Ayo, semuanya! Dengan hormat, aku mengajak kalian untuk berkeliling istana. Istana kami mungkin tidak terlalu istimewa ..." ucap Ryan, tetapi dipotong oleh Abner, pangeran negeri api.

"Hei, kawan! Kau tidak perlu bicara terlalu formal! Kita di sini sebagai teman, ya, kan?" Abner merangkul Ryan. Ryan membalasnya dengan anggukan.

"Kalau begitu, tunggu apalagi? Ayo, kita berkeliling!" Abner melangkah maju, diikuti Ryan.

"Heh, kau yang jadi pemimpin tour-nya atau aku?" Ryan tersadar dan kemudian mendahului Abner.

"Tunggu! Di mana pangeran sulung Negeri Es? Maksudku, si Pangeran Asher?" tanya Aurora pada Ryan. Ryan lalu menatap putri api yang jelita itu.

"Ah, dia di kamarnya. Jangan terlalu memikirkan banyak hal tentang kakakku. Dia memang begitu orangnya. Tidak mudah berteman dengan orang baru." Ryan menjawab.

Aurora cemberut, "padahal aku ingin mencoba mendekati pangeran manis itu."

"Apa maksudmu, adik?" tanya Abner yang sempat mendengar kata-kata sang adik.

"Eh, tidak! Bukan apa-apa." Aurora dengan cepat menjawab pertanyaan kecil kakaknya itu.

"Uhm, sejujurnya aku agak kurang yakin dengan perjodohan yang dikatakan ayah sebelumnya. Jika aku dijodohkan dengan pangeran sulungnya, mungkin akan butuh waktu yang lama untuk memikirkannya. Aku bahkan tak bisa bicara dengannya. Dia di kamarnya sekarang." Clara berucap dalam hatinya. Dia juga terus ikut melangkah mengikuti Ryan, Abner, dan Aurora yang akan mengelilingi istana.

***

"Bunda?" Asher terkejut saat ibundanya, datang ke kamarnya saat ini.

"Kenapa kau tidak keluar, dan berbincang dengan yang lain, Asher?" tanya sang ibu pada Asher.

Asher tersenyum tipis. "Tidak! Aku tidak perlu berbincang dengan mereka. Berbincang dengan mereka sepertinya hal yang biasa dan membosankan."

"Mereka bukan orang biasa, Asher! Mereka adalah putri dan pangeran dari dua kerajaan tetangga. Kau harus menemui mereka! Lihatlah ... adikmu, Ryan, dia sekarang sedang mengajak mereka berkeliling."

"Walaupun mereka itu seorang pangeran atau putri, mereka tidak istimewa di mataku." Asher menutup pintu kamarnya.

Ratu Arella hanya bisa diam. Dia pergi dan membiarkan Asher mengunci diri di kamar tidurnya. Arella mengerti tentang anak sulungnya itu, dan dia tidak akan memaksanya untuk bergaul dengan yang lain.

Ketika Asher dan Ryan dalam masa pertumbuhan, mereka mulai menunjukkan sikap yang bertolak belakang. Asher selalu mengunci diri di kamarnya, dan membaca buku. Dia tumbuh besar dalam kesepian. Asher jarang sekali keluar dari istana. Dia lebih suka belajar mengenai kerajaan dan pemerintahan pada ayahnya di perpustakaan kerajaan.

Sementara Ryan, semakin ia bertumbuh, semakin banyak yang menyayanginya. Dia berteman dengan banyak orang di luar istana, bahkan ia sangat akrab kepada para pelayan dan pengawal istana. Dia tidak suka belajar di perpustakaan, karena itu sangat membosankan baginya. Dia lebih suka belajar banyak hal dari lingkungan di sekitarnya.

Perbedaan sifat kedua pangeran negeri es itu, membuat Raja Robert dan rakyatnya memiliki pendapat yang berbeda untuk menentukan putra mahkota.

Raja Robert lebih memilih putra sulungnya, Asher menjadi putra mahkota. Dia yakin, bahwa Asher lebih baik dari Ryan. Asher pintar, rajin belajar, dan dia bisa mengendalikan elemen es, bahkan kekuatan Asher sudah menyaingi kekuatan raja sekarang. Asher juga sudah berlatih bertarung menggunakan senjata di ruang latihan kerajaan selama ini.

Sementara banyak rakyat yang setuju, kalau Ryan akan menjadi penerus tahta kerajaan. Ryan memang tidak terlalu pintar, dan dia tak sekuat Asher dalam mengendalikan elemen. Tetapi setidaknya, dia bisa bertarung menggunakan senjata juga. Dan istimewanya, dia sangat baik dan ramah. Semua rakyat suka pada sikapnya yang rendah hati.

***

Abner dan Ryan duduk di kursi taman kerajaan. Sementara Aurora dan Clara berkeliling taman untuk melihat bunga dan kupu-kupu.

"Hai, Abner, adikmu cantik juga, ya!" Ryan memuji.

"Lumayanlah," balas Abner padanya.

"Dia sangat cantik, dan aku rasa dia orang yang lembut." Ryan tersenyum.

Abner tertawa, "dia memang lembut pada pandangan pertama, tetapi ketika dia sedang marah kau pasti akan mengubah pandanganmu tentangnya."

"Ah, baiklah! Jadi begitu, ya?" Ryan mengangguk.

"Kau suka padanya saat pandangan pertama?" Abner bergurau.

Ryan terkekeh, "aku rasa begitu!"

Clara dan Aurora akhirnya selesai menikmati indahnya taman itu. Mereka menuju bangku yang sedang diduduki Abner dan Ryan.

"Taman kerajaan sangat indah!" seru Aurora.

Ryan menggaruk tengkuknya, "ah, aku rasa taman di istana kalian juga begitu!"

"Sebelas, dua belas, sih." Abner merangkul sang adik, dan mengajaknya duduk.

***

"Hei, Ryan! Kakakmu itu, bisakah aku menemuinya?" tanya Clara pada Ryan.

Ryan menatap Clara sejenak. "Aku rasa kau tidak perlu menemuinya. Dia agak kasar, tetapi kalau kau ingin sekali bertemu dengannya, boleh-boleh saja."

Clara mengangguk. "Ya, ada hal penting yang harus aku sampaikan padanya."

"Tentang masalah kerajaan?" tanya Ryan.

"Bukan! Ini lebih ke hal pribadi." Clara menjawab.

Ryan mengangguk paham. "Baiklah, apa kau perlu diantar ke kamarnya?"

"Tidak! Aku akan menanyakannya pada pelayan. Kau dan yang lain di sini saja!" Clara melangkah menjauh, kemudian memasuki istana kerajaan.

***

"Clara cantik, ya?" Abner berucap sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Kau jatuh cinta pada Clara pada pandangan pertama?" tanya Ryan sebagai gurauan. Abner mengangguk tanda mengiyakan.

"Dan aku suka sekali dengan kakakmu Asher, Ryan! Dia keren dan tampan!" Aurora merapikan rambutnya yang sepertinya agak berantakan karena terkena hembusan angin.

Ryan yang mendengar itu hanya menatap Aurora dan kemudian terdiam.








T. B. C.

Element [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang