12: Perasaan Kecil

13 8 0
                                    

"Kau sudah sadar?" tanya Kenneth sepulangnya dari berburu. Ia melihat Asher yang tengah duduk di teras rumah. Asher mengangguk tanpa menjawab. Kenneth ikut duduk di sana bersama Asher. Ia memanggil Lucy. Lucy pun segera datang.

"Nak, bawakan air hangat. Ayah ingin meminumnya," pinta Kenneth kemudian.

Lucy mengangguk dan kembali ke dalam rumah. Kenneth menatap Asher yang sedang menatap kosong ke depan.

"Bagaimana keadaanmu? Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Kenneth lagi.

Asher menjawab dengan cepat, "iya, agak lebih baik."

"Baiklah, bagus kalau begitu. Apa kau sudah berkenalan dengan Lucy?" Kenneth kembali bertanya.

Asher berbalik bertanya. "Perempuan yang tadi? Sudah, aku sudah berkenalan dengannya."

Keduanya terdiam sesaat. Tak lama, Lucy datang membawakan air hangat untuk ayahnya.

"Dengar, kejadian kemarin adalah ketidaksengajaan Lucy. Dia tidak berniat mencelakaimu, kau mengerti?" Kenneth menatap Asher. Asher membalasnya dengan anggukan pelan.

"Kalau begitu, besok aku harus segera pulang dan pergi dari sini," ujar Asher, "boleh, kan?"

"Itu terserah padamu," balas singkat Kenneth. Dia masuk ke dalam rumah sambil membawa cangkir minumnya.

"Ayah, makanan ada di atas meja. Makanlah!" Lucy memberitahu.

Lucy duduk di samping Asher lalu terdiam sejenak. Asher menatap Lucy yang terdiam. Ia tersenyum tipis saat itu.

"Kau akan pulang besok? Padahal, aku berharap kau tinggal di sini lebih lama," Lucy memulai pembicaraan.

"Kau terluka, itu karena aku. Aku akan merawatmu sampai lukamu sembuh sepenuhnya. Dengan itu, aku akan melupakan perasaan bersalah itu," lanjutnya pada Asher.

Asher terkekeh, ia menatap pepohonan di sekitar rumah kayu itu. "Kau tidak perlu merasa bersalah. Itu bukan kesengajaan, kan? Ah, aku minta maaf untuk kekasaranku pada awal kita bertemu."

Tak ada jawaban dari Lucy.

"Kau telah menyelamatkan nyawaku, jadi itu sudah cukup. Aku ingin pergi besok!"

"Tetap saja!" sahut Lucy tiba-tiba.
"Kau harus tetap di sini sementara! Biarkan lukamu sembuh dulu. Bagaimana jika di perjalanan kau tiba-tiba kesakitan?!"

"Aku bisa mengatasinya, ini hal kecil," Asher meyakinkan.

"Kau ini keras kepala, ya?" Lucy berdiri. Dia masuk ke dalam rumah.

"Aku akan membuat obatmu untuk malam ini. Kau makanlah bersama ayahku," ujar Lucy sembari meninggalkan Asher sendirian di teras rumah.

"Hah, kenapa aku merasakan hal yang aneh pada perempuan ini? Ada apa denganku tiba-tiba bersikap lembut padanya? Kenapa dia mempedulikan aku sebesar ini? Ada apa denganku? Kenapa aku terus memikirkan tentang perempuan aneh itu? Perasaan apa ini?" Hati kecil Asher terus mengatakan banyak hal tanpa suara.

***

Di Kerajaan Air, Clara terus memikirkan perkataan Kael ketika selesai belajar bersama. Ia terus melamun di kamarnya.

"Kael menyukaiku?"

"Aku tidak akan menduga hal ini sebelumnya?"

"Aku pikir kami hanyalah sebatas teman dekat."

"Ternyata dia memiliki perasaan lebih padaku."

"Aku harus bagaimana?"

"Bagaimana perasaan Kael sekarang?"

Element [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang