17

703 124 6
                                    

SIKAP ASAHI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SIKAP ASAHI
.
.

Padahal tadi pagi matahari sangat terik, lalu kemana dia sekarang? Kenapa hanya awan mendung yang terlihat oleh netra Winter?

Ayolah, hari ini Sungchan sedang ada latihan futsal, Minju baru saja dijemput kakaknya.

Winter tidak tau apakah Sungchan sudah baikan dengan Asahi, karena beberapa hari ini mereka tidak terlihat bersama.

Biasanya Sungchan akan meminta Asahi untuk mengantar Winter pulang, tapi kalau mereka belum baikan Winter pulang sama siapa?

Kalau tau begini, lebih baik Winter meminta tebengan ke Minju tadi, dari pada duduk sendiri di halte sambil menunggu entah siapa.

Kalau saja tadi Winter tidak ketiduran di UKS, pasti dia bisa nebeng dengan Jungin. Tapi setidaknya dia beruntung masih dibangunkan Minju, jika tidak dia akan menginap di sekolah semalaman.

Kepalanya tak henti menoleh kesana-kemari, mencari orang yang dia kenal yang mungkin bisa diminta tebeng.

Dari kejauhan, Winter melihat keberadaan Beomgyu dan Ryujin yang berjalan menuju parkiran.

Tanpa menunggu lagi, Winter langsung bersembunyi dibalik tiang yang tidak mungkin bisa menutupi tubuhnya dari mereka, tapi setidaknya hal itu berguna, karena tiang itu dapat menutup wajahnya.

Dia tidak ingin bertemu dengan dua orang yang membuatnya canggung itu.
.
.

Huff

Nafas lega keluar dari mulut Winter begitu motor milik Beomgyu melewatinya.

"Lari aja atau gimana ya?" Gumamnya membuat pilihan untuk pulang ke rumahnya.

Baru saja Winter hendak berlari, tiba tiba hujan turun. Membuat dia kembali mundur kearah halte.

"Yaudah, telpon mama aja, minta jemput" monolog nya.

"Aakh" teriak kencang itu keluar dari mulut Winter, begitu suara petir yang kuat menyambar.

Ponselnya kembali dia masukkan kedalam tas. Dia takut jika bermain ponsel saat petir seperti ini, apa lagi dia sedang berada diluar ruangan.

Benar benar hari yang sial untuk Winter. Sudah tidak punya tumpangan, lupa bawa jaket, gak bisa nelpon mamanya. Huh, kasihan sekali bukan.

Winter duduk sambil memeluk tasnya didepan. Menatap lebatnya hujan yang turun dan mengira ngira kapan akan berakhir hujan ini.

Saking lebatnya hujan, Winter tidak bisa melihat kearah seberang jalan, karena jarak pandang yang tak begitu jauh.

Suhu udara sudah mulai turun, Winter mulai merasa kedinginan saat ini. Mana dia sendirian lagi di halte.

Winter refleks memejamkan mata saat terlihat kilat yang menyambar. Menggosok telapak tangannya ke pergelangan tangannya, sebagai upaya menghangatkan tubuhnya yang mulai tidak tahan dengan suhu dingin.

Winter And Snow (Ff. Snowsun) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang