Izuku menunggu Ochako. Mencari jawaban dari wajah Ochako yang memilih untuk diam.
Ochako coba berbicara namun dia tidak dapat mengeluarkan apapun. Yang terpancarkan dari wajah nya adalah sebuah kegelisahan. Izuku yang sadar akan hal ini menjadi ikut takut akan jawaban Ochako.
Perlahan Ochako menarik nafasnya lalu melihat kearah wajah Izuku. Tatapan mereka saling bertemu. Netra emerald itu bertemu dengan netra cokelat yang tengah gundah mencari sebuah kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan nya.
Suara gaduh teriakan para penonton pun tidak terdengar. Keduanya hanya bisa merasakan deru nafas mereka.
Seakan yang lainnya menghilang keduanya hanya bisa saling memandangi satu sama lain.
Izuku yang menunggu jawaban dan Ochako yang tidak tahu harus menjawab apa.
Suasana tabu yang mereka ciptakan sendiri mulai membuat seisi ruangan ikut merasakannya.
Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari keduanya. Masih asyik bergelut pada dunia masing-masing tanpa harus memutuskan tatapan.
Sekali lagi Izuku mencari jawaban dari mata bulat Ochako. Namun sekali lagi pula dia tidak menemukan jawaban apa apa dari pertanyaan.
Ketakutan kini menyelimutinya. Apa memang dia harus pergi dari kehidupan Ochako? Dan apa dia sanggup meninggalkan semua kenangan yang berada di sini?
Izuku sungguh sangat menunggu perkataan Ochako. Kendati nanti Ochako mengatakan sesuai harapan nya maka, dia benar-benar akan menolak ajakan Yagi-sensei itu.
Hanya satu yang Izuku butuhkan sekarang. Jawaban Ochako.
Dia tahu pria yang menatapnya ini tengah menunggu jawaban darinya. Dia mengerti betapa sulitnya menunggu jawaban di saat seperti ini, tapi apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak mengerti harus mengatakan apa. Dia juga sedang bergulat dengan pikirannya sendiri. Haruskah dia berkata yang sejujurnya? Atau kah berbohong seperti dulu?
Dia jujur saja tidak tahu harus melakukan apa, mereka sekarang bukanlah anak remaja lagi, kini mereka sudah beranjak dewasa, mereka bisa memutuskan apa yang terbaik untuk masing-masing mereka. Tapi mengapa sesulit ini untuk menjawab pertanyaan yang kau saja tahu jawabannya? Seakan hatinya tidak rela untuk mengatakan apa yang logikanya pikirkan.
Setiap dia ingin berucap, lidahnya serasa kelu. Dia tidak bisa bicara.
Mengapa bisa jadi sesulit ini untuk mengatakan tidak ? Jika saja hatinya ini mau bekerjasama dengannya, semuanya pasti akan mudah. Andaikan saja, namun hal ini tidak terjadi. Entah mengapa Ochako seakan memilih pilihan hatinya.
Izuku masih setia menunggu jawaban ochako. dia akan sabar menunggu sampai gadis pujaan hatinya bisa menjawab pernyataan perasaannya. Baik itu hal yang bisa membuatnya menangis atau berteriak bahagia.
Ochako benar-benar kehilangan kosakata-nya, dia sama sekali tidak bisa menggunakan mulutnya. menatap ochako yang seperti itu membuat Izuku sedikit merasa bersalah, karenanya Ochako jadi stress begini. Izuku membawa tangannya kepundak Ochako mengelus pelan pundak gadis itu, berusaha menenangkannya.
"tarik nafas mu lalu buang, jangan terlalu memikirkan ku, pikirkan saja dirimu Ochako. Aku bisa menerima semua jawaban yang kau berikan, tapi kau harus rileks dengan jawaban mu itu. "
Ochako mengambil tangan Izuku yang berada di pundaknya lalu melepaskan tangan pria itu, "Aku..." dari nada bicara Ochako terlihat jelas bagi Izuku jawaban Ochako mengarah kemana. Rasanya ia ingin menangis, tapi dia harus kuat. dia tidak boleh lemah.
"Aku tidak bisa menerimamu," suara terkejut tak luput dari pendengaran mereka. Suara Mina yang tengah menahan isak tangisnya pun masih dapat di rasakan, betapa sedihnya gadis itu. dia tahu Ochako mencintai Izuku tapi bodohnya gadis itu tidak mau mendengarkan hatinya sendiri. dia terlalu bodoh menurut Mina.
![](https://img.wattpad.com/cover/268346777-288-k64196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can This Be Just You And Me ✔️
FanfictionAku hanya ingin kau tahu bahwa kau sangat berharga buatku, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat menginginkan mu menjadi milikku, aku ingin kau tahu bahwa aku bisa pantas kau panggil sebagai kekasih mu, tidakkah kau mengerti tentang ku yang sang...