Lukisan Kedua Puluh Tiga

621 99 20
                                    

[Lukisan Jingga di Angkasa]

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Anka memandangi televisi dengan serius. Ada Kennard di sampingnya, juga memusatkan perhatian pada tayangan di televisi. Mereka sedang menyaksikan konferensi pers yang diadakan pihak agensi Rigel dan Aura. Ingin mengumumkan tentang rumor pernikahan antara dua selebriti itu. Konferensi pers sudah dilakukan dua hari lalu, tapi ditayangkan ulang agar publik tidak melewatkan berita itu. Anka yang baru sadar setelah sempat koma dua hari karena tiba-tiba mengalami kesulitan napas baru tahu jika ayah dan ibunya mengambil keputusan besar itu, bahkan tanpa mendiskusikannya dulu.

Rigel dan Aura terlihat ramah. Dengan senyum ceria, Rigel dan Aura menceritakan bagaimana mereka dipertemukan kembali dan berniat untuk memulai lagi kisah cinta mereka yang sudah kandas. Keduanya tampak mesra. Namun Anka tidak terkesan dengan hal itu karena kemesraan mereka berdua dibuat-buat.

Anka mengembuskan napas dan memalingkan wajah. "Matikan saja, Paman. Aku tidak mau melihatnya lagi." Tukasnya sambil mendorong kursi roda ke dekat sofa.

Kennard mengernyit heran, tapi tetap melakukan apa yang diminta sang keponakan. Ia pun memilih untuk membereskan kamar Anka yang sebenarnya tidak terlalu berantakan. Hanya membenahi posisi kursi lipat dan mengambil gelas kosong di atas nakas. Sementara Anka mengambil buku apa saja yang ada di atas meja.

"Anka mau baca buku? Biar nanti Paman bawakan buku yang cocok untuk Anka. Buku itu terlalu berat isinya, Nak." Tutur Kennard saat melihat keponakannya mengambil buku berjudul 'Investment to Future' miliknya. Ia menyempatkan diri untuk membaca saat menunggui Anka yang terlelap, lalu meletakkan bukunya begitu saja di atas meja.

Anka menggembungkan pipi sambil membolak-balik buku yang ia pegang. Ia memang tidak berminat untuk membaca, tapi ia hanya ingin mengalihkan pikiran dari tayangan televisi tadi.

Tak lama, terdengar suara ketukan pintu. Seseorang dengan topi, masker, dan hoodie hitam masuk. Ada dua orang berbadan besar dan tegap mengikuti di belakangnya dengan membawa paper bag besar.

Anka terkejut dan sempat hampir berseru panik lantaran orang-orang itu terlihat seperti penyusup atau semacamnya. Namun saat melihat Kennard yang tenang-tenang saja, Anka menyadari bahwa orang asing itu adalah seseorang yang ia kenal.

"Ayah?" tutur Anka saat melihat wajah yang ada di balik masker hitam itu. Rigel tersenyum dan meminta dua pengawalnya untuk keluar setelah meletakkan barang-barang di samping sofa.

"Tidak ada yang mengikutimu, Kak?" tanya Kennard.

Rigel menggeleng. "Aku sudah bersepakat dengan agensi untuk memenuhi keinginan mereka dan mereka juga harus melindungi privasiku sebaik mungkin. Jadi paparazzi sejauh atau sedekat apa pun tidak akan bisa mencuri informasi apa pun dariku." Jawab sang aktor dengan penuh percaya diri.

"Anka, Ayah membawa banyak sekali makanan. Ayah juga membawa beberapa permainan dan ..."

"Kak ..." Panggilan Kennard menghentikan penjelasan Rigel yang penuh semangat. " ... terima kasih, tapi Erin bisa marah kalau kamu membawa makanan dan barang sebanyak ini ke dalam ruang rawat Anka." Imbuhnya.

"Loh, kenapa?" protes Rigel.

"Tidak semua makanan bisa Anka makan dengan sesukanya. Terlalu banyak makanan juga akan membuat ruang rawat kotor dan berantakan. Erin akan marah besar kalau ruangan Anka tidak steril dan terlalu banyak sampah ..." Kennard berhenti sejenak saat melihat ekspresi kecewa Rigel. Pria itu menghela napas panjang, kemudian menepuk pelan bahu Rigel sambil mengangkat paper bag di samping sofa.

Lukisan Jingga Di AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang