˚‧º·(2)‧º·˚

3.6K 488 16
                                    

Flashback.

Plak!

"gara gara kau! Istriku mati! Sialan, mati saja sana kau! Kau tidak patut berada dikeluarga Haitani ini!" teriak pria paruh baya menampar dengan kencang kepada anak pertamanya.

"pak.. mohon untuk diam, disini rumah sakit!" ujar suster mencoba menghentikan aksi pria itu.

Sedangkan anak yang kena tampar hanya diam tak menjawab, matanya bagaikan mata ikan yang mati, sudah cukup.

kita kembali beberapa jam yang lalu.

Saat itu, wanita yang bermarga Haitani itu mau lahiran, dan sudah diujung tanduk.

Namun apa daya untuk seorang anak kecil yang berumur 6 tahun ini?

Membuat susu saja dia tidak tahu,
dia bahkan tak mengerti cara menggunakan telephone.

Beruntunglah, ada tetangga yang menjenguk mereka dan segera menelephone ambulan.

Dan tidak lupa menelephone suaminya.

Didalam mobil ambulan, (Name) dengan wajah sendunya terus terusan menatap ibunya yang berteriak kesakitan.

Dipeluknya bayi yg masih digendongannya itu.

Sedangkan anak laki laki yang lebih muda dari (Name) hanya bisa menatap itu dengan wajah lugu nya.

"tolong cepat!" ucap dokter yang didalam mobil itu.

serasa mobilnya menjadi cepat, (Name) pun mulai mual mual akibat mabuk udara.

Tahan (Name)!

Saat sampai dirumah sakit, barulah (Name) memuntahkannya dikresek yang tersedia, lalu menyusul ibunya di ruang tunggu.

tanpa berwaktu lama, ada seorang pria paruh baya mendekat kearah (Name),dan kedua anak/bayi lakilaki itu.

"ibu bagaimana?" tanya nya.

(Name) hanya menggeleng tidak tahu.

saat sudah selesai, dokter keluar dari ruang itu dan menemui ayah anak itu.

"dengan keluarga Haitani?" tanya dokter tersebut.

"ya, saya suaminya, apa yang terjadi dengan istri saya? Apa lahirannya baik baik saja?" tanya pria itu kepada sang dokter.

Dokter hanya menghela nafas, dan berkata, "Maaf. Tapi istri anda tidak terselamatkan."

Pria itu membulatkan matanya, lalu menatap anak sulung itu.

"KAU!"

Plak!

Begitulah cerita tadi, dan sekarang (Name) selalu berada dirumah sakit menemani bayi dan anak itu.

Bahkan (Name) tidak mau tidur, dan tidak takut kalau dokter mengancam bahwa akan mematikan lampu diruang itu.

Ayahnya? bekerja walaupun dia Stress akibat banyak hutang.

Kejadian itu tidak ada banjir air mata di mata ungu milik (Name), hanya belum mengerti apa yang telah terjadi dan seharusnya dia tidak menerima ini.

Tuhan berkehendak.

——

2 tahun kemudian.

(Name) dengan semangatnya memggandeng kedua anak yang berusia 2 dan 4 tahun itu di kedua tangannya.

Alias, dia baru pulang dari sekolah dasar, dan membawa adiknya itu, untung gurunya hatinya seperti helo kiti.

ᴏɴᴇᴇ-ꜱᴀɴ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang