Narendra menghela napas. Hari ini semua orang sibuk sedangkan ia butuh bantuan untuk dance cover yang akan ia unggah. Hanya ada Gibran yang sibuk dengan ponselnya. Gibran satu satunya penghuni kost yang ia takuti. Narendra masih mengingat bagaimana Gibran mengacuhkannya di hari pertama ia datang.
"Uhm, Anu, Permisi Gibran mau bantu gue ngga? Ngga susah kok, Tonton aja video dance cover gue, Takutnya kurang pas di ketukan atau gerakan. Tapi kalo ngga mau ngga papa kok."
"Mau, Sini liat." Gibran merespon singkat. Akhir akhir ini ia terlihat sedikit membuka diri dengan orang orang disekitarnya.
"Gue tinggal ambil minum bentar ya." Narendra tampak mencari kesibukan agar tidak mengganggu.Gibran tampak menikmati video Narendra mengcover tarian sebuah boyband asal korea. Tanpa sadar ia sudah tiba di akhir video.
"Gib? Lo nonton video gue sampe abis?" Gibran mengangguk lalu mengacungkan ibu jari walaupun dengan ekspresi yang begitu irit.
"Video lo bagus, Tapi saran gue step by step nya harus lo lakuin dengan yakin. Di beberapa detik lo keliatan ragu. Selebihnya oke sih. Orang orang yang ngga kenal lo pasti ngga bakal ngira kalo lo ngedance tanpa musik."
Narendra diam, Ia kesusahan membaca gerak bibir Gibran. Melihat itu, Gibran bangun dari posisi duduknya dan pergi ke kamar. Tak lama ia kembali membawa secarik kertas dan pulpen. Tangannya mulai menuliskan beberapa patah kata.
"Lo keren banget, Semangat!!!"
Narendra tersenyum lebar membaca kalimat singkat itu. Siapa yang menyangka seorang Gibran menjadi orang pertama di kost yang menonton penampilannya, Lalu memberi pujian dan semangat.
●●●
Malam ini suasana terlihat sedikit berbeda. Setelah merevisi dance cover dan mengirimkannya pada panitia lomba, Narendra berniat untuk pergi ke toko kue, Membelikan Gibran kue cokelat sebagai bentuk terimakasih dan tanda pertemanan.
Sayangnya ditengah perjalanan, Narendra yang baru turun dari ojek dan berjalan beberapa langkah nyaris terserempet. Ia pun jatuh tersungkur karena kehilangan keseimbangan.
"Gimana sih? Budek ya? Orang udah saya klakson kok." Teriak si pengendara motor. Suaranya begitu lantang sehingga beberapa pasang mata menatap Narendra.
"Maaf pak, Saya tuli jadi saya ngga denger suara klakson. Maaf ya pak." Narendra berusaha bangun meskipun pergelangan kakinya terasa sakit.
"Kalo budek jangan keluyuran, Nyusahin orang aja, Kalo lo ketabrak, Gue yang salah." Nada bicara pemotor itu terdengar mengejek. Narendra yang berhasil membaca gerak bibir orang itu hanya bisa terdiam menahan tangis. Ia yakin betul orang di hadapannya berbicara dengan suara keras. Pasalnya, Setelah orang itu pergi, Beberapa orang mulai berbisik dan tertawa kecil.
Setelah cukup jauh berjalan, Narendra benar benar tak bisa menahan kesedihannya. Ia berjongkok dan menangis sepelan mungkin. Orang orang mungkin akan mengira ia aneh, Namun untuk berjalan rasanya begitu berat. Kesunyian itu membuatnya gila.
Tak ada yang menginginkan hidup menjadi tuli. Kondisi dimana ia harus memulai dan menutup hari dengan sunyi. Ia merasa kesepian bahkan ketika dirinya berada di keramaian.
Puas menangis, Narendra berdiri dan berjalan dengan gontai menuju toko kue. Sesampainya disana ia memesan black forest dengan harapan Gibran mau menerimanya atau malam ini akan menjadi malam yang buruk untuknya.
●●●
"Buat gue?" Tanya Gibran saat melihat Narendra menyerahkan sekotak kue. Narendra hanya mengangguk lemah.
"Lo kenapa Ren?" Theo menghampiri mereka berdua dan melihat mata Narendra yang sembab.
"Ngga papa. Gue mau tidur, Cape." Jawab Narendra singkat.Langkah Narendra dicegah oleh Satria yang sudah merentangkan tangan bersiap untuk memeluk.
"Cerita yuk, Kita kan keluarga." Ucap Satria lembut lalu perlahan mendekap Narendra.
Untuk pertama kalinya ada orang orang yang mau merentangkan tangannya untuk memberinya semangat atau meluangkan waktunya untuk dekedar mendengarkan ia berkeluh kesah.Jangan lupa vote sebelum lanjut membaca, Sorry judulnya gue ganti karna sesuatu tp isi ceritanya tetep kok hehe, Happy reading guys<33

KAMU SEDANG MEMBACA
DIBAWAH ATAP KOST (END)
FanfictionBercerita tentang sekelompok pemuda yang memutuskan untuk menempati rumah kost milik Babeh Guntur. Kost Babeh Guntur bukan hanya tempat menginap, Disini masing masing penghuninya mendapat pelajaran yang tak akan pernah terlupakan.