Together

552 130 4
                                    

       Gibran tersenyum lebar mendapati biola miliknya masih tersimpan di ruang musik. Anak itu menyempatkan pulang ke rumah untuk mengambil alat musik kesayangannya.

        Diraihnya tas biola itu dan pergi keluar. Didepan pintu ia berpapasan dengan asisten rumah tangganya. Wanita gemuk berdaster itu sedikit terkejut melihat anak majikannya tersenyum.

       "Duh Gusti, Akhirnya den Gibran pulang juga."
       "Ngga bi, Gibran kesini cuma mau ambil biola, Ini mau balik ke kost lagi."
       "Den Gibran apa ngga kesusahan tinggal disana? Padahal fasilitas dirumah sini udah lengkap banget."
        "Iya bi, Fasilitasnya lengkap tapi ngga ada kasih sayang sama sekali di rumah ini. Disana mungkin Gibran harus tidur berdampingan sama orang lain, Makan satu piring dengan orang lain, Antri mandi, Tapi disana Gibran punya keluarga baru, Keluarga yang jauh lebih hangat daripada keluarga ini. Udah ya bi, Gibran pergi dulu."

●●●

        Suara tepuk tangan terdengar beberapa saat setelah Gibran selesai memamerkan bakatnya memainkan biola. Gesekan demi gesekkan terdengar begitu menyayat hati. Ada getaran tersendiri di tiap gesekannya.

        "Keren banget Gib. Gue baru tau lo jago main biola." Theo terkagum kagum.
        "Iya anjir Gib, Penampilan lo tadi mewah banget." Julio menimpali.

       Gibran hanya tersenyum dan membereskan biolanya. Ada kebanggaan yang menyelimuti hatinya saat orang orang itu memujinya.

        "Gue ngga pede, Apalagi suasana hati gue gampang berubah jadi kadang feelnya ngga dapet. Untuk pertama kalinya gue mau ikut kompetisi biola. Kalo menang kalian semua gue traktir deh." Tutur Gibran percaya diri.

        Dari dapur Kenzo tersenyum mendengar percakapan teman temannya. Ia begitu menyayangi orang orang disini.

        "Guys, Kalian pernah ngebayangin ngga sih suatu hari kita pisah dan kembali ke kehidupan masing masing?" Ujar Kenzo sembari berjalan menghampiri Gibran dan yang lainnya.

        "Ngga mau tau nanti kalo kita udah pisah, Harus sering ketemu." Ucap Satria.
        "Ntar malem ke kafe yuk, Nongki nongki kita. Gue yang traktir."
        "Bener ya Zo, Ngga bisa ditarik loh omongan lo tadi, Traktir kita ya."

        Kenzo mengacungkan ibu jari, Meyakinkan Julio kalau dirinya akan mentraktir penghuni kost nanti malam.
        "Dalam rangka apa lo traktir kita? Tumben banget." Panji menatap Kenzo curiga.
       "Lusa itu ulang tahunnya Cinta. Gue pengen bahas kejutan buat dia."

●●●

       "Jadi lusa Cinta ulang tahun yang ke 17?" Tanya Bryan. Kenzo mengangguk.
       "Gini aja Zo, Pas hari ulang tahun dia nanti, Lo cuekin aja seharian, Jangan pas H-1, Ngga seru." Nando mengajukan ide. Ide itu disetujui oleh yang lain.
       "Kuenya gimana Zo? Mau dibikinin sama Kak Theo?"
        "Ngga Ren, Gue udah pesen kue jauh jauh hari special buat Ultah Cinta. Kalo Kak Theo ngga keberatan gue mau minta tolong bikinin dessert. Nasi kuningnya udah dibikinin sama Tante Gina, Nyokapnya Julio." Kenzo nampak sudah mempersiapkan semuanya matang matang untuk menyambut hari bahagia Cinta.

        Obrolan mereka berlanjut hingga pukul 21.15, Musik yang mengalun di kafe itu membuat mereka lupa untuk pulang.

       "Guys, Gue pengen foto sama kalian semua deh, Biar pas kita pisah nanti kita punya kenangan." Ucap Kenzo. Tanpa diminta kedua kali, Mereka segera menyusun formasi agar muat di frame. Panji berada didepan dan memegangi ponsel, Sudah beberapa jepretan namun hasilnya blur.

      "Gila nih cupu banget foto doang ngga ada yang bener, Sini gue aja yang fotoin." Gibran terlihat kesal dan berniat untuk memotretkan mereka namun dicegah oleh Kenzo.

        "Jangan Gib, Nanti lo ngga ada di frame. Mending selfie aja tapi lo yang megang." Tutur Kenzo, Gibran hanya mengangguk pasrah.

      Setelah selesai berfoto, Theo terus memandangi Kenzo.dirinya merasa ada yang aneh pada remaja berkacamata itu. Dalam sehari, Kenzo terus mengatakan perpisahan.

        "Zo? Lo ngga papa kan?" Theo berusaha memastikan tak ada yang ditutup tutupi oleh Kenzo.
       "Gue? Ngga papa lah kak. Emang kenapa?"
       "Hari ini lo aneh." Ujar Theo berterus terang. Kenzo hanya tersenyum dan merangkul orang yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.
       "Gue ngga papa, Cuma lagi pengen bareng kalian aja."

       Theo tak mau ambil pusing dan hanya balas tersenyum.

Hari ini chapternya pendek pendek tapi mau up agak banyak heheheh,jgn lupa vote ya cintaku<333   

DIBAWAH ATAP KOST (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang