Kenzi

586 131 9
                                    

       Malam belum begitu larut, Seseorang berdiri cukup lama didepan rumah kost sampai akhirnya salah satu penghuni kost muncul dari dalam.

       "Lah? Perasaan tadi gue liat lo didalem, Kok-" Panji terheran heran melihat Kenzo dua kali dalam waktu berdekatan di lain tempat. Orang yang wajahnya mirip dengan Kenzo itu tersenyum dan mengulurkan tangan.

       "Gue Kenzi, Kenzo nya ngekost disini kan?"
       "Hah? Kenzo? Ah iya dia ngekost disini. Lo khodam nya Kenzo ya?"    
       "Hahaha No, Gue twins nya."

       Panji mengangguk dan mempersilahkan Kenzi masuk ke dalam kost. Ia masih dibuat terpana melihat Kenzo namun dengan hawa yang berbeda. Ada sesuatu dari Kenzo yang tak ia temukan pada Kenzi.

       "Gila anak itu mirip banget sama Kenzo, Cuma beda tengilnya doang." Gumam Panji saat ia berjalan menuju warung dekat kost.

       Kenzi yang sudah merasa mendapat izin lantas memasuki rumah kost dua lantai itu. Terlihat beberapa orang sedang bersantai, Salah satunya Kenzo. Mereka sedang menikmati bakso aci dengan kuah yang mengepul sembari menonton sinetron.

       "Kenzo." Semua mata menoleh ke sumber suara yang tak lain dan tak bukan adalah Kenzi. Mereka semua nampak terkejut melihat ada dua Kenzo di sana.

      "Lo ngapain kesini?" Ucap Kenzo dengan nada ketus. Wajahnya terlihat tak bersahabat.
       "Mau sampe kapan lo ngehindarin gue Zo? Lo pindah dari rumah satu ke rumah lain sampe akhirnya semua rumah temen pernah lo tempatin dan sekarang lo milih ngekost hidup sama orang orang random yang belum tentu baik buat lo."

       Ucapan Kenzi mendapat tatapan tajam dari Satria dan Julio. Mereka tersinggung lantaran merasa sudah berusaha menjadi orang baik untuk semua penghuni.

      "Lo bisa ngga sih stop ganggu gue? Urus hidup lo sendiri Zi. Gue ngga berharap lagi kasih sayang ayah dan bunda, Semuanya buat lo tapi biarin gue hidup sendiri."
       "Kenapa Zo? Karna ayah memperlakukan lo dengan buruk jadi lo ngerasa diri lo adalah mahluk Tuhan paling tersakiti? Kalo kaya gini lo jatuhnya kaya seseorang yang sakit mental tau ngga."

      Gibran terkejut mendengar ucapan Kenzi. Sekali lagi Kenzi menyinggung perasaan orang orang disekitar Kenzo.

       "Oh shit, Ngga heran sih Kenzo ngga mau pulang. Lingkungan rumahnya aja setoxic ini. Lo berhak cuci mulut lo, Wastafel ada di luar." Sindir Gibran sambil menunjuk pintu keluar. Namun Kenzi hanya menatapnya sekilas dan kembali berbicara pada Kenzo.

      "Zo, Ayo pulang. Ini bukan rumah lo. Lo ngga bisa selamanya disini, Apapun yang terjadi darah lebih kental daripada air."
       "GUE BAKAL SINGKIRIN DARAH ITU DENGAN AIR DAN BEKUIN SEMUA AIR DI MUKA BUMI. BIAR LO TAU SEKENTAL APAPUN DARAH, DIA KELUAR KARENA ADA SESUATU YANG TERLUKA, DAN AIR BISA JAUH LEBIH PADAT DARI APA YANG LO BAYANGIN." Kenzo berteriak, Matanya memerah dan berair, Menandakan ia sedang berada di puncak kemarahannya.

      "Lo bisa enteng ngomong kaya gitu karena lo ngga ngerasain apa yang gue rasain, LO NGGA NGERTI GIMANA RASANYA DIBENCI ATAS KESALAHAN YANG NGGA GUE PERBUAT!! Lo ngga tau apa yang terjadi setiap lo terlelap, Lo cuma mikir gue anak alay yang ninggalin rumah karena masalah sepele. Pulang lo sekarang, PULANG!!!"

       Untuk pertama kalinya, Disaksikan hampir seluruh penghuni kost, Kenzo yang biasanya terlihat baik baik saja kini meluapkan emosinya. Anak itu tak segan untuk berteriak, Dengan tubuh yang bergetar layaknya orang kesetanan Kenzo meluapkan emosinya pada Kenzi, Saudara kembar yang memintanya untuk pulang.

       Sadar suasana semakin kalut, Julio merangkul Kenzo dan mengajaknya pergi ke kamar. Kost tiba tiba menjadi hening, Mereka semua terdiam dengan pikiran masing masing.

       "Kenzi, Gue mau ngomong berdua sama lo boleh?" Theo orang yang pertama kali angkat bicara. Kenzi hanya mengangguk pelan dan mengikuti Theo yang sedang berjalan ke arah luar.

       "Kenapa kak?" Tanya Kenzi pada Theo yang hanya diam memperhatikan wajahnya untuk beberapa saat.
       "Muka lo, Badan lo, Semuanya mirip banget sama Kenzo. Tapi sayangnya mulut Kenzo ngga lemes kaya lo. He can control his mouth. Btw gue mau ngasih tau lo, Ada satu penghuni kost yang punya masalah dengan mentalnya dan dia tersinggung sama ucapan lo. Sebelum lo pulang mending lo minta maaf sama dia. Satu lagi, Lo pasti belum pernah liat Kenzo telanjang ya?"

      Mata Kenzi melebar, Ia menggeleng tak mengerti dengan ucapan orang disampingnya.

       "Gue tau. Kalo lo pernah sekali aja liat dia telanjang dada, Lo mungkin ngga akan tega ngajak dia pulang kerumah. Dia punya banyak bekas luka yang dia dapet dari bokapnya, Banyak banget. Beberapa luka mulai mengering dan sembuh. Kalo lo sayang sama dia, Biarin dia disini sampe dia pulang dengan kemauan sendiri. Kita orang baik kok, Ngga kaya yang lo bilang."

      Kenzi terdiam, Ia tahu ayahnya sering berlaku buruk pada Kenzo namun ia tak tahu perlakuan buruk itu meninggalkan bekas luka yang membuat semua orang bersimpati.

       "Kalo gitu gue izin pulang Kak, Sampein maaf gue buat semua orang karena ganggu malam kalian. Permisi."

       Theo tersenyum dan mengangguk. Matanya memandangi Kenzi yang bersiap pulang dengan sepeda motornya. Ia terus memperhatikan Kenzi hingga suara motornya tak terdengar lagi.

 HAIIII JANGAN LUPA VOTE SEBELUM LANJUT MEMBACA YA HEHEHE HAPPY READING <33

DIBAWAH ATAP KOST (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang