Satria memandangi barang barang miliknya yang sudah tertata rapi diatas koper. Sudah tiba waktunya ia untuk melakukan tindakan operasi terhadap penyakitnya. Malam ini menjadi malam terakhir dirinya menginap disana karena besok kedua orang tuanya sendiri yang akan datang menjemput.
Dari sore, Kenan dan Bryan terus mengikutinya, Seolah tak mau melewatkan sedetikpun waktu dengan Satria.
"Inget ngga sih dulu Babeh Guntur ngira Bryan bule sampe susah susah buka google translate ternyata dia orang medan." Satria berusaha mencairkan suasana.
"Inget inget, Tapi yang paling gue inget tuh si Gibran yang jutek abis dan ngga pernah mau diajak ngumpul. Iyakan Gib?" Kenan menimpali. Gibran yang baru kembali dari dapur hanya berdecak kesal.
"Mana ada gue jutek, Fitnah lo." Ucap Gibran membela diri.
"Lo jutek banget Gib, Gue inget pas hari pertama gue masuk sini, Muka lo minta ditampol banget." Kali ini Narendra yang bersuara. Masih terekam jelas diingatannya bagaimana ekspresi Gibran hari itu.Mereka semua tertawa, Tawa yang mungkin perlahan akan menipis frekuensinya karena satu persatu anggota mereka pulang.
"Kelar operasi nanti lo bakal balik ke kost kan Mas?" Nando bertanya pada Satria.
"Ngga, Orang tua gue bakal stay di Jakarta jadi gue bakal tinggal sama mereka. Don't be sad, Kapan kapan kita main bareng ya."Raut wajah mereka berubah sedih. Satria memiliki peran tersendiri di kehidupan masing masing penghuni. Sesekali laki laki itu mengeluarka beberapa patah kata yang mampu mengubah pola pikir lawan bicaranya.
"Tidur yuk, Udah malem. Satria juga besok harus bangun pagi kan?" Theo mengakhiri obrolan malam ini, Meminta teman temannya untuk beristirahat.
"Mas Satria, Mau tidur sama Mas malem ini, Boleh?" Pinta Kenan. Ia tak menggenggam erat tangan Satria.
"Boleh, Ayo."●●●
Udara sejuk menyambut Satria pagi ini. Begitu ia membuka mata, Kamar sudah kosong. Dari luar terdengar suara gaduh yang memancing rasa penasarannya.
Terlihat Gibran, Narendra dan Nando sedang menata makanan di sebuah kotak.
"Kata Kak Theo sosisnya potong kecil kecil, Naren." Ucap Gibran kesal. Ia merasa Narendra tak mematuhi intruksi yang sudah diberikan.
"Kalo sosisnya dipotong kecil mana kerasa, Orang sayurnya banyak banget gila lo."
"Lo yang gila, Orang Kak Theo udah ngomong tadi kok."
"UDAH NAPA WOI INI KAPAN GILIRAN GUE GULUNG GULUNG MANJA?!" Nando berteriak kesal mendengar pertengkaran Narendra dan Gibran.Melihat itu Satria tertawa dan menghampiri orang orang tersebut.
"Tuh kan kalian sih, Gara gara mulut kalian heboh Mas Satria jadi kebangun, Iya kan Mas?" Ujar Nando. Tangan remaja itu sibuk menggulung nasi berisi sayuran dan sosis menggunakan rumput laut kering."Ini dalam rangka apa kalian bikin ginian?"
"Kata Kak Theo buat bekal Mas Satria. Selain ini Kak Theo juga bikin sandwich dan cumi balado dibelakang." Mata Satria melebar manakala mendengar Nando menyebutkan cumi balado yang merupakan menu favoritnya.Ditengah tengah obrolan, Sebuah mobil berhenti tepat didepan kost. Satria lantas berlari keluar dan benar saja ada kedua orang tuanya disana.
"Mama sama Papa kok cepet banget sampenya? Aku belum siap siap loh baru banget bangun."
"Iya ngga papa lah, Mama juga pengen kenal sama temen temenmu."
"Ayo ma, Pa masuk dulu." Ucap Satria.
![](https://img.wattpad.com/cover/289453323-288-k564279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIBAWAH ATAP KOST (END)
FanficBercerita tentang sekelompok pemuda yang memutuskan untuk menempati rumah kost milik Babeh Guntur. Kost Babeh Guntur bukan hanya tempat menginap, Disini masing masing penghuninya mendapat pelajaran yang tak akan pernah terlupakan.