Tak cukup satu

706 140 2
                                    

       Sebuah bantal melayang dan mendarat tepat dikepala Nando beberapa saat setelah ia membalas tweet Cinta tentang foto Kenzo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Sebuah bantal melayang dan mendarat tepat dikepala Nando beberapa saat setelah ia membalas tweet Cinta tentang foto Kenzo.

       "Lo kali tuh yang make susuk sampe cewe lo bertebaran seangkasa raya." Ucap Kenzo penuh emosi.
       "Angkasa raya pala lo. Orang empat doang."
       "Empat doang? Doang? Amit amit jabang bayi."

       Kenzo yang sudah lelah dengan teman kost nya itu memilih keluar. Sementara Nando hanya senyum menatap layar ponselnya.

       "Halo Caterine, Tumben banget ngajak video call."
       "Nandoooo, Aku kangen banget sama kamu. Udah lama kamu ngga dateng ke tempat les."
      "Hahahaha iya nih lagi ngga enak badan aku nya. Mungkin minggu depan aku mulai masuk les. Sabar ya sayang."
      "Huum, Kamu jaga kesehatan ya. Jangan sakit sakit nanti aku sedih."

       Nando mengangguk. Setelah berbincang beberapa menit, Ia memutuskan sambungan video callnya dengan perempuan bernama Caterine.

       Sebuah notifikasi di ponselnya membuat ia tersenyum lebar. Dua orang mencarinya dalam satu waktu, Padahal ia baru menghilang beberapa hari.

 Dua orang mencarinya dalam satu waktu, Padahal ia baru menghilang beberapa hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Pura pura sakit menjadi trik klasik bagi Nando. Terkadang ia merasa bosan pada perempuan perempuan yang memberinya perhatian terlalu berlebihan.

       Remaja itu menghela napas, Seharian dikamar begitu membosankan. Ia memutuskan untuk keluar dan menghirup udara segar. Matanya melebar saat melihat Cinta dan temannya sedang mengerjakan tugas sekolah. Nando kenal orang itu. Namanya Viona. Ia cukup tertarik pada gadis itu sehingga sempat menstalk dan mengiriminya beberapa pesan.

       "Vio, Kok chat aku ngga pernah dibales lagi sih?" Viona dan Cinta terkejut mendengar suara Nando.
       "Ngga boleh sama gue." Ucap Cinta setengah berteriak.
       "Yeu kenapa lo? Cemburu karena ngga pernah dapet chat dari gue? Iri bilang bos."
       "Gue malah bersyukur ngga dideketin sama buaya kaya lo ewh. Vi, Lo jangan mau kemakan rayuan buaya rawa satu ini."

      Viona hanya tersenyum dan mengangkat bahu. Ia lantas melanjutkan kegiatannya. Sementara Nando menghampiri gadis cantik itu.

      "Mau aku bantu ngga? Di sekolah aku materi ini udah lewat."
      "Ngga usah, Mau lewat kek mau kebablasan kek. Mending gue sama Vio ngerjain sendiri."
      "Gue nawarin Vio, Bukan nawarin nenek lampir kaya lo."

●●●

       "APA?! VIO LO GILA BANGET!!!" Cinta berteriak histeris saat Vio mengatakan dirinya dan Nando berpacaran. Setelah Nando mengajarinya tiga minggu lalu, Sepertinya mereka berdua menjadi lebih dekat.

       "Ngga papa lah, Ngga ada salahnya nyoba kan."
       "IYA TAPI LO NYOBA JADI MANGSA BUAYA! YOU SHOULD KNOW, NANDO CEWENYA BANYAK BANGEEET GUSTI, VIO KENAPA SIH"
       "Udah kenapa sih Cinta, Lagian suatu hari nanti bisa aja dia berubah kan. Gue mau nyoba ubah dia."
       "Gue lebih percaya lo ubah nasib malin kundang daripada ubah kelakuan Nando."

       Viona tertawa. Sebenarnya ia tak sembarangan menerima cinta Nando. Ada janji pada dirinya sendiri untuk merubah Nando. Ia yakin betul suatu hari nanti dirinya akan menjadi ratu di hati laki laki itu.

●●●


      Cinta memasuki rumah kost tergesa gesa. Ia bahkan belum sempat mengganti baju seragamnya.
        "NANDO, NANDO KEMANA LO? KELUAR SEKARANG." Teriak Cinta membuat seisi kost keluar, Sayangnya yang ia cari tidak ada disana. Hanya ada Theo, Narendra dan Bryan.
      
        "Nando mah belum pulang Cin jam segini." Jawab Theo.
        "Cinta kenapa? Ada masalah sama Nando?" Narendra merasa heran dengan sikap Cinta yang seperti ingin menerkam siapapun yang bernama Nando.
       "NANDO MACARIN TEMEN GUE. GOD, SEMUA ORANG TAU KALO NANDO-"
      "Kalo gue apa?" Ucapan Cinta terpotong oleh seseorang di depan pintu.

       Melihat orang yang ia cari cari menampakkan batang hidungnya, Cinta bergegas menghampiri dan mencengkram kerah baju Nando.

       "Putusin temen gue, SEKARANG!" Gadis itu bahkan berteriak didepan wajah Nando.
       "Kenapa gue harus mutusin Vio? Gue sayang sama dia."
        "Kenapa? Ya karna lo brengsek."

      Orang orang di kost itu tertegun. Untuk pertama kalinya ia melihat Cinta marah seperti sekarang ini.

       "Cin istighfar Cin." Ucap Theo. Disahut anggukan kepala dari Bryan.
       "Kalo sampe lo nyakitin Vio, Gue sendiri yang patahin leher lo. Liat aja."

       Bryan menelan ludah. Ia baru tahu anak pemilik kost yang ia tinggali begitu menyeramkan saat marah. Mereka semua diam saat Cinta meninggalkan kost itu dengan emosi yang meluap luap.

       "Nando, Putusin sekarang gih. Lo cari mainan lain aja jangan temen Cinta." Ujar Narendra.
       "Iya Ndo putus aja. Daripada leher lo yang putus nanti." Timpal Theo.

       "Ngga kak, Gue ngga nganggep Vio sebagai mainan kaya cewe cewe lain. Gue serius sama dia." Nando tersenyum lalu pergi memasuki kamarnya.

Jangan lupa vote sebelum lanjut membaca atau sambil menunggu bab selanjutnya ya hihi thank u 

  

DIBAWAH ATAP KOST (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang