Memasuki bulan Oktober suhu udara beranjak turun, terutama di malam hari. Menandakan musim dingin kian dekat, tak terasa nyaris satu tahun terlepas. Menjelang akhir tahun ini pula agensi nomor satu di Korea bakal debutkan penyanyi baru. Rumor yang memang betul itu telah beredar bahkan sampai ke kalangan investor, tak elak nilai kurs saham SM melonjak dua minggu sebelum pihak agensi mengumumkan resmi debut artisnya.
Namun satu bulan sebelum itu sempat ada perdebatan di meja rapat mengenai siapa yang akan debut. CEO SM mengundang para stakeholder termasuk pemegang saham dalam pengambilan keputusan. Inti permasalahannya merujuk pada penyanyi solo atau grup. Agensi telah menetapkan kandidat dari dua kategori tersebut. Pertama sosok bersuara emas, hidden trainee, meski namanya tidak diketahui, lewat mulut ke mulut orang mengenalnya sebagai mutiara masa depan agensi. Kedua, grup yang terdiri dari empat orang dan dua diantaranya sudah dikenal baik oleh masyarakat karena paras dan vokal yang menawan.
"Jika dilihat dari grafik peluang, solo memegang posisi terdepan," kata wanita berambut sebahu, turut menyuarakan pendapat. "Nilai plusnya, dia punya image bagus di mata masyarakat."
Terbetik bisik-bisik negatif dari peserta rapat mengenai wanita yang baru berpendapat itu. Yang kebanyakan diisi oleh orang-orang berumur yang saling mengenal, pelaku bisnis. Tentu itu menimbulkan kernyitan kasar di dahi mereka.
"Siapa dia? aku tidak suka aura dominannya."
"Pemegang saham baru, tapi nilainya bahkan lebih kecil dari artis SM."
"Dia sama saja sedang mempermalukan diri sendiri."
Layar proyektor menampilkan prakiraan tingkat popularitas, sebelum lanjut menjelaskan moderator bertanya, apa ada yang ingin menanggapi pendapat barusan.
Pria muda berambut klimis unjuk diri, memiringkan sedikit kepala, lantas menatap lurus notulen rapat yang masing-masing peserta juga punya. "Untuk apa debut solo jika grup nantinya bisa jadi penyanyi solo."
Wanita itu kembali menyahut, "Apa kau bisa menjamin kesuksesan mereka di masa depan? Bahkan sebelum debut saja mereka sudah diserang skandal. Tanpa menyebutnya aku yakin semua tahu siapa dia. Kalian ingat, satu skandal berpotensi menghancurkan grup tanpa pandang bulu."
"Perusahaan dapat mengatasinya dengan baik, terlepas dari rumor itu benar atau tidak."
Yang lain menimpali,
"Nona! Tampaknya hanya kau yang menentang grup."Tanpa mereka sadari, wanita itu mengepalkan genggamannya dibawah meja.
"Mari berpikir rasional, mau solo atau grup kita sama-sama mengharapkan profit. Grup memiliki nilai sewa yang lebih besar."
Takut suasana berubah jadi tak kondusif, moderator angkat bicara, "Setelah presentasi usai, keputusan bersama akan didasarkan pada jumlah suara yang ada."
Sambil menerangkan layar proyektor menampilkan beberapa slide. Silih berganti satu ke yang lain. Terakhir foto-foto kandidat. Memicu beragam spekulasi dari para peserta rapat.
Wanita itu segera mengirimi seseorang pesan selepas rapat. Bersandar pasrah di tembok lalu mengambil napas dalam-dalam. Satu menit, sebuah panggilan masuk, ia mengangkatnya hanya untuk dapat kalimat makian.
"Ya!! Buat apa aku susah-susah beli saham atas namamu kalau hal begini saja kau tidak becus!! Dasar tidak berguna! Percuma pintar bila otakmu tidak bisa dipakai untuk mengatasi para orang tua itu. Sebagai ganti, kau yang bekerja!"
Ia mengatupkan bibir rapat-rapat menerima semua hinaan itu. Sebelum benar-benar pergi ia melempar jas dan jam tangan miliknya ke tempat sampah terdekat dengan lirih, "Sampai kapanpun barang mahal akan terlihat aneh jika aku yang memakainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ufuk Barat Seoul
ChickLitIslam adalah segalanya bagi Ersa. Ketentuannya mutlak. Menjalankan Perintahnya adalah kewajiban. Kitabnya membawa ketenangan di hati gundah. Alunannya mengalun merdu ditelinga. Sekiranya begitulan gambaran kecintaan Ersa pada agamanya. Eropa pemili...