Elsa memonitor seisi kamarnya yang super lengkap. Wow hampir semua barang ada. Ia punya kebebasan finansial. Tapi kenapa hatinya terasa kosong. Hidup tapi gak benar-benar hidup. Menjalani hari-hari tanpa gairah dan tujuan seperti mumi berjalan. Ketika ekspektasi semakin tinggi, kebahagiaan menjaga jarak, dan akan besar resiko kekecewaan yang harus dihadapi. Saat puncak kekecewaan mulai mematikan rasa, dunia runtuh.
Apa gunanya hidup?Apa tujuan hidup jika ujungnya kita dihadapkan kematian? Jika kebahagiaan nggak nyata apa gunanya dinikmati?
Hati Elsa berkecamuk. Dejavu, persis ketika usianya menginjak angka 17. Suasana yang sama ketika ia kehilangan tujuan hidup. Kosong dan gelap. Ga asing.
"Kosong dan gelap. Kaki gue terus melangkah tapi pikiran gue tidak berada disini. Mata gue bilang tidak ada cahaya, ....... Mati rasa... Kegelapan tanpa ujung..... Benar tidak ada cahaya... .... Akhiri saja..... Ayah, bunda, kak Ersa tolong hentikan aku...."
Akhh... Elsa memegang kepalanya yang berdenyut keras seperti habis dihantam benda tumpul seraya memejamkan mata demi menetralisirnya.
"Yakk! Elsa-yaa cepatlah bersiap—kau baik-baik saja?? Ada yang sakit??"
Ye Jun maju hendak memeriksa. Tapi keburu dijawab Elsa.
"Aku baik-baik saja. Memang acaranya jam berapa?"
Ye Jun berdecak, "Upacaranya sedang berlangsung beberapa jam yang lalu, resepsinya malam ini jadi kita harus tampil menawan." Pria itu terhenti sejenak membayangkan ketampanannya naik berkali-kali lipat saat memakai jas mewah.
"Nenek pasti akan membawa kita ke butik top. Kau tidak perlu dandan, toh sampai sana kau akan di make up lagi."
Sebelum menghilang di balik pintu Ye Jun berseru lima menit lagi harus dibawah. Pasalnya Elsa masih memakai baju tidur bersama rambut singanya.
Dulu ketika usianya dua tahun Nyonya Lee selalu memanjakannya. Di setiap akhir pekan dia selalu membawa Elsa ke mall, mampir ke sebuah babyshop memilih baju yang cantik, sepatu, sampai hiasan kepala dan segera dia pakaikan disana. Sampai-sampai pemilik store hapal.
Beberapa orang memandangnya lucu dan penasaran, sementara Elsa hanya memegangi ujung baju Omanya, takut-takut beliau hilang jangkauan.
Alih-alih memakaikan Jeans Nyonya Lee lebih senang Elsa memakai Dress dan membuat sisi elegannya terpancar. Bak ratu kecil yang dirawat dengan baik ketika itu.
Kendati di usia tersebut pertumbuhan sangat cepat terjadi, jadilah gaun-gaun bertumpuk hanya bisa dipakai sebentar dan berujung Nyonya Lee menyimpannya di sebuah kotak. Yaa kotak itu Elsa temukan di bawah ranjang tanpa sengaja.
Ia tersenyum lebar tatkala melihat sebuah album di dalamnya yang penuh sekali jalinan kenangan menghibur. Yang ketika Elsa melihatnya otomatis berujar, Aku rindu pada masa kecil di mana semua begitu sederhana. Saat terjatuh, hanya kaki dan lutut yang terluka, bukan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ufuk Barat Seoul
ChickLitIslam adalah segalanya bagi Ersa. Ketentuannya mutlak. Menjalankan Perintahnya adalah kewajiban. Kitabnya membawa ketenangan di hati gundah. Alunannya mengalun merdu ditelinga. Sekiranya begitulan gambaran kecintaan Ersa pada agamanya. Eropa pemili...