CHAPTER 13 : Rooftop

145 14 0
                                    

Sejak kedatangan anak atau bayi itu, atmosfer kediaman keluarga Lee mulai menghangat. Hubungan nyonya Lee dengan menantunya perlahan membaik. Saat itu Lee So Man baru-baru terjun ke dunia musik sebagai produser di sebuah perusahaan kecil. Tiap pulang kerja ia selalu disuguhi pemandangan yang membuatnya tak mampu untuk tidak menarik senyuman. Bayi yang berada di dekapan istrinya itu berusaha menggapai botol susu dengan tangan kecilnya. Saat itu usianya memasuki minggu ke-24 atau 6 bulan yang mana sudah bisa merespon orang atau benda sekitarnya, menopang tubuh, mengguling, dan berceloteh 'aah' hingga yang melihatnya enggan untuk sekadar memalingkan wajah. Takut melewati memori yang berkesan itu.

Jikalau menantunya itu ada urusan mendesak, Nyonya Lee gantian menjaga, tidak sering karena waktu itu beliau masih menjadi presdir yang dikukung kepadatan. Makanya ketika melihat wajah gembul bayi merupakan healing terbaik Nyonya Lee dalam melepas kepenatan. Seolah semua beban terangkat.

Dan begitulah seterusnya yang membuat rumah besar itu berwarna. Mereka sepakat memberi nama panggilan Elsa, alasannya simpel, karena gelang logam yang bayi itu kenakan bertuliskan demikian. Elsa tumbuh menjadi anak yang cerdas, terbilang di usia 7 tahun Ia mampu mengikuti lomba sains tingkat menengah. Ia juga pandai menari. Bakat itu Lee So Man kembangkan dengan mendaftarkan Elsa di kelas balet. Hasilnya luar biasa, belum ada seminggu, Elsa ditunjuk tampil pada Royal Opera House, London.

Sejak kecil pula Elsa telah diajarkan tata krama. Biasanya dari buku-buku cerita yang dibawa Lee So Man, Ia akan sendirinya menarik kesimpulan lalu mempraktikannya. Contohnya, mengucapkan tolong, terimakasih, maaf, permisi. Le So Man bilang, jangan pernah lupakan kata-kata ajaib itu, walaupun kelihatan sepele, itu penting untuk menghargai seseorang. Kemudian, jangan ringan mulut, atau suka mengejek-ejek orang. Hal ini merupakan larangan keras dari Lee So Man. Beliau mau Elsa tumbuh menjadi pribadi yang berpendidikan, tidak hanya dari luar tapi dari dalam juga.

Sementara istri Lee So Man, menanamkan moral peduli sesama. Selalu membekali Elsa, bahwasannya semua orang itu baik, jadi sesama orang baik harus saling membantu. Beberapa kali Ia membawa Elsa ke yayasan panti asuhan miliknya demi memperlihatkan kalau ada beberapa orang kurang beruntung yang perlu dirangkul. Perbedaan adalah warna-warni khas yang belum pernah ada di dunia sebelumnya. Karena begitu berharga, orang-orang menghormatinya.

Karena mindset yang terbentuk demikian, Elsa kaget ketika ada satu dua orang yang berprilaku buruk terhadapnya.

Ketika sd, teman sekelas Elsa berkomentar, warna matanya terlihat jelek lantaran beda. Betul, sejak lahir Elsa menderita heterochromia-kelainan pada mata yang menyebabkan warna iris mata beda, sebelah kanannya hazel dan sebelah kiri cokelat. Itu akan sangat tampak ketika lawan bicara memperhatikan dari dekat.

Alih-alih marah, Elsa justru menjawab, "Kata Eomma, beda itu warna-warni cantik yang bahkan kalian tidak punya. Bukannya jelek."

Singkatnya didikan mereka berpengaruh besar kepada Elsa kecil waktu itu. Jika ditanya seberapa besar rasa sayang mereka, Elsa bakal menjawab lantang, lebih besar dibanding rasa sayang anak ke orang tua kandungnya.

Maka dari itu, Elsa membalas dengan hal yang sama. Kedua matanya membola diikuti sudut bibir yang terangkat lebar ketika melihat sosok yang bertahun-tahun ini jauh dari pandangan.

Pagi ini Elsa pergi ke gedung SM sebenarnya hanya untuk menepati janji Haechan, membawakan ayam kriuk super pedas dari kedai langganan jaman trainee dulu, kemudian adu tahan pedas.

Tanpa ba-bi-bu Elsa loncat memeluk erat sosok di depannya.

"Appa!!"

"Aigoo.. Elsanya Appa sudah sangat besar sekarang, tidak bisa digendong lagi hahahha. Gimana... kabar Elsa, baik? Makannya banyak, kan? Jangan terlewat." Lee So Man membalas hangat.

Senja ufuk Barat SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang