Layar persegi panjang 40 inchi, beresolusi tinggi dengan performa terbaik yang andal buat main game playstation menayangkan seri terbaru game call of duty yang dirumorkan baru akan dirilis bulan depan bersamaan konsol mutakhir Sony yakni ps5 yang sekarang tengah dipegang oleh remaja laki-laki-——Tidak pantas dibilang remaja sebab tahun depan usianya menginjak kepala dua, beda cerita bila menurut standar WHO, memainkannya serius. Dahinya berkerut samar di satu waktu kedua ibu jari miliknya tak henti menari diatas konsol. Hingga tiba seruan seseorang menusuk telinga.
"Ye Jun-ah!"
Remaja laki-laki itu gelagapan, spontan meraih remote tv, menekan tombol merah sementara kakinya menendang konsol hingga terdampar ke kolong sofa. Seolah tak sampai disana, remaja yang diketahui bernama Ye Jun itu lantas menarik segepok buku bertajuk ilmu manajemen, menggantungkan pensil di telinga, kadang pensil yang sama ia gunakan untuk mengetuk kepala agar nampak sedang berpikir maka rampung sudah penyamaran remaja laki-laki yang bakal beranjak dewasa tersebut.
"Ye Jun-ah eodiga?" wanita berpenampilan menonjol melengok melalui pintu geser kaca. "Omo! Uri Ye Jun-ah kerja bagus. Eomma bawakan jus buah." Mengacak pucuk rambut Ye Jun yang menampilkan senyum merekah lima senti.
Wanita itu mundur tiga langkah, menyorot kamera ponsel ke arah anaknya. "Ya seperti itu, oke, klik. Eomma akan mengirimnya di grup keluarga." Bersama cengiran bangga ia mengetik caption dibawah foto, Ye Jun kita sudah bekerja keras hari ini.
Tak sampai sedetik suaminya membalas, Ye Jun sungguh rajin. Disusul sang nenek yang bila disandingkan, kedudukannya setara dengan ratu Elizabeth di rumah itu, pastikan dia tidak berpura-pura.
Air muka wanita itu berubah, menggerutu pelan, sebelum mendudukkan diri di sofa dekat Ye Jun. "Apa nenekmu tidak bisa berprasangka baik satu kali saja, huh."
"Eomma aku punya kabar baik dan kabar buruk untukmu," tutur Ye Jun, mengabaikan gerutuan wanita itu sebelumnya.
Ia mendelik. "Apa?"
"Mau yang mana dulu kabar baik atau kabar buruk?" Ye Jun memposisikan diri persis menghadap ibunya.
Mendengus, "apa kabar baiknya?"
Remaja itu menyeringai, sesuai tebakan. "Kabar baiknya adalah.... Para dosen memperlakukanku istimewa lalu kedua banyak gadis di kampus yang meminta id lineku. Eomma apakah aku setampan itu?" tanyanya dengan mata berbinar sebelum badai menyerang.
"Yak bodoh!! Itu kau sebut kabar baik? Tentu mereka melakukan hal itu dan yak! Tidak ada gadis fokuslah belajar!" pekik wanita itu, sementara Ye Jun sudah mengambil ancang-ancang perlindungan diri.
"Lantas apa kabar buruknya? Eomma harap sekonyol kabar diatas."
Ye Jun bertukar ke posisi duduk kembali. Kemudian menjawab santai sembari menyeruput jus, "Aku melihat Elsa."
"Mwo?!" kedua mata wanita itu membola bak ingin keluar dari sangkarnya.
"Hanya sekilas, tapi aku tak yakin itu dia."
"Ck, tetap saja kau harus memastikannya. Tapi eomma dengar hanya kakaknya saja yang datang ke Korea, itupun pamanmu yang membawanya."
"Elsa punya kakak?"
Wanita itu mengangguk. "Jika Elsa berada disini.... Berarti.... Apa jangan-jangan?!!!"
Mereka saling menatap selama beberapa detik seolah saling menyalurkan isi pikiran, kekuatan telepati antara ibu dan anak, hingga sebuah suara telak membuat mereka terlonjak kaget bahkan Ye Jun nyaris terjungkal.
"Hae Soo Imo, Ye Jun Oppa, kalian bisa bertanya apapun sekarang langsung dari sumbernya."
"Astaga! Elsa?? Bagaimana bisa kau tiba-tiba berada disana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ufuk Barat Seoul
Romanzi rosa / ChickLitIslam adalah segalanya bagi Ersa. Ketentuannya mutlak. Menjalankan Perintahnya adalah kewajiban. Kitabnya membawa ketenangan di hati gundah. Alunannya mengalun merdu ditelinga. Sekiranya begitulan gambaran kecintaan Ersa pada agamanya. Eropa pemili...