CHAPTER 15 : Ae

156 12 0
                                    

Please be a wise reader 😊

***

"One million annyeonghaseyo Ae imnida."

Karin, Winter, Giselle, Minie, empat nama yang paling banyak dicari di situs pencarian Korea. Diantaranya masuk nominasi orang tercantik. Karin dengan wajah cantik naturalnya, Winter visual yang memukau dan vokal uniknya, bakat luar biasa Giselle, terakhir Minie sang maknae imut sekaligus ratu highnote. Mereka tergabung di grup Ae yang menggemparkan industri kpop tanah air.

"Terimakasih atas dukungannya di mini album kami."

Terhitung delapan bulan setelah debut, Ae mengeluarkan dua jenis album.

Pertama, album debut yang sukses membawa namanya ke permukaan oleh penjualan yang nyaris menyentuh angka dua juta copies. MV utamanya menduduki peringkat satu berturut-turut selama paruh waktu keempat atau sebulan yang merupakan pencapaian baru di dunia kpop. Rokie on the year begitulah sebutannya. Kedua adalah mini album yang juga disambut hangat penggemar.

Rentang waktu SM dalam mendebutkan girl group baru memang lama, tapi sekalinya debut selalu bisa memenuhi ekspektasi publik. Contohnya Ae berkonsep virtual.

"Kedepannya kami akan bekerja keras lagi."

Sekelompok wanita cantik itu memasuki gedung SM, sementara para bodyguard membentuk berikade atas aksi agresif penggemar.

"Apa arti penggemar yang sesungguhnya?"

Ersa mengikuti arah pandang Jaemin pada kerumunan dibawah. "Secara garis besar, sosok yang tulus memberi cinta sekaligus dukungan tanpa mengharap imbalan... Tapi kenapa nanya ke aku?"

"Mungkin noona salah satunya."

"Aku manager kalian, Jaemin." Ersa tertawa. "Ayo keburu telat." Menarik Jaemin dan Jisung untuk jadwal berikutnya.

Mereka berjalan menyusuri koridor. Jisung terus melakukan peregangan, ia hanya kedapatan tidur dua jam karena sibuk latihan.

Melihat itu Jaemin langsung merangkul Jisung bilang, padahal kau harus banyak tidur untuk pertumbuhanmu, lanjut di mobil saja. Bertepatan dengan pintu lift yang terbuka oleh group yang tadi jadi pusat perhatian.

"Annyeonghaseyeo, Sunbaenim!" sapa mereka lantang. Aturan agensi.
Setelah mendapat balasan sekenanya mereka lanjut melenggang, jika saja Minie tidak bertanya mengenai Ersa, wanita yang menurutnya unik dengan pakaian tertutup.

"Dia manager kami."

Karin menepuk tangan Minie, memperingati adik kecilnya itu bahwa tindakannya terkesan tidak sopan dan meminta maaf sebelum benar-benar berlalu.

"Eonni aku hanya penasaran, dia sering bareng nct dream."

"Maka itu sudah jelas dia managernya, Minie. Lagipula itu bukan urusan kita. Memangnya kau penggemarnya?" kilah Karin.

"Kan... Ya kan.. Cuman mau memastikan."

Sayup-sayup Jisung dengarkan sebelum pintu lift tertutup. "Astaga, apa setiap idol ingin jadi idol karena idolanya. Aku kira karena pure mimpi mereka, dan fokus meraihnya."

Ersa tiba-tiba menyahut, "Aku percaya semua orang dapat meraih apa yang mereka inginkan, tapi tidak dengan batasan."

Mengangguk takzim. Jaemin paham perkataan Ersa barusan, seraya melirik Jisung yang nyaris terlelep di bahunya.

Maksudnya gini, sebagai perumpamaan, kau selalu mengikuti standar yang dibuat oleh lingkunganmu. Besok dan besoknya lagi mungkin standarmu semakin tinggi sesuai dengan lingkungan sekitarmu. Alurnya berputar di titik itu, renungkan, sebenarnya kau siapa? Mereka atau dirimu sendiri?
Selalu ingin lebih dan lebih. Bahayanya sekali saja kau merubah sesuatu yang ada dalam dirimu, maka seterusnya kau tidak bisa berhenti. Tidak akan pernah. Bersyukur? Kau tidak mengenalnya lagi. Karena sadar atau tidak manusia aslinya tidak pernah puas. Padahal dunia sekedar tempat persinggahan sementara.

Senja ufuk Barat SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang