Bonus Story's : Halo ini Elsa

92 12 0
                                    

Dari judul kalian jelas tahu ini mengenaiku. Bonus Story from Elsa hehehe. Aku bingung bagaimana kata sapaan yang tepat. Eumm oke, halo semuanya selamat datang di kisahku. Dari chapter-chapter sebelumnya mungkin kalian ada gambaran tentang Elsa dan disini aku akan memberikan detail seperti apa sosokku.

Sosok yang sangat beruntung?

Hahaha kalau diliat aku punya Appa yang hebat, dekat dengan para member, nenek yang berkuasa, good financial, kakak yang baik hati, aku gak terlalu cantik manik mataku berbeda but I try to love mayself.

Beneran aku bersyukur banget sama apa yang aku punya sekarang. Walau nyatanya aku gak seberuntung yang kalian kira. Orang tua yang sangat aku hormati, tempatku berlindung, bersandar, satu-satunya genggamanku... Tidak mengharapkan ku. Setidaknya itu inti percakapan nenek yang tak sengaja terdengar.

Ketika itu usiaku baru 5 tahun. Lebih dari cukup buat paham. Appa Lee pernah bilang Elsa anak yang cerdas. Di usia segitu lancar berbahasa Inggris basic, bisa dibilang bahasa kedua setelah Korea. Maka cukup bagiku menguasai bahasa Indonesia kala memutuskan pergi ke negara Bunda.

Jujur mereka semua menentang, terutama nenek, bisa dibilang waktu itu sedang kacau. Eomma yang merawatku sejak kecil meninggal dunia. Adik dari Appa, Paman Han Wook protes sebab nenek meminta Appa mengambil alih perusahaan padahal dia tidak memiliki anak yang bisa dijadikan sebagai penerus.

"Aku punya Elsa," katanya pelan. Sempat linglung dan tidak fokus, bahkan maniknya penuh sarat kesedihan. Ini kali pertama Elsa melihat Appanya serapuh itu.

"Anak dari ibu haram itu, hah?! Kau ingin keluarga kita jadi samsak tinju publik?!"

"Lee Han Wook jaga ucapanmu!! Dia adikmu, walau tidak resmi Ainar tetap anakku." Nyonya Lee menahan emosi.

"Adik?? Apa aku tidak salah dengar? Ibu belum sadar selama ini berselingkuh sampai ayah meninggal——"

PLAKKK

Ye Jun menarikku pergi sambil menutup kedua telingaku. Kita hanya beda setahun. Waktu itu dia ikut juga bersama Hae soo Imo.

"Pinjam ipadmu, ayah menyita punyaku."

Aku membiarkan Ye Jun mengunduh sesukanya, dia sempat mengejek karena hampir semua isinya aplikasi belajar. Haruskah aku bertanya padanya tentang ucapan paman barusan? Tapi bisa jadi percuma Ye Jun tidak menyukai ayahnya, ia sempat tertekan dan kabur ke rumah nenek saat beliau memberi banyak les privat.

"UAS mu berjalan dengan lancar, benar kan? Sudah kutebak."

"Bukankah kau membencinya? Itu akan menjadi acuan paman buat menekanmu lebih giat. Bahkan nilaiku lebih sempurna dibanding punyamu tahun lalu." Elsa menunjukkan kertas ujiannya.

Ye Jun membanting iPad ke ranjang, "urus dirimu sendiri," lalu keluar membanting pintu.

Awal ke Indonesia Bunda segera mencarikan sekolah lantaran tahun ajaran baru segera dimulai. Aku yang baru masuk SMP pertama kali di Indonesia dibuat kaget. Tidak ada les tambahan, durasi belajar lebih pendek, dan yaa sangat berbeda jauh dari pengalamanku sebelumnya. Dan mungkin itu sebabnya aku selalu menjadi juara satu di kelas.

Gimana perasaanmu bertemu orangtua kandung?

Asing. Serius, wajar sih ini kali pertama aku bertemu dengan mereka. Sekalipun reaksi Bunda menangis tersedu melihatku sudah besar. Ayah? Sulit ditebak, tapi beliau dengan baik hati mengajari tentang Islam dan menasihati untuk menjaga sholat sebagai pondasi yang kokoh.

Btw kak Ersa cantik banget, manik mata hijau terang, hidung mancung, dan rambut coklat bersinar bukan tipikal anak Indonesia. Serius, aku kira orang bule kesasar wkwk. Selintas, pikiranku melayang ke Ye Jun, aku ingin pamer.

Senja ufuk Barat SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang