"Aku cinta kamu."
Mei Yin baru saja mengatakan tiga kata tersebut pada Jaemin, berkat pelajaran bahasa indonesia yang Elsa ajarkan beberapa menit lalu. Mei Yin tipe orang yang cepat tanggap dalam menerima informasi baru. Walau dilihat dari latar belakangnya, orang mengira hal itu biasa saja. Mayoritas masyarakat China terkenal akan kepandaiannya. Bahkan penelitian di UK terkait hal itu pernah dilakukan.
Tempat rest disisi ruang latihan yang diduduki Elsa dan Mei Yin kini penuh oleh para member nct dream. Botol-botol air minum tergeletak dimeja, ada yang masih penuh, sisa separuh, dan kosong. Hari ini ada Haechan yang ikut latihan, ia sedang bermain lempar botol bersama Renjun dan Jeno.
"Nado saranghae."
"Oppa tahu artinya?" pekik Elsa terkejut.
Jaemin mengangguk. Jika dihitung-hitung ia sudah sering sekali mengunjungi Indonesia.
"Jaemin-ah," panggil Jeno pelan. Tapi lengannya langsung ditarik oleh Renjun.
"Biarkan saja. Dia lagi bersenang-senang dengan kedua penggemarnya," bisik Renjun. Namun anehnya, Elsa justru menangkap air muka kesal dan sedikit.... Cemburu?
"Oppa, Oppa, Oppa, Oppa, Chenle-ya, Jisung-ah, kami juga penggemar kalian. Nct dream talented youth group."
Elsa menatap mereka satu persatu bersama senyum bangganya. Amat berharga. Ini kali kedua senyum itu terbit. "Terutama Haechan Oppa, kenapa hari ini kau keren sekali?" lanjutnya.
"Benarkah?? Kau mau apa hmm..? Coklat, ice cream, bakal oppa berikan."
Renjun menoyor lengan Haechan. Lantaran ia sejak tadi mencodongkan badannya. "Yak! Menjauhlah!"
"Kau yang menjauh sana!" seru Haechan ketus.
Tak tinggal diam, Renjun hendak mengambil ancang-ancang memukul Haechan, jemarinya mengepal kesal, tapi Jeno sigap menahannya. Tak kehabisan akal, ia menggunakan kakinya untuk menyorong bokong Haechan. Berteriak geram. Ikut membalas, hingga terjadilah perang kaki yang disaksikan secara live oleh Elsa dan Mei Yin.
"Anak-anak berhentilah berkelahi." Jaemin mengulangi kalimat tersebut sampai tiga kali. "Anak-anak jika kalian tidak berhenti, aku akan menelpon ibu kalian," lanjutnya membuat kami semua tergelak mendengarnya.
Disitulah letak kebahagiaannya. Terkadang tingkah random mereka menjadi hiburan tersendiri. Tidak sebatas di kalangan penggemar, tapi para member juga.
"Elsa-ssi, hal apa yang ingin kau lakukan ketika bertemu idolamu?" tanya Renjun. Mengabaikan Mei Yin yang sedang main suten bersama Jaemin.
"Itu pertanyaan random, ya?" alih-alih menjawab, Elsa justru balik bertanya.
"Entahlah... Eh, mungkin. Jawab saja."
Mengadahkan kepala keatas. Berpikir. Dua detik. Ia tersenyum, pertanda menemukan jawaban.
"Curhat, hehe."
Renjun mengangguk-angguk takzim. Sekilas, wajah Elsa tak begitu mirip dengan Ersa. Meski saudara kandung, masing-masing mereka mewarisi gen ayah atau ibunya yang berbeda keturunan. Ersa pemilik manik hijau terang yang langka, hanya sekitar 2% dari populasi di dunia. Keturunan kakeknya. Hidung mancung yang runcing, khas bangsa Turki yang lebih dominan ke Eropa, dan bibir tipis dengan philtrum yang tajam di bagian atas. Bulu mata lentik, alis tebal, dan masih banyak lagi. Tapi Ersa lebih sering menutupinya. Bahkan ketika salah satu dari mereka tertangkap basah menatap Ersa intens, maka gadis itu buru-buru menundukkan wajah, atau mengalihkan pandangan mereka.
Berbanding terbalik dengan Elsa yang parasnya terkesan imut, atau biasa orang bilang babyface. Bermanik hazel, hidung bangir dan bulat diujungnya, dan bibir kecil yang sedikit berisi. Satu lagi, ia akan terlihat semakin manis kala tersenyum. Sebab lesung pipitnya menongol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja ufuk Barat Seoul
Chick-LitIslam adalah segalanya bagi Ersa. Ketentuannya mutlak. Menjalankan Perintahnya adalah kewajiban. Kitabnya membawa ketenangan di hati gundah. Alunannya mengalun merdu ditelinga. Sekiranya begitulan gambaran kecintaan Ersa pada agamanya. Eropa pemili...