CHAPTER 02 : Nct Dream

565 69 6
                                    

Room 12.

Ersa yakin seratus persen bahwa ini benar ruangannya. Tidak mungkin salah lantaran lelaki tadi menyebutkan detailnya. Mengetuk pintu tiga kali, tanpa menunggu jawaban, Ia segera beranjak kedalam ruangan.

Seusai latihan kini para member nct dream terkecuali haechan yang memiliki kesibukan di grup lain, tengah bersantai duduk menselonjorkan kaki yang tegang sembari melakukan siaran langsung. Menyapa penggemar.

"Jeno-yaa, lihatlah siapa yang mengetuk pintu!"

Ruangan itu bersekat, sehingga pintu masuk sulit dijangkau. Terlebih tempat nct dream beristirahat sedikit menjorok ke dalam.

"Nuguseyo?"

"Annyeong haseyo, naneun Ersa imnida. Kali ini pasti benar. Kau nct dream bukan? Aku adalah managermu sekarang."

"Manager?"

Ersa mengangguk. "Apakah itu nama panggungmu? N-c-t d-r-e-a-m, boleh dibilang sedikit aneh jika digunakan sebagai nama julukan seseorang. Tapi tak apa, Kau sudah bekerja keras."

Selepas senyuman Ersa terbit, Jeno tertawa kencang, tergelak nyaris terduduk memegangi perut, persis lelaki imut yang Ia temui sebelumnya. Seolah Ersa sedang melakukan kesalahan.

"Waeyo? Kau tiba-tiba tertawa. Ada yang lucu?"

Ersa sontak mencari-cari celah lucu itu, termasuk memerhatikan penampilannya.

"Agassi

"Jeno-yaa, Wae? Kau sedang apa disitu?" Jaemin datang setelah menunggu Jeno yang tak kunjung kembali. Malah kini Ia melihat lelaki itu terduduk bersama lengan ditumpukan ke dinding. Menyangga tubuh. Gurat tawa masih tercetak jelas disana.

"Kau tau? Dia mengira namaku nct dream. Haha."

Jaemin beralih menatap gadis yang Jeno maksud, terlihat salah tingkah, menggaruk tengkuknya yang boleh jadi tidak gatal. Ia jadi merasa tidak enak.

"Juseonghaeyo. Maklumi dia. Kau pasti manager baru yang Hyun sik-nim bicarakan. Marilah, Aku akan memperkenalkanmu dengan nct dream," Ujar Jaemin ramah.

Ersa menggeleng. Perlakuan Jeno tidak salah, Ia saja yang terlalu yakin. Mengimbangi langkah kecil Jaemin. Sedangkan Jeno membuntuti di belakang mereka.

"Oh iya, apa Aku boleh memanggilmu 'Noona'? Tapi jika keberatan—"

"Tidak apa kok. Lagipula usiaku lebih tua setahun dari nct dream," lontar Ersa, memperbaiki tatanan hijabnya sekilas.

Menyusuri lebih dalam, tampak tiga orang lelaki tengah duduk bersantai, menatap kamera handphone. Menyapa para fans, bisik jaemin pada Ersa. Lelaki bermata sipit di posisi paling ujung sepertinya seusia oleh adiknya, di tilik dari wajah.

Mereka mematikan siaran langsung usai diberi kode Jaemin. Serentak menatap bingung orang asing yang Jaemin dan Jeno bawa.

Ersa mulai memperkenalkan diri meski sedikit canggung lantaran dihadapannya kini kaum adam semua. Beruntung si baik hati Jaemin membantu.

"Agar lebih akrab kalian boleh memanggilku Noona," ujarnya diiringi senyum.

"Noona, Aku sering melihat benda yang kau pakai di kepala itu saat berada di Indonesia."

"Itu Renjun," bisik Jeno yang seketika membuat Ersa tersentak, menjaga jarak lantaran pria itu hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya yang semula jauh dibelakang.

"Aku juga berasal dari negara yang sama, Renjun."

"Noona tahu namaku? Padahal Aku belum mengenalkan diri."

Senja ufuk Barat SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang